Rumah tangga yang sudah lama aku bina, musnah seketika dengan kehadiran orang ketiga di rumah tanggaku..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Cahaya senja mulai meredup saat aku melangkahkan kaki pulang, mengakhiri hari yang panjang dan melelahkan di kantor. Sampai di rumah, suara tawa Naura, putri kecilku, bersama ibu dan Tyas, adikku, menyambut kedatanganku.
Namun, kelelahan menguasai seluruh tubuhku. Aku hanya mengangguk sambil melempar senyum tipis kepada mereka, sebelum menghilang ke dalam kamar untuk menyendiri.
Ruang kamar yang sunyi menjadi saksi bisuku, aku melepas sepatu dan jaket kerja dengan gerakan lambat. Langkah selanjutnya adalah menuju kamar mandi. Air yang mengalir dari shower seolah membawa serta penat dan stres sepanjang hari.
Setelah merasa segar, aku merebahkan diri di atas ranjang yang empuk. Tangan secara otomatis meraih ponsel yang tergeletak di samping bantal. Jemariku lincah menavigasi layar, mencari sesuatu yang bisa mengalihkan pikiran dari tumpukan masalah di kantor.
Di luar sana, tawa dan canda masih terdengar riang, namun aku memilih untuk tenggelam dalam dunia digital, mencari kedamaian dalam kesendirian, meskipun hanya sebentar.
Tok tok...
"Iya," jawabku.
"Mah, Naura boleh masuk?" seru Naura.
"Tentu nak."
Ceklek... pintu terbuka, memperlihatkan wajah Naura yang sangat ceria. "Sini nak," ajakku.
Naura berlari mendekatiku, lalu bertanya, "Mah, nanti jadi kan ke pasar malam?" Aku menahan senyum, mencoba menggoda anakku ini.
"Eeem, jadi gak ya?" sahutku sambil berpura-pura bingung.
"Mamah ih!" Naura manyun, merajuk. Aku menatapnya sejenak, lalu tersenyum lebar.
"Jadi dong nak," jawabku akhirnya.
"Yey! Jadi, asyik!" Naura bersorak bahagia. "Aku mengerjakan PR-ku dulu ya, Mah?" tanyanya semangat.
"Oke nak," sahutku. D
Dalam hati, aku masih merasa ragu. Sebenarnya aku tidak tahu apakah Kevin benar-benar jadi mengajak Naura ke pasar malam, mengingat beberapa hari lalu ia tampak sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tapi, demi melihat Naura bahagia, aku tidak ingin memperlihatkan rasa ragu itu.
Sambil menatap anakku yang ceria berlari meninggalkan kamarku, ku pijat kakiku dan menahan rasa lelah yang mulai menyergap.
"Semoga Kevin tidak mengecewakan Naura nanti," batin ku, menghela napas.
Drrrt drrt drrt...
Ponselku berbunyi, memecah keheningan dalam kamar. Aku melihat ada panggilan dari Kevin dan segera mengangkatnya.
"Panjang umur nih Kevin"
Segera kudengar suaranya, Kevin mengatakan dia sudah ada di depan rumah. Aku kaget dan langsung membuka jendela kamarku.
"Dari mana dia tahu alamat rumah baruku ini?" batinku, rasa penasaran bercampur kecemasan.
Terlihat jelas dari jendela kamarku, sosok Kevin yang tampan bersandar di samping mobilnya, fokus menatap ponselnya. Penampilannya memang terlihat sangat keren dan menawan.
Namun, melihat Kevin yang begitu sempurna, rasa minder mulai menguasai diriku. "Benarkah dia mau jalan dengan orang sepertiku? Aku yang sebentar lagi akan menjadi janda," gumamku dalam hati, merasa tidak percaya diri.
[ "Tunggu sebentar, aku buka pintu dulu,"] kataku sambil bergegas keluar dari kamarku.
Langkahku tergesa-gesa menuruni anak tangga dan membuka pintu utama. Ketika pintu terbuka, nafasku masih naik-turun, dan di sana tampak Kevin tersenyum manis ke arahku.
Oh, betapa tampannya dia. Tapi aku tidak bisa langsung tersenyum. Perasaan cemas dan ingin tahu muncul dalam benakku.
"Kevin, darimana kamu tahu alamat baru rumahku?" tanyaku ingin tahu.
"Kamu lupa aku siapa?" sahut Kevin dengan bangganya.
"Eh, iya aku lupa," jawabku sambil meringis. "Masuk dulu, Kevin. Naura sedang mengerjakan PR."
"Iya, tidak masalah," sahut Kevin.
Aku dan Kevin masuk ke dalam rumah. Tepat pada waktunya, Ibu dan Tyas hendak keluar untuk membeli telur. "Ibu," sapa Kevin sambil mengulurkan tangannya.
"Nak Kevin, silahkan duduk, Nak," sahut Ibu ramah.
"Iya, Ibu," jawab Kevin dengan senyum. Perasaanku mulai lega, melihat Ibu dan Tyas bisa menerima kehadiran Kevin di rumah.
"Mas Kevin," sapa Tyas.
"Iya, Tyas," jawab Kevin sambil duduk.
"Nak Kevin, Ibu mau ke warung dulu ya," ucap Ibu sebelum pergi.
"Iya, Ibu. Silahkan," jawab Kevin ramah dan sopan.
Untuk menghindari Kevin menunggu terlalu lama, aku segera mengganti baju dan memberitahu Naura bahwa Kevin telah tiba. Naura begitu gembira, dan tanpa menunggu waktu lama, dia juga segera mengganti pakaiannya lalu pergi menemui Kevin.
Dengan semangat yang membara, aku buru-buru mengganti pakaianku dan begitu selesai, aku segera turun ke lantai bawah. Ketika berada di sana, aku tak mampu menahan perasaan bahagia melihat Naura dan Kevin. Pikiranku berkecamuk:
Aku bergabung dengan mereka, dan kami bertiga langsung berangkat bersama. Rasa penasaran akan bagaimana petualangan kami kali ini membuatku terasa berdebar-debar dan tak sabar untuk segera menikmati setiap momennya.
Mata Kevin berbinar saat ia mengamati Naura yang duduk di kursi belakang melalui cermin pandang. Gadis kecil itu, dengan rambutnya yang terikat dua, tertawa lepas sambil memainkan boneka kesayangannya.
Cahaya lampu jalan yang masuk melalui jendela mobil menambah keceriaan di wajahnya yang bulat. Sesekali, Naura akan mengajukan pertanyaan lucu yang membuat Kevin dan saya tidak bisa menahan tawa.
"Sudah siap untuk menangkap banyak ikan di pasar malam, om?" tanya Naura dengan antusiasme yang meluap-luap.
"Siap sekali, Naura. Om akan bantu kamu menangkap ikan terbesar di sana," jawab Kevin, sambil memberikan senyum lebarnya melalui cermin.
Suasana di dalam mobil penuh dengan tawa dan canda, membuat perjalanan menuju pasar malam terasa singkat. Kedekatan antara Kevin dan Naura membuat hati ku hangat.
Naura melompat kegirangan begitu melihat barisan lampu berwarna-warni yang menghiasi pasar malam. Mata anak kecil itu berbinar-binar, tidak sabar untuk menjelajahi setiap sudut dari pasar yang ramai itu. Kevin, hanya bisa tersenyum melihat antusiasme Naura yang tak terbendung.
"Yuk, om, cepat!" seru Naura, tangan kecilnya terus menarik-narik lengan Kevin yang masih berusaha mengikuti langkah kaki kecilnya yang cepat.
Mereka berhenti di depan stan permainan cincin. Naura langsung mengambil beberapa cincin plastik dan mulai melemparkannya ke arah botol-botol yang tersusun rapi. Ekspresi tegang terpancar dari wajahnya setiap kali cincin hampir mengenai sasaran.
"Bagus, Na! Hampir saja!" Kevin memberikan semangat, melihat Naura yang hampir saja memenangkan boneka besar yang diidam-idamkannya.
Naura menggigit bibirnya, fokus, lalu melempar cincin terakhir dengan harapan tinggi. Cincin itu berputar di udara sebelum akhirnya... "Yes!" teriaknya gembira, cincin itu tepat mengenai botol yang diincarnya.
Kegembiraan Naura tak terkira, dia melompat dan menarik-narik tangan Kevin, "Ayo, om, kita coba permainan lain!" Tawa renyahnya menggema di tengah keramaian pasar malam yang semarak, membawa kebahagiaan kecil di malam itu bagi mereka berdua.
"Om kita main semua wahana ya om" ajak Naura
"Beres Naura"
"Yey !! Naura sangat om kevin banyak banyak" seru naura memeluk tubuh Kevin..
***
kebahagian mu rai...ap lg anak mu mendukung ?
bahagia dan hidup sukses ...