Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Erlan!" Arumi merasa sangat senang saat mengetahui ada panggilan dari laki-laki yang tengah ia rindukan itu.
"Halo, Sayang!" sapa Erlan dengan sebuah sebutan yang membuat Arumi sedikit terperangah.
"Sayang?" batin Arumi berbunga-bunga.
"H-h-halo, Erlan." Jawab Arumi dengan suara terbata.
"Kenapa barusan menghubungi?"
"Telepon? Enggak, aku gak menghubungi kok!" Ucap Arumi.
Ia terpaksa berbohong demi menutupi rasa malunya. Namun, entah kenapa, Erlan malah tiba-tiba tertawa kecil mendengar ucapannya itu.
"Kamu kenapa?" tanya Arumi heran.
"Enggak! Gak papa."
"Bohong! Ayo dong, kamu kenapa tiba-tiba ketawa?" cecar Arumi.
"Kamu lucu."
"Lucu kenapa?"
"Kenapa kamu harus bohong."
"Bohong? Enggak kok? Aku gak bohong. Aku ...."
"Aku juga kangen, kok, sama kamu." Erlan memotong ucapan Arumi dengan kalimat itu.
"Hah!" Arumi seketika terkejut.
"Kamu tadi lagi kangen kan sama aku, makanya menghubungiku?"
"Enggak! Aku gak lagi kangen kok sama kamu."
"Beneran?"
"Iya."
Erlan terdiam selama beberapa saat.
"Halo, Erlan!" Hal itu membuat Arumi memanggilnya.
"Ya udah, kalau kamu gak kangen, aku matiin aja, ya panggilannya!"
"Jangan!" cegah Arumi yang spontan keluar begitu saja dari bibirnya.
"Lho, kenapa? Katanya kamu gak kangen? Ya udah, mending aku matiin aja."
"Iya, aku kangen sama kamu." ucap Arumi pada akhirnya. Ucapan yang membuat Erlan lagi-lagi tertawa kecil.
"Kamu kenapa malah ketawa?" Arumi merasa sedikit tak suka dengan reaksi Erlan itu.
"Tunggu, ya. Aku matiin dulu!" ucap Erlan.
Panggilan mereka terputus begitu saja membuat Arumi merasa sangat kecewa dengan apa yang Erlan lakukan. Tapi sesaar kemudian ponsel Arumi kembali berdering.
Rupanya itu panggilan video yang dilakukan oleh Erlan. Ternyata inilah maksud dan tujuannya mengakhiri panggilan tadi.
Arumi yang sebelumnya dalam posisi rebahan langsung terduduk dan merapikan rambutnya sebelum ia menerima panggilan video itu.
"Halo!" sapa Arumi saat sosok Erlan terlihat di layar ponselnya.
Sosok yang sangat tampan dan selalu membuat jantung Arumi berdebar tak karuan.
"Hai, Arumi!" Jawab Erlan.
"Kalau kaya gini udah terobati kan kangennya?"
Arumi langsung tersipu malu setelah mendengar ucapan Erlan.
"Kamu lagi apa?" ucap Erlan lagi.
"Gak lagi-lagi ngapain. Lagi santai aja dalam kamar. Kalau kamu?"
"Lagi ngobrol sama pacar aku."
"Pacar?"
"Iya. Kamu kan, pacar aku."
Lagi-lagi Arumi di buat tersipu malu.
"Kita pacaran, kan?"
Arumi terdiam sejenak mendengar pertanyaan Erlan, tapi tak lama kemudian Arumi akhirnya mengangguk mengiyakan.
"Arumi!" panggil Erlan.
"Ya?"
"Kamu itu selalu kelihatan cantik, ya. Walau di rumah aja sama dandanan yang sederhana, kamu terlihat mempesona." celetuk Erlan.
"Hah!" Arumi sedikit terkejut mendengar pujian dari Erlan.
"Kamu bisa aja."
"Beneran. Pantesan aku bisa jatuh cinta sama kamu." Ucap Erlan jujur.
"Kulit kamu putih." ucap Erlan lagi.
"Maksudnya?"
"Leher sama dada kamu kelihatan jelas dari sini."
"Hah!"
Arumi baru sadar, rupanya ia masih mengenakan baju santai dengan model dada yang terbuka, baju yang hanya dengan seutas tali yang menggantung di kedua bahunya.
"Ah, maaf Erlan. Aku ganti baju dulu ya." Jawab Arumi malu.
"Gak usah!" cegah Erlan cepat.
"Aku suka banget kok lihat kamu kaya gitu. Gak papa kan, aku melihatnya."
Arumi lagi-lagi terkejut oleh ucapan Erlan. Tapi tak lama kemudian, Arumi kembali mengangguk mengiyakan.
"Aduh!" Tiba-tiba Erlan memekik.
"Kenapa?"
"Perutku sakit."
"Sakit? Kok bisa?" Tanya Arumi panik.
"Lapar. He ...." jawab Erlan sambil tersenyum meringis menggemaskan.
"Kamu belum makan?"
"Belum. Aku dari tadi belum sempat keluar cari makan."
"Tadi pagi Rika gak nyiapin emang?"
"Kita bisanya beli. Atau sarapan sendiri-sendiri di jalan." tutur Erlan menjelaskan.
"Emmm... Kasian Erlan. Punya istri tapi kaya gak punya istri." batin Arumi.
"Mau aku bikinin? Atau aku kirim makanan ke rumah kamu?"
"Gak usah!" Erlan menolak tawaran Arumi.
"Kenapa?"
"Aku gak mau ngerepotin kamu, Arumi."
"Aku sama sekali gak repot kok!"
Erlan justru malah kembali tertawa menanggapi ucapan Arumi.
"Gimana kalau kamu ngajarin aku bikin makanan aja?"
"Ngajarin kamu?"
"Iyaa. Kamu ngajarin aku lewat pangilan video kaya gini. Tunggu ya, aku mau ke dapur dulu."
Layar di hadapan Arumi terlihat bergerak, karena Erlan memang sedang berjalan menuju ke tempat yang ia katakan tadi.
"Emangnya kamu mau bikin apa?" tanya Arumi begitu Erlan sampai di depan kompor yang belum menyala.
"Telur ceplok aja." jawab Erlan seraya menyeringai.
"Emangnya kamu gak bisa bikin telor ceplok?"
Erlan reflek menggelengkan kepalanya membuat Arumi juga reflek menertawakannya.
"Kenapa? Kamu ngejek aku, ya?" tanya Erlan dengan raut wajah yang pura-pura cemberut.
"Enggak."
"Yaudah, langsung ajarin aku, dong! Udah keburu laper banget nih."
"Baik, Tuan muda yang gak bisa masak!" jawab Arumi dengan kalimat olokan.
"Pertama-tama kamu harus siapin wajan, terus panasin minyak gorengnya di tempat itu. Setelah benar-benar panas, tinggal kamu ceplokin aja telurnya ke dalam."
"Oh, gitu, ya. Oke."
Erlan benar-benar melaksanakan perintah Arumi, walau dengan percobaan sebanyak beberapa kali yang selalu gagal.
Karena dari tadi, kadang ada telor yang malah lari keluar wajan, atau malah masuk ke penggorengan sekalian dengan kulitnya.
Tentu saja Arumi seketika terus tertawa melihat kelakuan Erlan.
Apalagi saat Erlan memasangkan helm di kepalanya yang katanya untuk menghindari cipratan minyak agar tak mengenai wajahnya.
Sungguh, kelakuannya benar-benar membuat Arumi tertawa bahagia.
***
"Selamat makan!" ucap Erlan setelah telur buatannya akhirnya selesai ia buat meski dengan tampilan yang sedikit gosong.
Telur yang kini ia letakkan di meja makan di hadapannya.
"Arumi, mau?" Erlan menawarkan.
"Gak mau! Paling rasanya pahit, gosong gitu juga." ucap Arumi sambil terus menertawakannya.
"Jangan diejek, dong. Ini kan hasil kerja kerasku."
"Iya, deh, iya." jawab Arumi walau masih tetap saja menertawakannya.
Mereka terus bersenda-gurau lewat video call yang mereka lakukan sambil Erlan menikmati makanannya.
Seolah mereka sedang berada di satu ruangan yang sama. Kebersamaan yang benar-benar membuat mereka bahagia.
Tapi tiba-tiba saja sesuatu yang mengejutkan terjadi. Sesuatu yang memusnahkan kebahagiaan mereka begitu saja.
"Kamu lagi video call sama Mbak Arumi, ya, Lan?" tanya Rika.
Tanpa diduga, Rika tiba-tiba saja muncul di belakang Erlan yang masih duduk menikmati makanannya.
Ia sudah terlanjur melihat sosok Arumi dalam tampilan layar ponsel milik Erlan.
**************
**************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,