Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Siapa pelakunya?
Setelah melewati akhir pekan, pagi ini para murid disibukkan kembali dengan aktivitas belajar. Sederet mata pelajaran dan tugas-tugas sudah menanti, membiarkan otak mereka untuk kembali berfikir dengan seabrek pelajaran, guna menyongsong masa depan yang cerah seperti apa yang diimpikan.
"Vio tunggu!!" Amel berlari sambil melambaikan tangannya. Didepan sana Viola sudah berjalan lebih dulu bersama dengan Dian. Kebetulan tadi Viola berpapasan dengan Dian saat turun dari mobil.
"Kemana Lo kemarin liburan? Ngepet?" Tanya Dian pada Amel.
Nafas Amel masih tersengal-sengal, "Enak aja, gue dirumah aja seharian. Bete nih gue, ntar malam pada nginep di rumah gue yuk? Itung-itung temenin gue lah."
Kesibukan kedua orang tua Amel memang membuat Amel selalu merasa kesepian. Jujur, Amel selalu merasa iri dengan Viola yang memiliki keluarga harmonis, kedua orang tua dan kakak Viola selalu menyayangi dan menjaga Viola dengan baik.
"Duh, gue kayaknya gak bisa deh Mel. Lo tau sendiri kan papa gue gimana. Pasti gak diijinin gue buat nginep-nginep," ujar Viola mengingat bagaimana papanya yang sudah pasti tidak akan memberikan ijin menginap.
"Yah gak asik Lo Vi. Gue bantuin ngomong deh sama papa Lo. Bilang aja kita ini mau belajar bareng, kan udah mendekati ujian. Sekalian Lo bisa ambil kesempatan buat berduaan sama Raka."
Viola hanya menarik nafas panjang. Yang biasanya terjadi adalah, Amel yang malah disuruh nginep di rumahnya supaya Amel ada yang menemani dan tidak kesepian.
"100% gue yakin gak bakal diijinin," jawab Viola, memupuskan harapan Amel. Padahal kan Amel ingin ngajak Viola keluar malam-malam, kalau nginapnya di rumah Viola, jelas tidak dikasih ijin dan tidak bebas.
Ketiga gadis itu melangkahkan kembali kakinya menuju ke arah kelas. Ditengah perjalanan menuju ke kelas mereka berpapasan dengan pak Didin yang juga baru datang dan hendak pergi ke ruang guru.
"Selamat pagi pak Didin." Sapa Amel dan Dian kompak. Sementara Viola hanya tersenyum tipis dan menganggukkan sedikit kepalanya saat pak Didin mengeluarkan senyuman andalannya.
"Selamat pagi anak-anak. Kelihatannya masih pada seger ini," tanya pak Didin sambil merapikan poninya ke samping.
"Seger dong pak. Tapi nanti abis pelajaran juga kisut lagi, haa__haaa___" jawab Amel diiringi tawa renyah.
"Ya jangan sampai kisut dong, iya kan Viola?" Pak Didin kembali melirik ke arah Viola. Duh, hatinya jadi berbunga-bunga setiap melihat gadis itu.
Jujur, Viola mulai merasa tidak nyaman dengan sikap pak Didin. Gara-gara setangkai bunga Pak Didin jadi salah paham berkepanjangan. Mending dia jomblo seumur hidup daripada harus jadi ibu sambung buat anak-anaknya pak Didin. Membayangkannya saja, Viola sampai bergidik ngeri.
"Maaf pak, kami pamit ke kelas dulu, permisi!"
Buru-buru Viola melangkahkan kakinya pergi, Amel dan Dian mengikuti dibelakangnya setelah ikut pamit pada pak Didin. Sesampainya di kelas, Viola melihat ada bungkusan kado diatas mejanya. Didalam kelas baru sebagian anak-anak yang datang, itupun hanya beberapa anak yang ada di dalam kelas. Yang lainnya biasanya sedang nongkrong di kantin.
"Kado dari siapa Vi? Raka?" Tanya Amel menatap bungkusan kado diatas meja Viola.
Viola mengedikkan bahu, "Gak tau. Kayaknya bukan dari Raka deh,"
"Buka ayo buka. Penasaran gue sama isinya."
Dian meraih bungkusan itu dan mulai membuka kertas kado yang membungkusnya, didalamnya ada sebuah kardus yang masih tertutup rapat. Dian menatap Viola seolah meminta izin untuk membuka isi kardus itu. Viola hanya menganggukkan kepalanya setuju.
"Aaaa___!!!" Dian menjatuhkan kardus ditangannya saat melihat isi didalam kardus itu adalah seekor tikus yang sudah mati dan baunya mulai menyengat.
Viola dan Dian merasa mual dan menutup hidung dan mulut mereka dengan tangan.
"Siapa sih yang iseng begini, hah!!!" Amel menatap seisi ruangan kelas. Beberapa murid yang ada disana tidak ada yang menjawab dan hanya diam sambil menatap tiga gadis yang sedang berdiri itu.
Bian datang bersama dengan Rama dan Denis. Mereka dibuat terkejut saat melihat ada tikus mati tergeletak dilantai. Mata mereka terbelalak.
"Ada apa ini, Mel?" Tanya Bian pada Amel.
"Gak tau Bi, kayaknya ada yang sengaja mau neror Viola deh! Ada yang ngirimin tikus mati ini buat Vio." Amel menunjuk bangke tikus yang kini tergeletak di atas lantai.
Bian menatap Viola, ekspresinya berubah menjadi khawatir. "Vio, kamu gak apa-apa kan?"
Viola menggelengkan kepalanya, "Gak apa-apa kok Bi. Aku baik-baik aja," sejujurnya Viola tidak baik-baik saja. Dia juga tidak tau siapa yang sudah berbuat seperti ini padanya. Padahal selama ini dia tidak memiliki musuh.
Bian melayangkan pukulan ke udara, "Aarrghh breng-sek!!! Ini pasti gara-gara cowok itu Vi! Sejak kamu dekat sama dia, ada aja yang gangguin kamu. Gue harus buat perhitungan sama dia!!"
Dengan amarah yang menggebu-gebu, Bian berjalan keluar dari dalam kelas. Viola segera menyusul dan meraih lengannya untuk menahannya.
"Jangan buat masalah Bi!! Ini tuh gak ada hubungannya sama Raka. Raka gak salah!"
"Kamu masih belain dia? Kamu lihat itu apa Vi??" Bian menunjuk ke arah tikus yang masih tergeletak di atas lantai. "Sudah jelas ada yang dengan sengaja ngirim bangkai tikus itu buat kamu. Ada yang sengaja ingin celakain kamu!!"
Viola nampak terdiam, apa yang dikatakan Bian memang tidak salah. Pasti ada yang sengaja mengirimkan tikus mati itu padanya. Tapi siapa? Siapa yang sudah melakukannya?
Viola kembali menatap Bian. "Tapi Raka cowok aku Bi. Jadi ini biar jadi urusan aku. Kamu gak perlu ikut campur."
Viola menurunkan tangannya dari lengan Bian. Dia berusaha untuk tetap tersenyum dan menunjukkan jika dia baik-baik saja supaya emosi Bian mereda.
"Aku ke toilet dulu." pamitnya. Viola melangkahkan kakinya pergi menuju ke arah toilet, pikirannya mulai kalut dan hatinya sedikit takut mengingat ada yang menganggapnya sebagai musuh disekolah.
"Aarrghh___!!!" sekali lagi Bian melayangkan tinjunya ke udara sambil menatap kearah kepergian Viola.
_
_
_
Bian mendorong tubuh Raka masuk ke dalam toilet. Dengan tersulut emosi Bian mencengkram kerah baju Raka dan mendorong kasar tubuhnya hingga menyentuh tembok.
"Breng-sek! Gara-gara Lo, Viola jadi dapat ancaman!!"
"Ancaman?" Raka terheran-heran. Dia tidak paham dengan arah pembicaraan Bian.
"Gak usah pura-pura gak tau deh Lo! Tadi pagi ada yang ngirimin Viola tikus mati. Siapa lagi pelakunya kalau bukan salah satu dari cewek-cewek disini yang ngejar-ngejar Lo. Mereka pasti gak suka kalau Viola dekat sama Lo. Mending Lo lepasin Viola, gue gak mau Viola sampai kenapa-kenapa beg0!!!"
Mendengarnya, Raka jadi merasa khawatir dengan keadaan Viola. Dia menurunkan tangan Bian dari bajunya dengan sedikit kasar.
"Gue pasti akan menjaga dan melindungi Viola. Dan gue tau apa yang harus gue lakuin tanpa gue harus ngelepasin Viola." ucapnya yakin. Bian tak bisa berkutik lagi.
Raka pergi meninggalkan toilet. Secepatnya dia harus mencari tau siapa yang sudah berani mengirimkan tikus mati itu pada Viola. Sedikitpun dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti dan melukai kekasihnya.
...🍁🍁🍁...
mulai nakal ya Vio....
lanjutkan 😆😆😆😆
sama kita Vio....
Bian kamu dicariin adenya Revi tuh. 🤭
aq jarang online di NT 🙏