Ketika dua insan penuh luka di pertemukan febian tereca gadis dengan senyum indah nya namun menyimpan luka di dalam hati nya dengan jonathan christian wijaya lelaki tegas berwibawa membawa kisah pilu di dalam hidup nya akankan mereka berakhir bahagia atau akan semakin terluka
"tata hanya ingin bahagia kenapa susah banget" Jonathan christian.
"aku juga berantakan tapi tidak pernah meminta orang lain untuk memahami ku" febian tereca.
"kita adalah dua luka yang berakhir duka" best x bad house
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsnotme, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Pagi hari telah tiba, Febi tengah bersiap diri hendak keluar dengan Nathan. Nenek yang melihat Febi sudah rapi menatap biasa saja karna kan kemarin Febi bilang nya ga ambil libur.
"Buruan nanti kesiangan purek" Goda nenek nya.
"Caca mo jalan sama Nathan"
"Lho kata nya ga ambil libur?" Seraya menaruh makanan di depan Febi.
"Libur deh".
Tidak lama Nathan sudah berada didepan pintu, mencium punggung tangan nenek nya Febi sekalian pamitan. Febi datang dari arah ruangan tamu lalu ikut mencium punggung tangan nenek dan pergi.
"Lain kali jemput tuh di depan aja jangan sampai pintu" Bukan ny itu semakin membuat Nathan terlihat lelaki baik baik kenapa malah di larang?
"Terserah Tata dong" Dengan senyum mengoda Nathan berucap seperti itu.
Setelah nya mereka melajukan motor itu melewati ramainya kota. Fabi melupakan satu hal, dia tidak tau ini jalan menuju mana?.
"Kita mau kemana Ta?" Mengedarkan pandangan ke arah lampu merah didepan mereka.
"Ke rumah Tata" Febi melotot. Kenapa harus ke rumah Nathan kan bisa ketempat wisata maybe?.
"Tata mau kenalin cacang ke nenek Tata" Nathan tau Febi akan protes itulah kenapa sebelum Febi protes Nathan menjawab nya.
"Terserah aja deh"
15 menit mereka baru sampai ditempat tujuan. Seperti biasanya Nathan, memarkirkan motor nya di bengkel papa nya lalu mengandeng Febi masuk kerumah lewat lorong kecil yang menjadi jalan pintas ke rumah papa nya.
Setelah membuka pintu, Mereka berjalan lurus melewati ruang tamu lalu berbelok ke arah kiri dibelakang ruang tamu terdapat sebuah kamar.
Nathan mengetok nya tiga kali lalu membuka nya.
"Shallom oma" Salam Nathan, Febi baru tau kalau Nathan non mus seperti dirinya senyum nya mengembang membayangkan tidak ada sekat tinggi nang kuat di antara mereka.
Pandangan Febi mengarah ke kasur kamar itu yang terdapat berbaring seorang perempuan lansia.
"Siapa yah?" Tanya nya dengan menamatkan pandangan nya ke arah Nathan.
Nathan berjongkok menyamakan tinggi nya dengan sang nenek.
"Tian oma" Nathan mencium punggung tangan oma nya.
"Oh Tian? Cucu oma?" Ahh ini maksud Nathan dulu Bahwa nenek nya sudah lupa dia.
"Hallo oma aku febi" Sapa febi dengan ramah sama seperti Nathan, Febi mencium punggung tangan oma.
"Febi?" Tanya oma berusaha mengingat sesuatu yang memang tidak ada di ingatan nya.
"Febi pacar nya Tian oma" Bukan febi yang berucap melainkan Nathan.
"Ohh cantik sekali kamu" Telapak tangan oma meraba muka febi yang sedari tadi jongkok disamping Nathan.
Merasa dia pernah mengalami hal sama beberapa tahun yang lalu.
"caca nya oma mamik cantik sekali" Dengan telapak tangan yang meraba permukaan muka Febi.
"Jelas dong cantik kan Caca nua oma mamik" Kedua nya tertawa bahagia.
Meneteskan air mata nya mengingat orang yang pernah menjadi sosok yang sangat penting di hidup dia.
"Jelas dong cantik kan pacar Tian" Ujar Nathan dengan bangga merangkul bahu febi.
"Duduk gih di ruang tamu oma mau istirahat bentar" Oma memang gampang lelah yah mungkin benar faktor U.
"Iya oma jangan lupa makan yah" Setelah itu Nathan membawa Febi ke ruang tamu yang berada di depan kamar oma.
Mendudukan diri di samping Nathan Febi mengamati ruang tamu itu. Tampak jika memang Nathan ini dari keluarga mampu terlihat dari perabotan yang ada di ruang tamu ini.
"Cacang mau minum apa?" Tanya Nathan mengeluarkan ponsel dan memberikan nya kepada Febi.
Febi bingung melihat hal itu, dia tidak terbiasa memegang barang pribadi milik orang lain meskipun itu kekasih nya. Bagi Febi ponsel termasuk barang pribadi jadi tidak berani memegang nya.
"Titip ponsel Tata, Cacang mau minum apa Tata pesenin di warung depan" Ahh iyah sebelum masuk bengkel tadi Febi sempat melihat kalau di sebrang jalan tadi ada warung.
"Matcha or taro?" Tanya Nathan lagi.
"Tau dari mana kalau aku suka pop ice taro?" Memincing menatap Nathan.
"Gebby lah sapa tau kata dia Cacang klau ga matcha yah taro" Tertawa mendengar hal itu.
"Taro aja deh" Putus Febi. "Okey" Melangkah keluar ruang tamu tetapi baru dia langkah Nathan secepat kilat berbaik dan mengecup sudut bibir Febi. Setelah itu berlari keluar.
Masih terkejut mau teriak kasihan oma lagi istirahat akhir nya febi hanya menghela nafas nya.
Tidak lama setelah nya Nathan kembali masuk dengan membawa 2 gelas es di tangan nya dengan cekikikan mungkin karna masih mengingat hal tadi.
Febi berdiri dari duduk nya lalu kedua tangan nya dilihat nya di depan dadanya memasang muka marah.
"Siapa yang ngajari Tata kayak gitu?" Masih dengan posisi yang sama dan muka marah yang dibuat buat hal itu terlihat lucu di mata Nathan.
"Drakor kan Cacang suka drakor jadi Tata lagi belajar suka drakor" Jawab nya tanpa dosa .
"Tata ga perlu kayak gitu kalau ga suka ga usah suka jadi diri sendiri aja" lenyap sudah muka marah itu digantikan muka rasa bersalah.
"Ini udah jadi diri sendiri Cacang" Menuntun Febi duduk kembali.
Mengambil ponsel nya yang digeletakkan oleh Febi di atas meja.
"Cacang pernah main game online ga?" Mencari topik pembicaraan Nathan takut lepas kontrol melihat bibir yang tampak mengiurkan.
"iya Aku pernah main ml kenapa" Febi dulu pernah mencoba semua game online hanya saja ketika dia sadar itu bukan bakat nya ia memutuskan berhenti.
"Tata ada ml mau coba?" Apa salah nya mencoba lagi?
"Boleh? Sini" Ponsel Nathan berada di tangan Febi lalu membuka aplikasi game itu memulainya menggunakan hero perempuan membawa panah.
Baru main 10 menit Febi sudah di buat emosi karna di hujat teman tim nya di komentar kata nya dia bot.
"Auah Caca kesel ini bocah buat emosi" mengembalikan ponsel itu kepada sang pemilik. Nathan menerima nya dengan tangan yang merangkul bahu Febi, membawa Febi lebih mendekat.
Berada di pelukan itu, Febi dapat mencium parfum Nathan yang wangi itu. Muka febi sangat dekat dengan dada bidang Nathan membuat nya takut bergerak.
"Ehh Cacang kok gini item nya?" Pantas saja gadis nya di sebut bot.
"Salah yah maaf untung itu clasic" Tampak sekali raut rasa bersalah nya.
"Its okey Cacang main rank pun kalah ga masalah" Toh cuma sebuah rank game ga masalah kalau turun.
" ehh ehh mundur Tata itu ada musuh" Melihat ada musuh mendekat ke posisi hero Nathan, Febi heboh sendiri.
"Yah kalah" Seru mereka bersamaan. Nathan menunduk guna melihat febi, sedangkan febi mendongak melihat nathan. Untuk sepersekian detik mereka hanya diam saja, namun febi bisa merasakan muka Nathan semakin mendekat sehingga jarak mereka tinggak satu jengkal.
Entah siapa yang memulai tetapi saat ini bibir mereka telah bertemu, melumat sebentar sebelum suara nada dering ponsel menyadarkan mereka.
Ponsel Nathan terdapat panggilan dari seseorang bernama Yohan.
Sialan ganggu aja nih orang. Batin Nathan.
"Ga mau di angkat sapa tau penting itu teman kamu" Febi belum tau kalau Yohan adalah nama papa nya Nathan emang hanya Nathan anak didunia ini yang memberi nama kontak ayah nya dengan sebutan nama saja.
"Ga penting kok, Cacang mau makan geprek ga di samping bengkel aja jualan geprek" Terang Nathan.
"Mau mau" Dari binar itu Nathan tau bahwa geprek adalah makanan kesukaan Febi.
"Tunggu disini sebentar Tata beliin" Bagaimana bisa Nathan bersikap baik baik saja setelah kejadian tadi? Tapi lebih baik seperti itu karna jika sama sama canggung akan susah mencairkan nya.
Seperti tadi tidak perlu menunggu lama Nathan sudah datang membawa satu porsi nasi geprek.
"Kok cuma satu?" mengerutkan alis nya.
"Disini porsi nya banyak Cacang" Dengan menunjukkan kotak nasi itu yang terdapat satu potong ayam bagian paha yang sangat besar dan dua porsi nasi.
"Paha nya sapa nih besar kali" Celetukan Febi membuat Nathan tertawa kencang.
"Cacang ga bakal habis ini" Febi memang makan nya banyak tapi selalu sedikit pengambilan porsi nya.
"Karna itu Tata beli nasi e 2 ayam nya satu aja" Menaruh kotak itu di depan Febi.
"Suapin Tata" Setelah nya mereka makan bersama dengan Nathan yang disuapin Febi.
Gue rasa gue ga salah milih kali ini. Tatapan penuh kekaguman Nathan berikan kepada Febi yang tengah menyuapi nya.
Nathan mengangkat tubuh Febi yang ringan lalu menaruh nya di pangkuan nya.
"Tata yang bener dong ini Cacang lagi suapin lho jangan banyak gaya" Sungut Febi dengan raut kesal nya.
"Tata kira Tata udah mulai sayang sama Cacang engga deh Tata cinta sama Cacang makasih udah hadir di hidup Tata"
Emang gue ngapain? . Tanya febi pada diri sendiri dengan bingung. Meski begitu dia melempar senyum terbaik nya lalu kembali menyuapi Nathan dengan posisi yang masih sama.
"Entah sampai kapan kita akan seperti ini tapi Tata harus ingat satu nya" Febi tidak ingin merasakan dihianati lagi itu sangat sakit.
"Suatu saat waktu kamu udah bosen sama aku bilang yah" Tegas dengan tidak meninggalkan kelembutan nya Febi melanjukan perkataan nya.
"Aku engga sekuat yang terlihat, kalau kamu bosen bilang aja gapapa, itu lebih baik dari pada kamu selingkuh, bisa kan?"