Wulandari adalah gadis desa biasa yang mencoba mengais rejeki di ibukota sebagai seorang pengasuh anak.
Siapa sangka, majikannya adalah seorang pengusaha muda tampan yang memimpin sebuah perusahaan besar di ibukota yang memiliki seorang anak laki-laki.
Wulan seperti terjebak dalam cinta yang rumit, bagaimana mungkin dia begitu lancang mencintai tuannya yang bahkan masih memiliki seorang istri.
Begitu banyak hal rahasia yang tak terduga.
Wulan bimbang apakah harus memperjuangkan cintanya ataukah cukup tahu diri untuk mundur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GendAyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps.34
"Kita sampai, ayo masuk" ucap Jason pada Wulan setelah memarkirkan mobil yang mereka kendarai tanpa pak Amat.
Jason melangkahkan kakinya masuk menuju lift dan memencet angka 9, Wulan setia mengekor di belakangnya sambil membawa tas berisi pakaian miliknya.
Perasaan gugup dan jantung yang berdetak kencang tidak pernah surut setiap kali bersama Jason.
Tapi Wulan berusaha sekuat tenaga untuk tetap profesional dan mengesampingkan perasaannya.
Saat telah sampai di lantai 9, Jason segera mengajak Wulan untuk masuk ke sebuah unit apartemen.
Apartemen miliknya yang dulu dia tinggali saat menghindari Andini saat baru saja menjadi kakak iparnya, yang justru tidak tahu diri mencoba menggodanya.
Tiga tahun sudah apartemen itu kosong tanpa penghuni.
Tapi semua isinya masih tertata rapi didalamnya.
Beberapa hari sekali Jason meminta jasa cleaning service untuk membersihkan huniannya itu.
Wulan melangkahkan kakinya masuk, tempat itu terlihat nyaman.
Tentu tidak seluas rumah utama keluarga Hartono.
Kesan maskulin lebih mendominasi tempat itu, dengan warna cat sebagian besar berwarna putih dengan sentuhan abu-abu di beberapa sudut.
"Ini kamar kamu selama disini" kata Jason sambil menunjukan kamar Wulan yang dulu dia tempati.
"Ini dapurnya, kalau kamu mau kamu bisa masak disini, tapi kalau tidak lebih baik pesan saja"
Jason mengajak berkeliling apartemen miliknya.
Wulan hanya mengikuti dengan tatapan takjub.
"Bianca pasti akan menghubungi kamu, ini handphone beserta simcard yang sudah aku siapkan didalamnya" ucap Jason menyodorkan smartphone keluaran terbaru pada Wulan.
"Dan ini untuk biaya selama kamu disini, atau kamu bisa pakai berapapun saat keluar bersama bianca. Kamu mungkin perlu sesuatu untuk dibeli" kata Jason lagi sambil mengulurkan sebuah kartu ATM.
Wulan sedikit terkejut dengan benda-benda pemberian Jason, matanya membulat sempurna.
Ditatapnya smartphone yang masih tampak sangat baru.
"Saya tidak butuh ini tuan" ucap Wulan perlahan sambil mendorong kartu ATM yang terletak diatas meja menjauh darinya.
"Kenapa??" Tanya Jason tidak mengerti.
"Oke dengar, setidaknya kamu butuh pegangan uang. Bagaimana kalau tiba-tiba Bianca meminta kamu untuk mentraktir sesuatu?"
Ucapan Jason ada benarnya, Wulan tidak berpikir sampai sejauh itu.
Bagaimanapun Wulan tidak ingin mempermalukan Jason kepada siapapun karena dirinya.
"Sebentar lagi indah akan kesini untuk membawakan beberapa baju untuk kamu.
Kamu harus berdandan secantik mungkin kalau Bianca mengajak kamu keluar, maaf...bukan berarti kamu tidak cantik tapi..."
"Saya tahu tuan, saya mengerti..saya tidak akan mempermalukan tuan dengan memakai baju-baju saya yang buruk" ucap wulan.
"Bukan begitu maksudku" Jason mencoba menjelaskan.
"Tidak apa-apa tuan"
Wulan semakin menyadari, bukan hanya status Jason yang sudah berkeluarga yang menjadi jurang pemisah diantara mereka.
Tapi juga status sosial yang jelas-jelas tidak mungkin bisa disatukan.
Perbedaan itu terlalu besar, bagaikan bumi dan langit.
Andai saja bisa, Wulan akan membuang semua perasaan cintanya pada Jason.
Tapi entah mengapa hal itu terasa begitu sulit.
Mungkin mencintai dalam diam menjadi pilihan terbaik saat ini.
"Ehmm.. kalau begitu kamu bisa istirahat dulu, aku harus ke kantor lagi. Untuk beberapa hari ini bi Irah akan mengurus Rayyan, kamu tidak perlu khawatir" ucap Jason beranjak.
"Baik tuan" jawab Wulan sambil mengiringi langkah kaki Jason keluar dari apartemen itu.
***
"Hufftt" Wulan merebahkan tubuhnya yang terasa penat diatas ranjang besar dengan bedcover berwarna putih bersih itu.
Diraihnya guling yang terasa empuk itu kedalam pelukannya.
Mata Wulan menangkap beberapa bingkai foto yang terpajang di atas meja disamping ranjang itu.
Wulan segera bangkit dan meraihnya, dalam foto itu tampak dua pemuda dengan senyuman yang begitu natural dan bahagia.
Ya, dalam foto itu Jason tersenyum begitu bahagia seolah tanpa beban. Wajahnya terlihat masih belia.
Sementara tangannya merangkul pundak seorang pemuda yang tampak usianya sedikit lebih tua dibanding Jason. Wajah mereka berdua tampak mirip.
Terlihat dari wajah keduanya, tentu siapapun akan langsung menebak bahwa lelaki yang bersama Jason adalah sang kakak Raymond Hartono.
Mata Wulan beralih pada pigura lain disamping foto itu.
Masih foto Jason dan Raymond, tapi dengan seorang wanita cantik yang wajahnya begitu familiar.
Wanita berambut panjang itu menyunggingkan senyum yang menawan.
Tangannya melingkar memeluk Raymond yang berada di tengah.
Sementara tangan Raymond merangkul pundak wanita cantik itu.
Sedangkan Jason tersenyum lebar berada disamping sang kakak.
"Ini kan nyonya Andini?" Wulan bergumam sendiri.
Nyonyanya itu terlihat begitu akrab dengan mendiang tuan raymond pada foto itu.
Bahkan terlewat mesra menurut pandangan Wulan.
Wulan sedikit heran, bagaimana bisa Jason bersikap biasa saja bahkan tersenyum begitu bahagia pada foto itu. Sedangkan istrinya memeluk lelaki lain.
Wulan lebih terheran lagi, entah hilang kemana semua senyum dan wajah bahagia orang-orang dalam foto itu. Semua tampak berbeda 180 derajat dengan kondisi saat ini.
Wajah Jason terkesan lebih banyak murung, bahkan jarang tersenyum dan terkesan begitu dingin. Meskipun Wulan tau bahwa Jason adalah orang yang baik.
Sementara Andini menjadi seorang yang begitu mengerikan.
Jangankan tersenyum, wajah wanita itu seperti menyimpan amarah dan keputus asaan.
Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan keluarga itu. Hal itu selalu mengusik benak Wulan.
***
Hallo, author lagi bingung nih...mau lanjut atau gak ya??
ada beberapa pertimbangan yang bikin author berpikir untuk lanjut atau stop aja...
duhh bingung 🤔🤔
cape deh dengan kebodohannya
Harusnya dia menerima Raymond sebagai suami dan takdir yang terbaik baginya, bukan malah napsu ingin memiliki Jason yang tdk mencintainya
Perempuan kufur nikmat /Awkward/
aq penasaran lho ending nyaaa...? 🤔