Pernikahan yang terjadi antara Ajeng dan Bisma karena perjodohan. Seperti mendapat durian runtuh, itulah kebahagiaan yang dirasakan Ajeng seumur hidup. Suami yang tampan, tajir dan memiliki jabatan di instansi pemerintahan membuatnya tidak menginginkan hal lain lagi.
Ternyata pernikahan yang terjadi tak seindah bayangan Ajeng sebelumnya. Bisma tak lain hanya seorang lelaki dingin tak berhati. Kelahiran putri kecil mereka tak membuat nurani Bisma tersentuh.
Kehadiran Deby rekan kerja beda departemen membuat perasaan Bisma tersentuh dan ingin merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, sehingga ia mengakhiri pernikahan yang belum genap tiga tahun.
Walau dengan hati terluka Ajeng menerima keputusan sepihak yang diambil Bisma. Di saat ia telah membuka hati, ternyata Bisma baru menyadari bahwa keluarga kecilnya lah yang ia butuhkan bukan yang lain.
Apakah Ajeng akan kembali rujuk dengan Bisma atau menerima lelaki baru dalam hidupnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leny Fairuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Sisi Lain Deby
Sudah empat hari Bisma mengikuti diklat di Bandung. Jum’at sore ia baru kembali. Kebetulan ia bertugas sendiri tidak membawa timnya. Dari Bandung ia langsung ke kota Malang untuk mengikuti Workshop dan Seminar yang diadakan Pemda Jatim. Mewakili kepala Dinas yang sedang lawatan ke negara tetangga membuat Bisma kini terdampar di Hotel Grand Mercure Malang.
Bersama kenalan barunya yang bernama Andrean mereka bersama satu pesawat dari Jakarta – Surabaya untuk mengikuti seminar yang sama. Andrean teman perjalanan yang cukup menyenangkan bagi Bisma. Keduanya selama di Bandung juga mendapat penginapan yang sama, hingga mereka menjadi teman mengobrol yang menyenangkan.
Begitu taxi bandara mengantarkan keduanya tiba di hotel, mereka langsung turun berbarengan untuk check in. Seminar akan dibuka malam nanti sesudah Isya. Mereka masih mempunyai waktu luang untuk sekedar beristirahat.
Tatapan Bisma terpaku pada pasangan yang saling bergandengan tangan check out dari hotel tempatnya berada saat ini. Ia yakin tidak salah lihat. Ia sangat mengenal perempuan yang menggandeng mesra pasangannya seorang lelaki hitam manis dengan postur sedang.
Rasanya bibirnya ingin memanggil perempuan yang berjalan tanpa peduli dengan sekelilingnya. Apalagi yang laki-laki sesekali mencium keningnya. Keduanya terlihat seperti pengantin baru.
“Ada apa pak Bisma?” teguran Andrean mengejutkannya.
“Oh, tidak ... tidak apa-apa,” Bisma menjawab seketika.
Pikirannya bekerja cepat. Ia segera menghampiri resepsionis, karena tidak ingin berprasangka buruk terhadap perempuan yang ia lihat.
“Maaf mbak, apa saya boleh tau pasangan yang baru keluar tadi?” kejar Bisma cepat.
Resepsionis itu memandang Bisma dengan kening berkerut, “Maaf Pak, kami tidak bisa menyebutkan para tamu yang menginap di sini untuk menghormati klien kami .... “ resepsionis yang ber-name tag Indri menggelengkan kepala dengan cepat.
“Jika saya katakan perempuan itu calon istri saya, dan bakal ibu dari anak-anak saya, apa anda masih menolaknya?” Bisma berkata tegas dengan sorot mata memerah menahankesal.
“Ma ... maafkan saya Pak .... “ Rini akhirnya mulai membolak balik buku yang ada di hadapannya.
“Pak Bisma mengenal perempuan itu?” Andrean memandang Bisma dengan serius saat bertanya padanya.
Kini tatapan Bisma teralihkan pada Andrean yang melayangkan pandangan pada pasangan yang kini telah memasuki mobil mewah yang berada di pintu gerbang luar hotel.
“Apa pak Andre mengenalnya?” kini pertanyaan Bisma ia kembalikan pada Andrean.
“Tentu saja,” Andrean berkata dengan senyum datar dari wajah klimisnya, “Dia mantan adik iparku. Tak ku sangka setelah diceraikan adikku tingkahnya semakin li ar ....”
“Astagfirullahaladjim .... “ Bisma istighfar dalam hati mendengar perkataan Andrean teman seperjalanannya.
“Ada hubungan apa pak Bisma dengan Riska?” tatapan penuh selidik tergambar dari wajah Andrean saat menembak langsung pada Bisma.
Bisma berpikir untuk menjawab kebenarannya. Tapi ia tidak ingin terombang-ambing dalam ketidak pastian akan masa lalu Deby yang memang tak pernah ia ketahui.
“Saya memang sedang dekat dengan Deby .... “ akhirnya Bisma mengakui setelah terdiam beberapa saat.
“Deby?” senyum sinis tercetak di bibir Andrean saat menyebut nama perempuan yang jadi topik pembicaraan keduanya.
“Pak Andre mengenalnya sebagai Riska,” ujar Bisma cepat, “Saya ingin mendengar masa lalunya untuk memastikan masa depan hubungan kami.”
Andrean terdiam. Sebenarnya ia malas untuk membicarakan aib orang lain yang pernah ada ikatan dalam keluarganya. Tapi melihat keseriusan di wajah Bisma membuatnya iba.
Dari kaca matanya ia yakin bahwa Bisma lelaki baik dan bertanggung jawab. Namun mengingat sepak terjang Deby Mariska mantan adik ipar yang telah diceraikan adiknya membuatnya tidak ingin Bisma menjadi korban pelarian Deby untuk memenuhi gaya hidup hedon-nya.
Setelah check-in dan mendapat kamar masing-masing dan menyimpan semua barang bawaan, kini keduanya duduk santai di kafetaria yang berada dalam lingkungan hotel.
Andrean mengisap rokok dalam-dalam, begitu pun Bisma yang mulai menghidupkan rokok yang sudah terselip diantara jarinya. Sejak enam bulan belakangan ini, ia memang akrab dengan kepulan asap rokok untuk mengurangi stress akibat tuntutan pekerjaan di tempat tugasnya yang baru.
“Riska dan Bram menikah lima tahun yang lalu. Keduanya telah dikaruniai seorang putri bernama Shelda. Sebelum memutuskan menikah dengan Bram, saya sudah mengenalnya dengan baik ....” Andrean memulai ceritanya dengan tatapan nanar memandang kejauhan.
Bisma terpaku mendengar perkataan Andrean. Bagaimana mungkin ia menutup telinga saat orang lain bercerita tentang masa alu perempuan yang sudah ia targetkan menjadi pendamping serta ibu dari anak-anaknya di masa depan.
Tapi ia berusaha menyimak dan tidak ingin memotong cerita Andrean.
“... Riska tempat mainnya di klub bersama rekan kampusnya. Ia pun biasa BO dengan tarif yang lumayan. Taulah ... semua yang ada pada dirinya sangat mendukung .... “ tawa sinis di bibir Andrean membuat Bisma tercekat.
“Anda benar .... “ Bisma menelan ludah getir saat mengatakannya.
“Dia termasuk high class di kalangan pengusaha...” Andrean berkata pelan sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
Mata Andrean memandang jauh mengingat sosok perempuan yang pernah menghangatkan malam-malamnya sebelum akhirnya melabuhkan hati pada Bram adik sepupunya hingga hamil, dan Bram siap menikahi Riska untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Rasanya akal sehat Bisma tak ingin percaya mendengar semua ucapan Andrean tentang kenakalan Deby di masa lalu. Dalam penglihatannya, sosok Deby dengan busana sopan menutup aurat, membuatnya berbeda dari perempuan mana pun yang pernah ia kenal. Dan hal itu telah membuatnya sudah jatuh hati pada pandangan pertama saat melihatnya.
“Kini Shelda berada dalam pengasuhan Bram dan mamanya. Sejak kelahiran putri mereka, Deby tidak pernah mau menyentuh darah dagingnya sendiri. Ia tidak ingin penampilannya berubah hanya karena mengurus anak .... “
Bisma benar-benar tidak menyangka, bahwa perempuan berpakaian serba tertutup yang membuat hatinya ingin berlabuh untuk kedua kalinya bukanlah perempuan yang tepat seperti yang ia bayangkan. Ini benar-benar pukulan telak baginya. Ia terlanjur memuja dan sangat yakin bahwa Deby adalah calon ibu yang baik bagi anak-anak mereka yang akan lahir jika ikatan pernikahan telah terjadi.
“Maafkan aku,” suara Andrean serta helaan nafasnya yang terasa berat terdengar Bisma, “Walau pun tak saya katakan pada anda, tapi begitulah kehidupan Riska .... “
Andrean menghisap rokoknya semakin kuat dan mengeluarkan asapnya secara perlahan dari hidung. Tatapannya kembali mengarah pada Bisma.
“Sepupuku menjatuhkan talak karena Riska bermain dengan atasannya di kantor tempatnya bekerja,” ucapan Andrean kembali melukai hati Bisma.
“Riska terlalu banyak koneksi, yang membuatnya tetap lancar untuk bekerja di tempat yang ia inginkan. Bram tidak ingin kembali padanya walau pun Riska berjanji tidak akan mengulangi perbuatan hina-nya .... “
Bisma menelan salivanya yang terasa kecut setelah mendengar kenyataan yang sangat menyakitkan begitu Andrean mengakhiri ceritanya.
“Justru saya yang seharusnya berterima kasih karena pak Andrean telah membuka mata dan pikira saya akan perempuan yang terlihat sempurna dengan penampilan sopannya .... “ Bisma tak sanggup meneruskan kata-katanya.
Ia sadar telah membanding-bandingkan penampilan Ajeng yang belum menutup diri dengan Deby, perempuan yang kini telah menggoreskan hatinya sehingga terluka.
“Kalau pak Bisma menginginkan ketenangan dan ketenteraman dalam berumah tangga, lebih baik cari perempuan lain. Apalagi Riska sudah jadi ayam kampus sejak di bangku kuliah. Itu udah style-nya. Kita tidak bisa menilai buku dari covernya. Begitu pun Riska, pakaiannya hanya untuk menutupi kelakuan bej*tnya,” Andrean menatap Bisma dengan penuh keyakinan.
“Terima kasih pak Andre. Saya akan mempertimbangkan semuanya,” Bisma berkata dengan raut penuh kekecewaan mengetahui masa lalu Deby dengan segala kisah kelam yang ia miliki.
“Atau bisa jadi, pak Bisma bisa mengubahnya menjadi lebih baik, siapa yang tau bukan?” Andrean menepuk bahunya begitu keduanya berpisah untuk kembali ke kamar masing-masing, “Mungkin bersama pak Bisma membuatnya berubah menjadi lebih baik.”
Bisma tidak menjawab, hanya hati nuraninya yang sedang berperang akan ucapan Andrean yang terakhir. Apa ia mampu merubah Deby menjadi lebih baik, atau malah ia yang akan goyah dan mengikuti arus kehidupan Deby yang memang terbentuk sejak awal. Tentu bukan perkara mudah dalam merubah karakter dan gaya hidup, hanya iman-lah yang mampu membuat seseorang berubah untuk menjadi lebih baik.
***Salam sayang selalu untuk para reader yang masih setia mengikuti kisah Bisma dan Ajeng. Mungkin ada yang berpendapat ceritanya terlalu bertele-tele. Tetapi sebagai otor\, kita juga udah memikirkan semua saat menulis cerita. Untuk mendapat 'feel' dari apa yang kita tulis memang tidak mudah. Hanya otor berusaha mencurahkan apa yang ada di kepala\, agar ceritanya terkesan natural.
Otor sangat berterima kasih atas semua kritik, saran, komen, like dan semuanya. Yang demikian itu membuat oto semakin bersemangat.
Dukung terus ya ...***