Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
masa lalu Chandra
"Ci? Cia? Ciara?" panggil Riko.
"oh iya mas? Ada apa ya?" tanya Cia dengan sopan.
"Ciiiiii? Marah ya?" Riko menarik ujung lengan baju Cia.
"emang sebelumnya kita saling kenal ya?" Cia nampak judes menatap Riko.
Dia sangat kesal karena lebih dari seminggu Riko tidak menyapanya padahal mereka bertemu setiap hari. Bukan hanya Riko, tapi juga Chandra. Waktu istirahat yang harusnya bisa mereka gunakan untuk berbicara, justru Chandra dan Riko menghilang bersamaan. Riko menatap Chandra, memberi kode jika Cia sedang merajuk.
"lah! Apanya yang ok?" Riko heran dengan Chandra yang hanya memberinya jempol tangan.
Riko hanya diam di sebelah Cia. Dia akan membujuknya nanti-nanti saja. Saat Cia masuk ke dalam ruang karyawan, di dalam sana sudah ada Sandra yang lebih dulu duduk di sofa.
"udah nggak pakai wig lagi Ci?" Sandra bertanya karena sudah lama dia tidak melihat Cia memakainya.
"tukang jambaknya kan udah nggak kerja lagi kak" Cia mengambil duduk di sebelah Sandra yang sedang memainkan ponselnya.
Klek..
"ngapain kamu di sini?" Sandra bertanya pada Chandra yang baru saja membuka pintu ruang karyawan.
"tuker jam istirahat lagi dong San" ucap Chandra memelas, dia menatap Cia yang juga sedang menatapnya.
"nggak ada, nggak mau. Kemarin-kemarin tuker jam istirahat karena mau barengan sama Riko, sekarang mau tuker lagi. Nggak mau Chan, balik kerja lagi sana" Sandra mengusir Chandra, dia mendorong Chandra agar segera keluar.
Bahkan saat pulang sore hari pun Cia berlari lebih dulu dari pada yang lain. Dia masih kesal dengan dua pria yang tak pernah menyapanya itu.
.
Sudah dua hari Cia selalu berhasil menghindari Chandra namun tidak dengan Riko yang selalu berada di sampingnya selama kerja, akhirnya dia akur lagi dengan Riko.
"sabar ya bang Chan" Riko menepuk pundak Chandra seolah mengejek pria itu.
Saat jam pulang tiba, Chandra keluar lebih dulu dari pintu masuk Restoran, agar bisa mendahului Cia.
"Cia, kesalnya udah dulu ya? Mas mau ngomong sesuatu" Chandra membujuk Cia yang berada di depannya.
"ok! Kita tunda dulu kesalnya. Sekarang mas Chandra mau ngomong apa?" Cia menarik tangan Chandra untuk berjalan ke arah gazebo yang berada di depan bangunan yang katanya milik bosnya.
"kapan kamu mau pulang ke Lamongan?" tanya Chandra.
"pinginnya sih secepatnya, tapi kan nggak semudah itu mas. Emang kenapa?" Cia penasaran dengan maksud Chandra bertanya seperti itu.
"mas mau ikut" Chandra dengan santai menjawabnya.
"ngapain? Aku aja belum tentu dapat izin, ini malah berdua"
"ingin memintamu pada ayahmu langsung" ucap Chandra dengan wajah seriusnya.
"sabar mas, nanti kita bicarakan lagi. Oh iya, kemarin aku ketemu sama mantan mas Chandra" ucap Cia dengan santai, namun senyum kecilnya tampak menyimpan rasa kecewa.
"kapan kamu bertemu dengannya? Dan dari mana kamu bisa yakin jika dia mantanku, kalau sebelumnya sudah ada yang mengaku sebagai mantan palsuku" Chandra tampak penasaran namun juga tidak yakin jika Cia benar-benar bertemu dengan Laura.
"beberapa hari yang lalu, dan Cia tau karena dia sendiri yang bicara, dan itu di iyakan sama kak Nina" Cia menatap Chandra di sampingnya. Cia mulai mengingat dan bercerita tentang kejadian di rumah sakit.
"Nina?" panggil seorang perempuan yang perutnya membuncit di depan ruang dokter kandungan.
"Siapa kak?" Cia bertanya pada Nina dengan pelan.
"oh Laura, dia teman kakak dulu Ci" jelas Nina.
"Halo! Adiknya Rudi ya?" Laura menyapa Cia dengan senyum ramahnya. Dia mengira Cia adalah adik Rudi marena yang dia tau Rudi punya adik perempuan.
"bukan, dia saudaraku. Kenapa memanggilku Lau?" Nina bertanya dengan malas.
Cia menatap keduanya dengan heran, perempuan bernama Laura itu tampak sangat senang bertemu dengan Nina. Sedangkan Nina tampak kesal dan malas bertemu dengan Laura.
"Gimana kabar Chandra Nin? Kalian satu tempat kerja kan?" tanya Laura penuh harap.
Nah! Ini kenapa yang di tanyakan malah kabar Chandra? Bukan kabar Nina? Cia jadi penasaran.
"nggak tau Lau. Aku udah lama udah nggak kerja di sana" jawaban Nina itu membuat wajah Laura tampak kecewa.
"mas Chandra baik kak. Aku kerja di tempat yang sama dengannya" jawaban Cia membuat Nina menghela nafas dengan berat. Dia berusaha menutupi, eh malah Cia yang dengan gamblang berkata jujur.
"boleh aku minta tolong?" tanya Laura pada Cia.
"iya silahkan, jika bisa aku akan menolong" jawab Cia. Nina berusaha menarik baju belakang Cia, namun gadis itu tak merasakannya.
"aku mau titip salam buat Chandra. Tolong sampaikan jika aku dan anakku merindukannya" ucap Laura sembari mengelus perut buncitnya yang mungkin tak lama akan melahirkan itu.
Cia hanya menatap Laura dengan syok. Dia menganggukan kepalanya dengan ragu.
"Sudah kan? Kita pulang dulu" ucap Nina dengan kesal. Nina kembali berjalan menghampiri Luar dan berbisik di telinganya.
"nggak tau diri banget ya! Udah melukai tapi masih ingin bersama dengannya? Jangan egois dan bahagialah dengan suami dan anakmu"
Nina berlari menyusul Cia yang lebih dulu berjalan, Nina menatap Cia yang tampak masih melamun atau mungkin memikirkan kalimat Laura.
"Jangan di dengarkan. Dia mantan Chandra, tapi sudah sejak lama menikah dan akan memiliki anak ke dua mereka" Nina mencoba membuat Cia tidak berfikir macam-macam.
"Chandra bukan pria brengsek Ci. Laura memang egois, dia ingin memiliki dua pria yang menguntungkannya. Lebih jelas lagi kamu tanya sama Chandra nanti" lanjut Nina.
Cia tersenyum. Dia sedikit tenang setelah mendengar penjelasan Nina, otaknya mulai berhenti memikirkan sesuatu yang negatif.
Chandra menggenggam tangan kanan Cia saat mendengar ceritanya.
"kamu mau mendengar Ceritaku? Tapi mungkin akan lama" Chandra masih menggenggam tangan Cia dengan kedua tangannya.
"Cukup katakan alasan kenapa kalian memutuskan untuk berpisah. Yang lainnya cukup menjadi cerita masa lalu mas Chandra, jika mas menceritakan semuanya, Cia takut jika itu akan mempengaruhi hubungan kita ke depannya" pinta Cia.
Chandra mengangguk, sebelumnya dia berniat menceritakan awal mereka bersama sampai akhirnya pengkhianatan itu terjadi, tapi dia berfikir jika Cia memang benar. Jika bagian senangnya dia ceritakan juga, itu mungkin akan melukai perasaan Cia. Meskipun sedikit tetap saja itu luka yang butuh waktu untuk sembuh.
"mas dulu kuliah sama Nina, Sandra dan Laura hanya sampai semester empat Ci, karena setelahnya mas harus kuliah ke LN atas keinginan papa" Chandra baru akan memulai ceritanya tapi Cia didah merasa insecure lebih dulu.
Chandra kuliah di LN, sedang dirinya hanya lulusan sma. Chandra memang bekerja sebagai barista, tapi bukan tidak mungkin jika pria itu memiliki usaha sendiri. Tidak mungkin pria cerdas sepertinya hanya menikmati hidupnya sebagai barista.
"mas lanjut" ucap Chandra lagi.
Ting..
"Chan? Mending lo udahan deh sama si Laura". Nina
"Chan? Lo akhiri hubungan lo sama Laura sekarang juga". Sandra
""Chan? Gue mohon putusin Laura sekarang juga". Rudi
Picture
"Dia akan menikah, akhiri hubungan kamu dengannya sekarang juga". Papa
Chandra membaca beberapa pesan yang di kirim oleh teman-teman kuliahnya dulu dan dari sang papa yang menyertakan sebuah foto undangan pernikahan. Dia juga menatap beberapa panggilan tak terjawab dari papa dan mamanya karena ponsel miliknya yang sebelumnya mati karena lowbat.
Drrrrrt.
"Halo! Kamu sudah lihat pesan dari papa?" tanya sang mama saat Chandra mengangkat telfon darinya.
"sudah ma. Alasan apa yang membuat Chandra harus percaya?" tanya Chandra, dia memang tak percaya dengan ucapan para teman serta papanya.
"apa undangan pernikahan masih belum cukup?" mamanya bertanya dengan tidak percaya.
"bisa saja itu tipuan kalian. Mama, papa dan teman-temanku tak pernah suka dengan hubungan kita. Bisa saja kalian kerja sama bukan?" ucap Chandra yang justru merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Terserah. Papa sudah berkali-kali memberikan bukti yang menjadi alasan papa dan mama tidak menyetujui hubungan kalian. Kalau kamu masih percaya dengan perempuan itu! Lakukan. Jika nanti kamu terluka, cukup nikmati luka yang kamu buat sendiri"
Klik.. Sambungan telfon itu di matikan oleh sang papa setelah dengan kesal mengucapkan kalimat yang lumayan panjang.
"Kalian bisa melakukan apapun untuk membuatku berpisah dengannya. Mana bisa aku percaya begitu saja" gumam Chandra pelan.
Ting...
"Sayang! Untuk satu bulan ini aku nggak bakalan bisa di hubungi soalnya mau kkn di tempat terpencil yang memang susah sinyal"
"tak apa. Jika kamu pergi ke kota dan mendapat sinyal, tolong segera hubungi aku"
Sejak pesan yang di terimanya dari Laura saat itu. Sudah lebih dari dua bulan perempuan itu tak kunjung menghubunginya. Di hubungi juga tidak bisa.
Di saat Chandra frustasi dan memutuskan akan pulang tanpa izin dari orang tuanya. Laura justru menghubunginya dengan nomer baru.
"Halo sayang? Maaf baru menghubungimu. Setelah KKN aku harus menyelesaikan banyak tugas, dan saat akan menelfonmu di jalan ponselku kena jambret. Aku baru saja membeli ponsel yang baru" ucap Laura di sebrang telfon. Namun terdengar suara berisik di ujung sana.
"tak apa, yang penting kamu baik-baik saja. Apa ada acara di rumah?" suara lembut Chandra membuat Laura tersenyum senang di kamarnya.
"tidak, di rumah sedang hujan deras. Makanya terdengar suara yang berisik" Laura berbohong. Padahal di rumahnya sedang ramai orang yang menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahannya besok.
Laura menutup telfon itu setelah puas bermanja-manja dengan Chandra.
Ting...
□picture
"Masih tidak mau percaya?"
Foto yang di kirimkan sang papa membuatnya syok tapi tidak langsung percaya. Dia mengirimkan foto itu pada Laura tapi tak kunjung mendapat jawaban. Bahkan panggilannya tak juga di angkat. Saat Chandra memutuskan untuk percaya, justru Laura membalas pesannya.
" Bukan sayang. Ini aku lagi tiduran di kamar"
^^^video^^^
Chandra membuka video yang di kirimkan Laura yang memperlihatkan perempuan itu memang sedang rebahan di kasur kamarnya. Chandra kembali tenang dan tidak memperdulikan pesan-pesan yang di terimanya tentang Laura. Dia akan mematikan ponselnya namun tidak jadi karena menerima sebuah pesan singkat dari teman dekatnya yang membuatnya kaget.
"B O D O H"
...****************...
Singkat, padat, bodoh.