Setelah bertahun-tahun berpisah, hidup Alice yang dulu penuh harapan kini terjebak dalam rutinitas tanpa warna. Kenangan akan cinta pertamanya, Alvaro, selalu menghantui, meski dia sudah mencoba melupakannya. Namun, takdir punya rencana lain.
Dalam sebuah pertemuan tak terduga di sebuah kota asing, Alice dan Alvaro kembali dipertemukan. Bukan kebetulan semata, pertemuan itu menguak rahasia yang dulu memisahkan mereka. Di tengah semua keraguan dan penyesalan, mereka dihadapkan pada pilihan: melangkah maju bersama atau kembali berpisah, kali ini untuk selamanya.
Apakah takdir yang mempertemukan mereka akan memberi kesempatan kedua? Atau masa lalu yang menyakitkan akan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alika zulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam yang bikin Deg Deg an
"Alice yang awalnya gugup, kini makin merasa terpojok dengan dada bidang Alvaro yang seolah sengaja mendekat ke arahnya.
"Hah?" Alice tergagap, berusaha berdiri tegak.
"Jelasin kenapa lo bisa sama Saimon... apalagi pegangan tangan," lanjut Alvaro dengan nada menyelidik, matanya tajam menatap Alice.
"Ehm, iya, kayak yang dibilang Kak Saimon. Terus pas di depan rumah sakit, gue gugup banget. Dia tiba-tiba narik gue karena gue masih syok. Jadi... gue nggak sadar kalo dia megang lengan gue," terang Alice, mencoba menjelaskan sambil mundur perlahan. Namun, Alvaro malah semakin maju, mendekatkan wajahnya, menatap Alice lebih dalam.
"Lo kenapa gugup?" tanya Alvaro lagi, membuat Alice refleks menggigit bibirnya, tak tahu harus menjawab apa.
Namun, suasana mendadak terpotong oleh suara Mang Maman, "Den!" serunya, membuat mereka berdua spontan menoleh bersamaan. Melihat suasana di antara mereka, Mang Maman merasa salah tingkah.
"Oh, ya... lo udah boleh pulang, kan? Yaudah, gue juga mau pulang," ucap Alice terburu-buru, berusaha melarikan diri dari situasi canggung itu.
"Ets," Alvaro dengan cepat menarik kerah baju Alice, membuat gadis itu terlihat kecil di hadapannya.
"Emm, apalagi sih, Ro?" Alice berbalik, tapi wajahnya sudah terlihat cemberut, bibirnya bahkan maju beberapa sentimeter, menahan kekesalan.
Alvaro menahan senyum, hatinya berbisik, "Gue kokop baru tau rasa," melihat betapa menggemaskannya wajah cemberut Alice.
"Lo pulang sama gue," ucap Alvaro tegas, tanpa basa-basi.
"Tapi—" Alice mencoba protes, namun langsung disela.
"Motor lo, biar orang suruhan gue yang bawa," potong Alvaro, seolah tahu apa yang akan Alice katakan.
"Akkhh, masa gue malah pulang sama dia," gumam Alice lirih, berjalan gontai menuju parkiran dengan rasa kesal yang bercampur aduk di dalam dadanya.
***
Alvaro membuka pintu mobil untuk Alice. Melihat itu, Alice tersenyum tipis—ini pertama kalinya ada laki-laki yang melakukan hal seperti itu untuknya.
"Lo udah makan?" tanya Alvaro sambil sekilas melirik Alice, lalu kembali fokus pada jalan.
"Belum," jawab Alice singkat.
"Lo mau makan apa?" tanya Alvaro lagi, matanya tetap setia memperhatikan lalu lintas yang ramai.
"Kita mau makan?" Alice menatapnya bingung, tidak menyangka akan diajak makan.
"Emm, kenapa?" Alvaro balik bertanya, kali ini menatap Alice karena lampu merah menghentikan mobilnya.
"E- kata ibu gue harus di rumah jam 10," sahut Alice, mulai khawatir.
"Masih ada sejam setengah," jawab Alvaro santai sambil melirik jam di tangannya, seolah memastikan mereka masih punya banyak waktu.
Alice mengangguk kecil, berusaha menyembunyikan senyumnya yang semakin melebar.
"Mau makan apa, hm?" tanya Alvaro lagi, memecah keheningan.
"Eum... ramen, boleh?" jawab Alice, kini menatap Alvaro sambil tersenyum.
"Boleh, gass," sahut Alvaro sambil membelah jalanan yang mulai ramai. Sesekali, Alice melirik keluar jendela, melihat pasangan-pasangan yang berjalan berduaan di malam itu. Namun, senyumnya makin lebar saat melihat Alvaro yang tampak gagah di sampingnya.
"Gue penasaran deh," ujar Alvaro tiba-tiba, dengan wajah yang sulit diartikan.
Alice menoleh, menunggu kelanjutan dari Alvaro, penasaran dengan apa yang akan dikatakannya.
"Apa gue terlihat ganteng banget ya di mata cewek-cewek?" lanjut Alvaro, melirik Alice sambil tersenyum jahil, membuat gadis itu langsung salah tingkah, memandang ke sembarang arah.
"Kalo mau mandang, pandang aja nggak usah sok jual mahal," celetuk Alvaro sambil tertawa kecil, menyadari Alice yang jelas-jelas grogi tapi mencoba menyembunyikannya.
g pa" belajar dari yg udah berpengalaman biar bisa lebih baik lg, sayang lho kalo ceritanya udah bagus tp ada pengganggu nya di setiap part nya jd g konsen bacanya karna yg di perhatiin readers nya typo nya tanda petik koma titik tanda tanya selain alur cerita nya
bu, aku minjem ini, ya," dan masih bnyk kalimat yg tanda titik baca komanya g sesuai thor