(Warning !! Mohon jangan baca loncat-loncat soalnya berpengaruh sama retensi)
Livia Dwicakra menelan pil pahit dalam kehidupannya. Anak yang di kandungnya tidak di akui oleh suaminya dengan mudahnya suaminya menceraikannya dan menikah dengan kekasihnya.
"Ini anak mu Kennet."
"Wanita murahan beraninya kau berbohong pada ku." Kennte mencengkram kedua pipi Livia dengan kasar. Kennet melemparkan sebuah kertas yang menyatakan Kennet pria mandul. "Aku akan menceraikan mu dan menikahi Kalisa."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 35
Kennet, mommy Helena, Kalisa dan Bernad keluar dari mobil hitam itu. Kalisa menghampiri mommy Helena. Dia melihat rumah biasa itu.
“Mommy.” Sapa Livia. Dia senang melihat ibu mertua sehat. Dia pun memeluk mommy Helena.
Mommy Helena tersenyum namun ia dengan cepat langsung mendorong pelukannya itu. Dia pun tersenyum ramah. “Em bagaimana kabar mu?”
“Mommy sebaiknya kita masuk,” ucap Kalisa. Dia tidak nyaman di luar yang terasa panas. Dia memegang tangan mommy Helena dan melewati Livia.
Mommy Helena di sambut oleh si kembar. Caesar menatap wanita setengah baya itu. Ia merasa tidak nyaman saat wanita itu tersenyum apa lagi wanita di sampingnya.
“Hey.” Mommy Helena memeluk Caesar. Wajah yang paling mirip dengan Kennet.
Kalisa tersenyum namun kemudian dia tidak tersenyum lagi karena merasa tidak nyaman. Ia tidak menyukai anak-anak Kennet.
“Hemm hay.”
Livia menghampiri Mommy Helena dan Kalisa. “Anak-anak sapa tante Kalisa dan nenek kalian.” Dia sangat senang ibu mertuanya baik-baik saja. Dulu ibunya sangat baik padanya.
“Iya Ma, Hey Nek. Aku Caesar, paling tua, ini Charles, Damian, Killian dan Khanza. Silahkan duduk nenek dan Tante.” Sapa Caesar dengan ramah. Padahal dalam hatinya ia merasa wanita di hadapannya hanya berpura-pura saja.
“Silahkan duduk Mom.” Livia menyuruh mertuanya duduk. Dia menyajikan jus, teh dan beberapa kue.
“Sayang.” Sapa Kennet. Dia mengusap pipi Caesar dengan gemas. Dia duduk di samping Livia saling berhadapan dengan ibu dan istrinya itu.
“Kennet kemarilah.” Kalisa tidak suka dengan pamandangan di hadapannya itu, sangat merusak pemandangan.
Kennet diam, ia tidak berniat untuk pindah tempat duduk.
“Livia kedatangan ku kesini, aku ingin bertemu dengan anak-anak. Aku senang, Kennet memiliki keturunan. Bahkan ada yang sangat mirip dengan Kennet.” Dia menggenggam tangan Kalisa.
Hal itu membuat Livia mengalihkan pandangannya. “Iya Mom, Caesar yang sangat mirip.”
“Aku senang akhirnya Kalisa dan Kennet menikah dan ada yang bisa menggantikan mengurus Kennet setelah kamu pergi.”
Kennet merasa tidak nyaman dengan perkataan ibunya. “Mommy, jangan bilang seperti itu. Aku dan Kalisa menikah karena Livia, seandainya aku tidak salah paham, aku tidak akan meninggalkan Livia.” Ini adalah kesalahannya dan kebodohannya.
“Tapi memang benar, saat kamu terpuruk memang Kalisa yang ada bukan mereka.”
Livia merasa ibu mertuanya itu berubah. Dia tidak lagi merasa ada kesenangan saat bertemu dengannya. “Momny saat itu Kennet tidak mempercayai ku bahwa Kennet mandul. Aku ragu kalau Kennet mandul. Aku rasa ada seseorang atau mungkin pemeriksaannya salah.”
“Livia kau tau apa? Tidak mungkin rumah sakit salah mendiagnosa. Kau jangan menuduh sembarangan.”
“Mommy kau datang kesini untuk berdebat atau bertemu dengan anak-anak.” Lerai Kennet.
Mommy Helena mengalihkan pandangannya. “Kedatangan ku kesini, aku ingin si kembar di bawa ke Prancis.”
“Apa?” Livia mengeluarkan suara tinggi. Setelah tidak di akui oleh ayahnya. Ibu mertuanya seenaknya saja ingin membawa si kembar.
Mommy Helena tidak ingin si kembar sekaligus penerus Kennet kekurangan pendidikan. Di Prancis pendidikan mereka terjamin. Kami juga akan membuat si kembar jauh lebih unggul dari sebelumnya.
“Maaf Nenek, kami tidak akan meninggalkan Mama. Lebih baik kami jadi seorang buruh dari pada harus meninggalkan Mama sendirian.” Sahut Caesar. Mau bagaimana pun, ia akan tetap memilih ibunya.
“Saat kami kecil sampai saat ini, Mama yang selalu ada.” Sahut Khanza.
Mommy Helena sangat kesal karena si kembar memilih bersama Livia. Padahal rumahnya jauh lebih besar bagaikan istana. “Kalian tinggal di sini, di rumah ini lebih enak …”
“Jadi Mommy, maaf nyonya Helena datang kesini karena ingin membawa si kembar. Maaf nyonya Helena, si kembar tidak akan ikut dengan nyonya.”
“Livia, kamu janga egois. Apa kamu ingin memberikan si kembar dengan syarat Kalisa dan Kennet bercerai? Kasihan mereka.”
“Aku tidak mau, kalian bisa mengadopsi anak karena kami tidak butuh harta kalian.” Caesar melihat wanita di hadapannya sangat arogan. Kekayaan hanya bersifat sementara dan semua itu hanyalah titipan dan bisa di ambil kapan saja.
Kennet merasa malu, bisa-bisanya ibunya meminta si kembar pada Livia. Padahal dialah yang membesarkan mereka. Tidak ada seorang ibu dan seorang anak di pisahkan.
"Masalah aku cerai tidak ada hubungannya dengan anak atau Livia. sebaiknya kita pergi kalau mommy masih berbicara omong kosong." Si kembar bukan tidak mengerti lagi ucapan orang tua. Mereka bisa menangkap ucapannya.
Mommy Helena tersadar, dia harus pelan-pelan melakukannya. Memberikan sebuah kepercayaan pada si kembar dan kemudian membuat si kembar membenci Livia. "Maafkan Mommy Livia dan anak-anak. Mommy hanya takut Kalisa dan Kennet berpisaha. Mommy tidak mau hubungan Kennet hancur seperti dulu. Ibu mana yang rela melihat kesedihan anak-anaknya." mommy Helena pun menangis.
Kalisa merangkul mommy Helena. "Mommy sudah, kita bisa merawat anak Kennet dengan baik sekalipun berpisah dengan ku." dia bermaksud ingin menenangkan dan memenangkan hatinya.
"Apa aku bisa mempercayainya? Kau memfitnah ku mengambil Kennet, dan sekarang kau ingin mengambil hati semua orang." Dia sangat tidak suka pada Kalisa yang bermuka dua. Ingin sekali ia menarik bibirnya hingga lebar.
"Livia, Kalisa bermaksud baik." Dia ingin semua orang tau kebaikan hati menantunya itu, Kalisa.
Livia tersenyum, pada akhirnya mantan mertuanya akan membela Kalisa. "Ya sudah, anak-anak tidak mau ikut dengan kalian."
"Si kembar apa kalian mau ikut dengan nenek dan daddy? Kami bisa memberikan apa yang kalian inginkan. Semuanya, kalian bisa melakukan apa pun." Nyonya Helena yakin, anak-anak selalu ingin melakukan sesuatu. Jika ia bisa merayu mereka, ia bisa membawa mereka dengan mudah.
"Aku tidak mau." Tegas Damian
"Aku juga." Killian.
"Aku juga." Charles.
"Aku juga." Khanza.
"Dan aku juga tidak mau." Caesar yang terakhir mengatakan keinginannya.
Mommy Helena merasa geram, semuanya bodoh tidak ada yang mau ikut dengannya. "Baiklah, aku rasa kalian harus memikirkannya dan kamu Livia, aku ingin kamu memikirkan ucapan Mommy."
Kalisa dan mommy Helena pun pergi dengan hati geram, kesal bercampur marah. Sangat susah sekali untuk mendapatkan anak Livia.
....
"Livia jangan pikirkan ucapan Mommy. Aku tidak akan membawa si kembar. Kalian akan tetap bersama. Masalah pendidikan, aku yang akan membiayai mereka. Coba kau pikirkan, aku berjanji tidak akan membawa mereka. Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka."
Livia masih terdiam, dia memang tidak punya uang seperti Kennet dan ibu mertuanya. Seandainya ia punya uang, ia tidak akan seperti ini.
"Anak-anak, jika kalian sukses kalian bisa melakukan sesuatu untuk membahagiakan ibu kalian. Kalian tidak perlu ikut dengan ku, cukup kalian lakukan semau kalian."