(Warning !! Mohon jangan baca loncat-loncat soalnya berpengaruh sama retensi)
Livia Dwicakra menelan pil pahit dalam kehidupannya. Anak yang di kandungnya tidak di akui oleh suaminya dengan mudahnya suaminya menceraikannya dan menikah dengan kekasihnya.
"Ini anak mu Kennet."
"Wanita murahan beraninya kau berbohong pada ku." Kennte mencengkram kedua pipi Livia dengan kasar. Kennet melemparkan sebuah kertas yang menyatakan Kennet pria mandul. "Aku akan menceraikan mu dan menikahi Kalisa."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 33
Keesokan harinya.
Tepat subuh, Livia sudah bangun. Setelah mencuci wajahnya, ia pun bergegas ke dapur. Seperti biasa nasi goreng, roti panggang, susu dan jus. Si kembar memang kembar, tapi kamauannya terkadang berbeda.
"Selamat pagi Mama." Sapa Killian. Dia bangun lebih awal, setelah membasuh wajahnya, dia ke dapur membantu ibunya.
"Selamat pagi Sayang." Sapa Livia.
Selang beberapa menit, si kembar yang lainnya pun menyusul. Mereka juga membantu Livia menyiapkan sarapan pagi.
Setelah beberapa menit, mereka pun sarapan. Mereka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Livia pun begitu, dia menggunakan dress dan menuju ke depan pintu. Tanpa ada rasa curiga dia membuka pintunya dan seorang pria terjatuh ke lantai dan yang mereka lihat punggungnya saja.
"Aaa ..."
Khanza berteriak, Livia menatap punggung itu dan menengok.
"Kennet."
Livia duduk berjongkok. "Kennet."
Kennet membuka kedua matanya. Dia menguceknya dan melihat Livia dan anak-anaknya berada di sampingnya. "Livia." Kennet berdiri. "Maaf aku ketiduran di sini."
"Nyonya, tuan muda." Sapa Bernad. Dia menguap sambil merenggangkan otot-ototnya itu. "Selamat pagi." Sapanya dengan ramah. "Eh tuan Kennet kecil." Dia melihat wajah Caesar yang sangat mirip.
"Kalian mau berangkat sekolah, biar Papa yang antar." Kennet menatap si kembar yang sudah rapi itu.
"Kennet kenapa kau di sini?" tanya Livia.
"Tadi malam aku kesini untuk melihat kalian, jadi aku ketiduran."
Kennet tak percaya, kenapa semenjak tadi ia tidak menyadari keberadaan Kennet dan Bernad.
"Semalaman? Jadi kau tidur di sini?"
Kennet mengangguk, "Iya."
Livia menatap wajah Kennet, Dia tidak percaya, pria di hadapannya memang berwajah dingin, tubuhnya memang kekar tapi ketika sudah masuk angin. Manjanya minta ampun. "Kennet sebaiknya kau pulang, beristirahatlah." Selama menikah, ia tau tubuh Kennet tidak terlalu kebal. Kadang sudah flu dan meriang.
"Tidak terjadi apa pun pada tubuh ku. Ternyata kau masih mengingatnya." Kennet tersenyum, Livia masih mengingat kebiasaannya.
Livia bergidik ngeri, dia menggenggam tangan Caesar. "Ayo Sayang kita berangkat."
"Eh tunggu dulu, kau tidak ingin membeli sesuatu atau ..."
Livia menatap tajam. "Aku tidak memiliki waktu mengobrol dengan mu." Nadanya begitu dingin.
Kennet tak memaksa, dia hanya melihat Livia dan anak-anaknya masuk ke dalam mobil. Dari pada ia terkena amukan Livia mendingan ia diam.
"Emm tuan apa kita tidak pergi?" tanya Bernad.
"Buat apa aku pergi. Livia tidak mengusir ku." Kennet melangkah masuk. Dia membuka pintu rumah Livia dan ternyata Livia tidak menguncinya.
Sementara itu, Kalisa meneguk sebuah jus. Dia melihat ponselnya. Kennet tidak menghubunginya sama sekali. Ia menggeram kesal. "Kennet, dia tidak menghubungi ku. Lihat saja Kennet, sekali pun Livia atau bahkan anak mu. Kau tidak bisa menceraikan ku. Karena aku memegang kartu mu."
Tak bisa menunggu lama, ia menghubungi Kennet. Ternyata panggilannya di matikan oleh Kennet. "Dia pasti bersama Livia. Aku harus menemui Livia."
...
Kalisa menghentikan mobilnya di sebuah toko. Dia pun turun dan masuk begitu saja, kebetulan ada beberapa pembali. "Livia dimana Kennet?" tanya Kalisa. Sudah pasti Kennet bersama dengan Livia dan menyembunyikan suaminya.
"Aku tidak tau," ucap Livia. Dia berusaha menjawab dengan baik karena ada beberapa pembeli.
"Livia kau jangan kurang ajar, dasar wanita murahan. Kau mengganggu suami ku. Ibu-ibu wanita ini tidak sebaik yang kalian sangka, dia berusaha menggoda suami ku," ucap Kalisa pada lima ibu-ibu yang sedang membeli kue.
"Cukup Kalisa! Kau mengatakan aku merebut Kennet. Kennet itu mantan suami ku, yang perebut di sini adalah kau. Kau yang merebutnya dari ku, bahkan anak-anak ku pun tumbuh tanpa sosok ayah karena kau."
Ibu-ibu berambut keriting dengan di ikat satu itu mengerti. Dia kasihan pada Livia dan ia tau bahwa Livia memiliki lima anak kembar dan memang sudah bercerai. "Oh jadi anda istrinya, anda tidak sopan sekali. Anda yang murahan karena merebut suami orang."
"Cantik-cantik tapi sukanya sama rud4l orang."
"Cantik tapi hatinya busuk, pantas saja sampai bau seperti ini." Seorang ibu-ibu menyumbat hidungnya dengan mengapitkan kedua jarinya.
Kalisa terdiam, dia kira ibu-ibu itu mau merendahkan Livia.
"Kalisa!" Kennet menarik lengan Livia. "Kenapa kau kesini? Apa yang mau kau lakukan pada Livia?"
"Oh jadi anda suaminya sekaligus mantan suaminya mbak Livia. Anda tampan sih, tapi sayang seleranya krikil di jalan."
"Anda harus jaga istri anda agar tidak mengganggu mbak Livia. Dia ini datang malah menanyakan anda dan membentak Livia. Untung saja anda datang, kalau tidak datang sudah saya botakin buto ijo ini, huh." Salah satu ibu-ibu melengos dan berdecak pinggang.
Kennet menarik paksa Kalisa sampai keluar. "Kalisa kau membuat ku malu, untuk apa kau datang kesini?"
"Aku hanya merindukan mu."
"Cukup!" teriak Kennet. "Kita akan bercerai, jadi jangan mengatakan yang menjijikkan."
"Kennet hanya demi anak-anak mu kau menceraikan aku."
Kennet tidak ingin menambah beban dalam pikirannya. "Kennet bawa Kalisa pergi."
Bernad menarik lengan Kalisa dan masuk ke dalam mobil. Dia pun mengendarai mobilnya dan melaju ke jalan lain.
"Bernad kau akan menyesal bersikap kasar pada ku."
"Aku tidak mendengar," ucap Bernad. Dia juga capek karena Kalisa selalu saja membuat kepalanya cenat-cenut.
....
"Livia maafkan aku dan ibu-ibu maaf karena merasa tidak nyaman."
"Ya sudah kita pergi saja. Livia kalau ada sesuatu jangan ragu hubungi kita," ucap salah satu ibu-ibu.
"Kennet sebaiknya kau pergi jangan mengganggu pekerjaan ku," ucap Livia.
"Tidak, aku akan membantu mu."
Livia diam, dia malas untuk berdebat. Dia pun membiarkannya dan beberapa pelanggan pun datang. Pada akhirnya Kennet membantunya.
Sementara itu, Bernad mengantarkan Kalisa ke hotelnya. "Jangan mengganggu tuan bagaikan hantu saja, ingat nyonya, eh buka. Nyonya tapi Kalisa, kalian akan bercerai. Bye."
Kalisa menutup pintu mobil Bernad dengan kasar. Ingin sekali ia mengoyak daging mulut Bernad itu. "Awas kau Bernad."
Drt
Kalisa mengambil ponsel di tasnya.
"Kalisa aku sudah ada di jalan dan hampir sampai. Berapa. nomor hotel mu dan lantai berapa?"
Kalisa menjawabnya dan ia akan menunggu ibu mertuanya itu. Dia tersenyum tipis, sebentar lagi Kennet akan terkejut dan pria itu tidak akan berkutik padanya.
....
"Kalisa." Seorang wanita dengan menggunakan kaca mata hitam menyapa menantunya itu.
"Mom, ayo masuk dulu Mom." Kalisa menutup pintu hotelnya dan kemudian memeluk mommy Hellen. "Mommy untunglah kau datang, kau bagaikan malaikat penyelamat ku. Kennet sudah tergoda pada Livia."
"Sudah tenang saja, dimana Kennet? Hubungi dia, katakan bahwa ada ibunya di sini."