Senyum Di Balik Apron

Senyum Di Balik Apron

Senja di kampung halaman

Setelah tiga tahun akhirnya perempuan bernama Ciara Anastasya itu menginjakan kakinya di kampung halaman. Perempuan yang memiliki tinggi sekitar 160 dengan rambut pendek sebahu serta kulit kuning langsat itu tersenyum. Senyum yang mengartikan senangnya dia atas kepulangannya ke kampung halaman yang telah dia nantikan akhirnya terwujud.

Cia masuk ke dalam rumahnya yabg terbuka lebar, namun tak terlihat orang tuanya ada di sana. Setelah masuk lebih dalan, Cia menemukan orang tuanya sedang duduk bersama menonton tv di ruang tengah rumahnya. Cia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan senyum di bibirnya.

"Ayah, Ibu"

"letakkan barangmu dan mandilah dulu nak" ucap ibunya dengan lembut.

"iya bu"

Setelah menjawab Cia langsung memasuki kamarnya. Waktu masih menunjukan pukul empat sore. Cia segera mandi dan kembali duduk bersama orang tuanya di depan rumahnya.

Banyak tetangga yang melihat dan menyapanya, menanyakan kedatanganya. Cia melihat senja yang nampak indah di depan matanya. Senja yang selama ini jarang dia lihat di tanah rantau.

......................

"kerja di mana sekarang mbk?" pertanyaan yang terlontar dari tetangganya.

Sudah satu bulan Cia bersantai jadi pengangguran di rumah. Tetangga dan orang-orang di sekitarnya mulai sibuk menanyakan pekerjaanya.

"Di rumah dulu sementara. Mau istirahat bu" Cia menjawab dengan sopan dan kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang ke rumah.

"memang paling bener berdiam diri di rumah saja. Baru juga satu bulan nganggur, mereka kira aku robot atau gimana? Abis kerja tiga tahun langsung kerja lagi. Tulangku aja rasanya masih bergetar gini" Cia ngedumel pelan di tiap langkah kakinya.

"kenapa kamu nak?" tanya sang ibu saat melihat anaknya pulang dari membeli jajan dengan muka yang kurang enak di pandang.

"nggak apa bu." Cia menyerahkan apa yang di belinya pada sang ibu.

"kamu ini jajan terus. Makan enggak jajannya kenceng banget" omel sang ibu setelah menerima berbagai macam cemilan di tangannya.

"loh, ini buat nanti malam kalau aku kelaparan bu"

Cia mengobrol dengan kedua orang tuanya malam itu. Ayah ibunya tak ada yang membahas pekerjaan di depan anaknya karena mereka tau jika sang anak masih ingin beristirahat.

......................

Setelah tiga bulan jadi pengangguran dan dua bulan terakhir mencari kerja namun tak kunjung mendapatkan pekerjaan membuat Cia mulai tertekan sendiri. Ternyata di usianya yang ke 27 tahun ini sudah cukup sulit mencari pekerjaan dengan modal ijazah SMA.

"Harusnya aku ambil kuliah online kemarin selama merantau" Cia berucap pelan dengan pandangan yang mengarah ke depan di mana matahari sore nampak begitu indah dengan warna kemerahaannya.

"lagi lagi senja yang menemaniku" lanjutnya lagi dengan pelan dan sedih.

Cia berjalan memasuki rumahnya. Dia mengambil ponselnya yang berbunyi di atas meja ruang tamu.

"Akhirnyaaa" senyum di bibirnya mulai berkembang dengan pelan.

"Kenapa nak?" tanya sang ayah yang melihat anaknya sumringah itu.

"Aku dapat kerja yah" ucapnya dengan bahagia.

"Syukurlah. Dapat kerja di mana nak?" ibunya yang berjalan dari dalam itu menimpali.

"Gini yah bu, Aku dapat kerja di jakarta, izinin ya yah? Aku bakal jaga diri baik-baik kok. Gak bakalan nakal juga. Ayah percaya kan sama anak ayah ini?" pandangan memohon itu di tujukan kepada orang tau yang ada di depannya.

"huuuft" hembusan nafas itu terdengar dari sang ayah, hingga membuat Cia khawatir jika usahanya selama wawancara online akan sia-sia.

"tak apa, pergilah jika kamu memang ingin, ayah cuman mau berpesan jaga diri baik-baik disana"

Cia tersenyum cerah mendengar jawaban sang ayah. Sangat jarang ayahnya memberi izin untuk bekerja di luar kota selama ini, apalagi dia baru pulang dari perantauan selama tiga tahun.

"tetap jadi baik di manapun kamu berada nak" pesan sang ibu dengan lembut.

"tidak bisa. Mana bisa kamu menyuruhnya tetap jadi baik di kota yang begitu keras bu. Jika ada yang jahat sama kamu, balas nak balas. Jangan diam saja seperti orang tersakiti di sinetron. Tapi balasnya jangan main senjata atau kekerasan, bisa di penjara nanti kamu" ucapan menggebu gebu sang ayah membuat Cia dan ibunya tertawa.

"iya yah bu. Cia bakal jaga diri dan kalau ada yang jahat Cia bakalan balas. Tenang aja" ucap Cia dengan bangga.

"oh iya. Cia mulai kerja senin depan. Jadi hari sabtu Cia sudah harus berangkat untuk mendapatkan kos yang dekat dengan tempat kerja Cia" lanjut Cia.

"Cari kos yang khusus perempuan kamu" ayahnya menimpali

"iya yah. Aku bakal nyari nanti di Meps".

"nggak papa agak mahal asal aman untuk di tinggali. Kalau bisa nyari yang banyak tetangganya, kalau ada apa-apa banyak yang denger. Banyak yang nolong" Ibunya adalah orang yang paling khawatir.

"Mbak kok gak pernah pulang bu?" tanya Cia yang mulai sadar kalau kakak perempuannya belum pernah pulang sama sekali selama tiga bulan ini.

Cia punya kakak perempuan bernama Liliana Buana, kakak yang usianya terpau 10 tahun darinya. Liliana tinggal bersama suami dan juga anaknya di kota dekat tempat tinggalnya di jawa timur. Di sana rumah suaminya dan memang sangat jarang mereka pulang.

"biasanya sebulan sekali mbak pulang. Kok ini udah tiga bulan nggak pulang. Apa ya nggak kangen sama adeknya ini"

"Mertua mbakmu itu kemarin sakit lama nak. Jadi dia nggak bisa pulang karena harus mengurus mertuanya juga" ibunya memberi pengertian pada anak bungsunya itu.

"Pantes sering posting foto di rumah sakit." Cia bergumam.

"ya mau gimana lagi, kakak iparmu itu anak tunggal. ayahnya keluar masuk rumah sakit kalau nggak mbak sama masmu mau siapa lagi yang merawat mereka". Ibu

"Ibu udah jenguk ke sana?". Cia

"Besok ayok kita ke sana. Ibu kangen sama cucu ibu juga". Ibu

"iya bu, aku juga kangen sama Risa. Ayah ikutkan?". Cia bertanya pada sang ayah dengan mata yang di sipit-sipitkan.

"Iya tentu dong ayah ikut. Mana mau ayah di rumah sendirian nggak ada yang masakin" padahal niat ayahnya nggak mau ikut.

"sebenernya ayah nggak mau ikut kan? Karena kan ayah paling malas kalau di suruh naik bus gitu" Cia sudah tau gimana ayahnya.

Beliau jarang ikut berpergian kecuali memang penting. Apalagi harus naik bus jika hanya mereka bertiga. Bahkan naik mobil pun beliau malas dengan alasan kakinya sakit kalau di tekuk di dalam mobil. Ya maklum, beliau tinggi soalnya.

"kamu ini tau aja. Yaudah gih bilang sama mbakmu kalau besok kita datang ke sana" ucap sang ayah.

"Aku udah kirim pesan tapi belum di balas sama mbak liliana" Cia menunjukan ponselnya pada sang ayah.

"tuh di balas tuh. Coba baca, tulisan kok kecil banget." ibu menimpali setelah melihat pesan balasan yang kecil kecil di ponsel Cia.

"Kata mbak Liliana gak usah datang soalnya lusa mbak sama mas mau pulang. Mertuanya udah sehat wal afiat dua duanya"

"Syukurlah..." kompak sang ayah dan ibunya.

Cia heran melihat kedua orang tuanya yang nampak lega itu. Tapi tak lama Cia sadar jika orang tuanya mudah lelah kalau harus berpergian jauh dengan kendaraan umum. Ya namanya juga sudah tua kan.

...****************...

Episodes
1 Senja di kampung halaman
2 Perjalanan
3 Hari Pertama
4 Sandra Again
5 Lagi-lagi Sandra
6 Hari Libur
7 Lebih dekat, lebih panas.
8 Resign
9 Kabar
10 Sakit
11 Huru Hara
12 Tante Celine
13 ketenangan sementara
14 tiba-tiba cuti
15 Penyesalan Sandra
16 Berjalan Selangkah
17 Habis Sandra, terbitlah Mita
18 Riko Galau
19 Bertemu tante Celine
20 Masa lalu dan masa sekarang
21 Zara bikin ulah
22 Awal dari Masalah
23 Tangisan Cia
24 bersama Chandra
25 Fitnah Baru
26 Naik Turun
27 Nasihat
28 semakin Gila
29 Balasan
30 Atasan Baru
31 masa lalu Chandra
32 masa lalu dan masalah baru
33 Menjauh
34 Pulang Kampung
35 SABAR
36 Keputusan
37 Sadar
38 Lamaran
39 Berkas Pernikahan
40 Hari H
41 Chandra Sakit
42 Akhirnyaaaa
43 Mulai Kerja
44 Pindah Rumah
45 Keseharian
46 pertama dalam rumah tangga
47 Cepat Berakhir
48 Dunia yang sibuk
49 Alasan Zara
50 Zara menang
51 mission completed
52 Chandra ngidam
53 Alasan Berhenti
54 Bayangan
55 Hari Resepsi
56 Kabar Baik
57 anak kurang ajar
58 ada ada saja
59 Panik dikit
60 Panik
61 Panik bersama
62 Welcome
63 Masih Naira
64 Begitu cepat
65 Hari beruntung Zaki
66 Zara dan Riko
67 Huru Hara lagi
68 Heboh
69 Pemberitahuan
70 Bab 1 Batas Takdir
71 Bab 2 Liburan
72 Bab 3 Liburan Hari ke 2
73 Bab 4 Tragedi
74 Bab 5 Ingatan
75 Bab 6 Hari pertama Kerja
76 Bab 7 Masih hari pertama
77 Bab 8 Bertemu secara langsung
78 Bab 9 Malam Mendebarkan
79 Bab 10 Kenangan Menyakitkan
80 Bab 11 Gosip
81 Bab 12 Gosip yang sama
82 Bab 13 Siapa mereka
83 Bab 14 Mencari Masalah
84 Bab 15 Pengakuan
85 Bab 16 Gosip Baru
86 Bab 17 Gosip Lagi
87 Bab 18 Salah Paham
88 Bab 19 Ketahuan
89 Bab 20 Masalah Selesai
90 Bab 21 satu per satu
91 Bab 22 Ramalan
92 Bab 23 Ingatan
93 Bab 24 Sila
94 Bab 25 Sandiwara
95 Bab 26 Satu Per Satu
96 Bab 27 Sandiwara Berlanjut
97 Bab 28 Khawatir
98 Bab 29 Amarah Tertahan
99 Bab 30 Akhirnya
100 Bab 31 Terbebas
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Senja di kampung halaman
2
Perjalanan
3
Hari Pertama
4
Sandra Again
5
Lagi-lagi Sandra
6
Hari Libur
7
Lebih dekat, lebih panas.
8
Resign
9
Kabar
10
Sakit
11
Huru Hara
12
Tante Celine
13
ketenangan sementara
14
tiba-tiba cuti
15
Penyesalan Sandra
16
Berjalan Selangkah
17
Habis Sandra, terbitlah Mita
18
Riko Galau
19
Bertemu tante Celine
20
Masa lalu dan masa sekarang
21
Zara bikin ulah
22
Awal dari Masalah
23
Tangisan Cia
24
bersama Chandra
25
Fitnah Baru
26
Naik Turun
27
Nasihat
28
semakin Gila
29
Balasan
30
Atasan Baru
31
masa lalu Chandra
32
masa lalu dan masalah baru
33
Menjauh
34
Pulang Kampung
35
SABAR
36
Keputusan
37
Sadar
38
Lamaran
39
Berkas Pernikahan
40
Hari H
41
Chandra Sakit
42
Akhirnyaaaa
43
Mulai Kerja
44
Pindah Rumah
45
Keseharian
46
pertama dalam rumah tangga
47
Cepat Berakhir
48
Dunia yang sibuk
49
Alasan Zara
50
Zara menang
51
mission completed
52
Chandra ngidam
53
Alasan Berhenti
54
Bayangan
55
Hari Resepsi
56
Kabar Baik
57
anak kurang ajar
58
ada ada saja
59
Panik dikit
60
Panik
61
Panik bersama
62
Welcome
63
Masih Naira
64
Begitu cepat
65
Hari beruntung Zaki
66
Zara dan Riko
67
Huru Hara lagi
68
Heboh
69
Pemberitahuan
70
Bab 1 Batas Takdir
71
Bab 2 Liburan
72
Bab 3 Liburan Hari ke 2
73
Bab 4 Tragedi
74
Bab 5 Ingatan
75
Bab 6 Hari pertama Kerja
76
Bab 7 Masih hari pertama
77
Bab 8 Bertemu secara langsung
78
Bab 9 Malam Mendebarkan
79
Bab 10 Kenangan Menyakitkan
80
Bab 11 Gosip
81
Bab 12 Gosip yang sama
82
Bab 13 Siapa mereka
83
Bab 14 Mencari Masalah
84
Bab 15 Pengakuan
85
Bab 16 Gosip Baru
86
Bab 17 Gosip Lagi
87
Bab 18 Salah Paham
88
Bab 19 Ketahuan
89
Bab 20 Masalah Selesai
90
Bab 21 satu per satu
91
Bab 22 Ramalan
92
Bab 23 Ingatan
93
Bab 24 Sila
94
Bab 25 Sandiwara
95
Bab 26 Satu Per Satu
96
Bab 27 Sandiwara Berlanjut
97
Bab 28 Khawatir
98
Bab 29 Amarah Tertahan
99
Bab 30 Akhirnya
100
Bab 31 Terbebas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!