Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^
Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Gue kuat. Kuat, Win" pikir Winda dengan menahan rasa sedih.
Pukul 18.45. Mereka sudah sampai di tempat Food Court. Devie merasa aneh dengan Winda karena sejak tadi tampak tidak tenang.
"Kamu kenapa, Win?"
"Apa?"
"Sepertinya sejak tadi kamu gak tenang"
"Gak. Aku biasa saja. Cuma perasaan Kak Devie" kata Winda dengan duduk pelan.
"Sejak tadi kamu melihat handphone terus. Ada sesuatu atau sebenarnya kamu sedang sibuk?"
"Gak. Aku masih chat dengan temanku" kata Winda dengan berusaha bersikap biasanya.
"Benar gak ada apapun?"
Winda mengangguk.
"Kalau begitu kamu juga memesan dengan chat temanmu"
Winda mengambil buku menu dengan pelan. Sejak tadi Winda sangat ingin chat Mike. Winda ingin menceritakan semuanya rasa sesak di dalam hatinya tapi ragu karena khawatir Mike tidak mau mendengar. Semalam memang Mike bicara begitu tapi hati orang sesungguhnya tidak ada yang tahu.
"Jadi selama ini kamu chat dengan siapa?"
"Gak ada. Cuma teman"
"Aku sering tahu kalau kamu didatangi anak cowok. Aku juga dengar dari Bibi. Siapa? Benar teman kamu? Sepertinya bukan ya?"
Winda tersenyum heran.
"Kak Devie bicara apa?"
Devie tersenyum.
"Cowok sering datang mengunjungi kamu aku gak percaya kalau cuma teman"
Winda merasa lucu.
"Memang cuma teman. Sebenarnya menyebalkan cuma ketika aku gundah entah kenapa dia jadi beda"
"Beda gimana?"
"Dia seperti..."
Winda berpikir.
"...jadi sosok yang bijak. Aku melihat sisi lain darinya" lanjut Winda.
"Dia seumur kamu, Win?"
Winda mengangguk.
"Ceritanya...dia saudara kembar teman satu sekolah aku tapi Kak..."
Devie merasa ingin tahu.
"...sangat beda jauh. Antara dia dengan saudara kembarnya. Saudara kembarnya sangat sombong dan sok tapi dia sekalipun gak" lanjut Winda dengan menggelengkan kepalanya.
"Bisa begitu? Ya...memang meskipun saudara kadang bisa beda jauh"
Handphone Winda berbunyi dan Winda mengambil handphonenya lalu melihat chat dari Fandi dan segera membuka.
Fandi : Aku sudah sampai. Kamu di mana, Win?
Winda : Kak Fandi masuk saja. Pasti langsung bisa melihat aku dan Kak Devie karena gak terlalu ramai
"Kamu mau pesan apa, Win?" tanya Devie dengan masih melihat buku menu.
"Aku..."
Seketika Winda berhenti bicara karena melihat Fandi ada di pintu masuk dengan melihat sekitarnya. Sebenarnya Winda sangat rindu tapi akhirnya tidak bisa seperti dulu lagi. Winda paham posisinya.
"Kak Fandi" panggil Winda sedikit teriak.
Winda berdiri lalu Fandi melihat Winda dan seketika Devie terdiam.
"Apa? Fandi?" pikir Devie pelan.
Winda melihat sekilas Devie dan melihat Fandi dengan berusaha tersenyum.
"Hai" kata Fandi menyapa dan berdiri di hadapan Winda.
"Apa kabar, Kak?"
"Aku...baik. Sebenarnya gak tapi baik juga" kata Fandi dengan melihat sebentar Devie.
Winda berusaha tersenyum.
"Membingungkan"
Fandi mengangkat bahu.
"Gue bodoh. Kenapa gak sejak dulu gue bisa membaca cara Kak Fandi melihat Kak Devie? Kenapa baru sekarang?" pikir Winda pelan.
Winda : Novi, gue bodoh 😭
Winda menyempatkan kirim chat untuk Novita dengan merasa sedih.
"Kak Devie"
Devie menoleh dan melihat Winda dengan pelan.
"Aku yang menyuruh Kak Fandi datang ke sini"
Devie merasa heran dan berdiri.
"Kenapa?"
"Aku mau Kak Devie kembali bersama Kak Fandi. Jadi kesalahanku penyebab kalian berakhir"
"Ini bukan karena kamu, Win. Aku memang mau mengakhiri jadi tolong sekarang jangan ikut campur"
Fandi merasa sedih.
"Aku bukan ikut campur tapi merasa ikut andil penyebab kalian berakhir"
"Aku sudah bilang kalau bukan karena kamu" kata Devie mulai kesal.
"Lalu apa?" tanya Fandi dengan mengerutkan dahi.
Devie melihat ke arah lain.
"Semua bisa dijelaskan. Jangan mendadak kamu mengakhiri tanpa memberi alasan. Kalaupun ada alasan tapi menurut aku gak masuk akal juga gak diterima. Apa arti pacaran menurut kamu, Dev? Jangan-jangan pikiran kamu yang dangkal" kata Fandi merasa tidak terima.
"Maaf. Aku gak mau ikut mendengarkan masalah kalian. Kak Devie, aku lega kalau memang bukan karena aku tapi aku akan jauh lebih lega kalau Kak Devie menyelesaikan masalah dengan Kak Fandi. Hubungan kalian layak diperjuangkan. Kalian orang yang lebih besar dari aku. Seharusnya bisa menyelesaikan dengan kepala dingin"
Winda memegang tangan Devie.
"Kak"
Devie melihat Winda secara perlahan.
"Tolong pikirkan dengan baik kalau mau putus dengan Kak Fandi. Aku lihat Kak Fandi sungguh mencintai Kak Devie dan jangan membuat pengorbananku jadi sia-sia" lanjut Winda memohon.
Devie jadi terenyuh dan Winda melepaskan tangan Devie lalu berjalan pergi dan Devie melihat kepergian Winda dengan merasa bingung.
"Kalau begini justru pikiran Winda yang dewasa. Kamu bisa kalah" kata Fandi menyindir.
Devie merenung dan Fandi melihat terus Devie.
"Apa kamu gak bisa beritahu aku alasan putus?" tanya Fandi pelan.
Devie menoleh dan melihat Fandi.
"Aku bukan kakak kandung Winda. Aku bukan anak kandung kedua orang tuaku. Aku cuma anak pembantu yang dulu kerja di rumah orang tua angkatku. Fakta ini baru aku ketahui. Kalau kamu jadi aku gimana? Pasti merasakan hal yang sama. Aku bukan anak orang kaya. Apa kamu bisa menerima kenyataannya?" kata Devie dengan mengeluarkan sebentar air mata.
"Kenapa gak?"
Devie melihat terus Fandi.
"Kalau aku tahu memang akan terkejut dan butuh waktu tapi setelahnya aku akan menerima. Menceritakan dengan baik kepada pasanganku bukan justru sebaliknya. Memangnya aku cuma mau pacaran dengan orang kaya? Kenapa kamu bisa lupa tentang aku, sih?" kata Fandi protes.
Fandi mengusap sebentar wajahnya dengan kasar karena kesal.
"Aku gak pernah memandang orang dari harta yang dipunya. Ketulusan yang dipunya itu utama. Kalau kamu bohong gak cerita apapun tentang fakta dirimu itu memang akan membuat aku kecewa karena aku anggap kamu tertutup. Perempuan yang tidak bisa komunikasi dengan baik yang gak layak untuk bersama aku jadi kalau kamu tanya aku bisa menerima justru aku mengembalikan ke kamu. Gak salah kamu tanya begitu?" lanjut Fandi pelan.
"Jadi..."
Devie merasa gelisah.
"...aku gak layak jadi pacar kamu?"
"Ya tapi aku mau memberikan kamu kesempatan satu kali. Menurut aku komunikasi yang buruk gak akan membuat hubungan kita sehat. Kamu gak paham? Aku sampai gak bisa tidur karena bingung seketika kamu mengakhiri hubungan. Aku berpikir kalau tentang Winda sudah ada pembicaraan sebelumnya dihadapi bersama. Lalu apa ya? Aku berputar-putar mikir. Pusing" kata Fandi pelan.
Devie merasa sangat bersalah.
"Fan, aku minta maaf. Sebenarnya aku gak mau hubungan kita berakhir tapi..."
"Kalau kamu merasa begitu seharusnya gak langsung mengakhiri" potong Fandi pelan.
Devie merasa sedih.
"Ya. Aku minta maaf" kata Devie pelan.
Fandi menatap Devie.
"Seperti...mainan. Aku mau kita tetap bersama sampai kita naik semester bahkan mengurus skripsi. Apa kamu gak mau begitu?"
semangat💪