Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Ingat Ibra, kamu itu satu-satunya penerus pondok pesantren Al-Fuzha. Kamu akan menjadi contoh panutan bagi para santri disini. Tapi apa yang kamu lakukan sekarang ? Apa menurut kamu itu bentuk cerminan seorang Gus ?"
Jantung Ibrahim semakin berdetak kencang. Ibrahim memang mengakui kesalahannya. Karena Ibrahim diam-diam mencari tahu tentang seorang gadis pesantren yang ia sukai bahkan sampai rela dirinya mengajar di kelas putri hanya demi Fatimah.
"Bisa jelaskan ke Abah apa maksudmu melakukan semua ini Ibra ?"
***
Dengan kata bismillah Ibrahim menjelaskan semuanya pada Abah Yusuf. Dari awal dirinya bertemu dengan Fatimah hingga sampai sekarang wajahnya terus terbayang di depan matanya. Abah Yusuf mendengar penjelasan Ibrahim dengan fokus sampai Ibrahim selesai menjelaskan semuanya.
"Lalu kau sudah bicara dengan gadis itu ?" tanya Abah Yusuf setelah mendengar penjelasan Ibrahim.
"Bicara sih belum Bah, Ibra masih ingin mencari tahu dulu tentang dia." sahut Ibrahim sesekali menatap Abah Yusuf di hadapannya.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan jika sudah tahu tentang dia ?" tanya Abah Yusuf lagi.
"Nggak tahu Bah, Ibra juga sudah sholat istikharah dan hasilnya, Ibra terus memikirkan dia Bah."
"Lalu ? Apalagi yang kau tunggu ? Hasilnya sudah jelas kan ?"
"Tapi masalahnya.."
"Tapi kenapa ?"
"Masalahnya dia masih kelas sebelas Bah, usianya masih tujuh belas tahun. Ibra masih mencari tahu dari mana asal keluarganya dan dimana dia tinggal." kata Ibrahim mengatakan yang sesungguhnya.
"Abah ingin lihat dokumen biodatanya boleh ?" tanya Abah Yusuf yang juga penasaran seperti apa gadis yang di sukai anaknya itu.
"Boleh, tapi dokumennya ada di rumah. Dikamar Ibra." sahutnya.
"Baiklah, nanti kita bicarakan dirumah." ujar Abah Yusuf.
***
Di Dubai..
Abimana dan Aisyah kini sedang menikmati waktu bulan madunya. Dengan mengunjungi beberapa kota disana, Aisyah tak henti-hentinya melebarkan senyumannya di balik cadar. Setelah puas menghabiskan waktunya berjalan-jalan, kini keduanya memutuskan untuk kembali ke Hotel.
"Assalamualaikum.." ucap salam Aisyah setelah sampai di kamar hotelnya bersama Abimana.
"Waalaikumsalam.." sahut Abi yang juga baru masuk bersama Aisyah.
Aisyah segera melepas cadar dan hijabnya kemudian menghempaskan tubuhnya di atas kasur di sembarang tempat. Abi yang melihat Aisyah mengyunkan kakinya di bawah pembaringannya, segera menindih istrinya itu.
"Bagaimana hari ini ? Apa kau senang ?" tanya Ibrahim yang berada di atas Aisyah.
"Ais senang sekali mas, cup.. terimakasih sudah membuat Ais bahagia.." sahut Asiyah yang dengan spontan mengecup bibir suaminya dengan singkat.
Abi yang mendapat perlakuan seperti itu menatap Aisyah yang berada di bawah kungkungannya dengan lekat.
"Sudah mulai berani merayu istriku sekarang ?" kata Abimana membuat Aisyah malu dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Coba lakukan sekali lagi ?" kata Abi dan di jawab dengan gelengan kepala oleh Aisyah tanpa membuka kedua tangan di wajahnya.
Abi yang gemas dengan istrinya itu kemudian menjahilinya dengan menggelitiki Aisyah dan membuat Aisyah merasa geli.
"Aaa ampun mas, ahahahaha.. mas Abi ampun Ais gelii.." teriak kecil Aisyah karena Abi terus menggelitiki perut Aisyah hingga keduanya berhenti dan saling menatap satu sama lain.
Abi kemudian memiringkan kepalanya lalu mencium bibir Aisyah dengan begitu lembutnya. Kini keduanya kembali melakukan adegan panasnya di atas ranjang tak menyia-nyiakan bulan madu yang hanya tinggal satu hari lagi.
***
Dirumah Kiyai Yusuf..
Setelah melihat dan membaca dokumen Fatimah dengan teliti Abah Yusuf mengambil nafasnya panjang dan meletakkan berkas itu di atas meja. Ibrahim yang juga ada disana gemetar karena takut tak mendapat restu dari sang Abah.
"Jadi, dia nyantri disini belum ada satu bulan ?" Abah Yusuf menatap ibrahim yang berada di hadapannya.
"Abah sudah pernah bilang padamu Ibra, jika ada seorang wanita yang membuat kau menyukainya. Jangan sungkan bicara dengan Abah." ujar lagi Abah Yusuf.
"Tapi dia masih di bawah umur Bah. Berat bagiku jika meninggalkannya, karena wajahnya selalu di depan mata. Jika menikahinya, Ibra juga nggak yakin. Karena usianya masih sangat muda sekali." sahut Ibrahim merasa bingung.
Abah Yusuf mengambil nafasnya berat. Seakan ada teka teki tersendiri mengenai masalah yang di alami Ibrahim. Ibrahim yang tak mendapat jawaban apa-apa dari Abah Yusuf akhirnya berpamitan undur diri karena harus kembali mengajar hafalan di kelas santri putri.
"Abah, Ibra pamit ngajar dulu. Sudah di tunggu anak-anak." ujar Ibrahim kemudian menyalami Abah Yusuf dan berlalu pergi.
"Ya sudah, ingat Ibra.. Jaga pandangan." ujar Abah Yusuf.
"Iya Bah, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam.."
Setelah kepergian Ibrahim, Abah Yusuf bangkit dari ruang tamu menuju ruang keluarga. Beliau menghubungi seseorang yang biasa di mintai tolong oleh Abah Yusuf. Lebih pastinya Abah Yusuf merencanakan sesuatu demi sang putra.
"Hallo Assalamualaikum Man, apa kabarmu ?" ucap salam Abah Yusuf setelah telfonnya tersambung.
"Waalaikumsalam, alhamdulillah aku baik. Ada apa ini, tumben telfon ?" sahut Arman yang biasa dimintai tolong oleh Abah Yusuf jika beliau mendapat masalah.
"Bagini, ada satu santriwati di pesantrenku Man, dan nggak sengaja Ibrahim menyukainya. Aku mohon bantuanmu, bisa kau membantuku mendapat informasi tentang gadis itu Man ?"
"Ooh seperti itu, ya bisa. Kirimkan dokumen tentang gadis itu. Besok aku akan memberi kabar tentangnya." sahut Arman di sebrang telfonnya.
"Alhamdulillah, nggak sia-sia aku meminta bantuanmu. Jika pikiranku sudah mulai buntu kamu jalan satu-satunya yang bisa memberiku jawaban." kata Abah lagi di dengar Umi Nisa yang tak sengaja menghampiri suaminya di ruang keluarga.
"Sudah seharusnya seperti itu. ada lagi yang ingin kau tanyakan ?" sahut Arman lagi.
"Nggak ada Man, sementara itu saja dulu. Kabari aku segera jika kau sudah mendapatkan informasinya."
"Oke baiklah, kau tenang saja. Aku akan segera mendapatkan informasinya. Semoga sesuai dengan keinginan putramu."
"Oke terimakasih banyak Man, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam.."
Abah Yusuf menutup telfonnya dan bernafas lega. Kini masalahnya akan segera terselesaikan. Umi Nisa yang penasaran kemudian menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada masalah apa Bah ? Kok Abah menghubungi Arman ?" tanya Umi Nisa setelah duduk di samping suaminya.
"Ibrahim Mi."
"Ibrahim ? Ada apa dengannya ?" tanya lagi Umi Nisa.
"Dia menyukai gadis pesantren disini. Bahkan baru saja satu bulan gadis itu nyantri disini." ujar Abah Yusuf dengan suara lembutnya namun masih terdengar berat.
"Lalu ? Abah merestuinya ?"
"Maka dari itu Abah sedang mencari tahu dari mana gadis itu berasal, dan dimana dia tinggal." kata Abah Yusuf lagi.
Umi Nisa tak bisa berkata lagi, semua keputusan ada ditangan suaminya. Arman adalah kaki tangan Abah Yusuf yang sudah mendampinginnya selama dua puluh tahun lamanya. Jika mendapat masalah yang sulit hanya Arman lah yang bisa memberinya jawaban dengan cepat.
***
Esok harinya di Dubai, Aisyah dan Abimana sudah menyiapkan barang-barangnya untuk segera pulang ke Indonesia. Di tariknya koper miliknya dan milik Aisyah lalu berjalan di belakang Aisyah. Abimana yang sudah di depan Hotel kemudian menaruh koper tersebut di bagasi mobil dan menutup pintu bagasinya kembali. Di bukanya pintu mobil penumpang dan menyuruh Aisyah masuk, dan diikuti dirinya di samping Aisyah. Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menuju Bandara.
Setelah sampai di Bandara tak lama pesawat sudah akan mulai menerbangkan sayapnya. Tak henti-hentinya Aisyah berdzikir agar sedikit lebih tenang. Abimana yang melihat mengusap punggung Aisyah dan memeluknya.
Tak terasa kini kedua pasangan tersebut sudah sampai di bandara Indonesia. Keduanya di sambut oleh Mama Vina tentunya. Dan tiba-tiba senyum Abi memudar saat melihat siapa yang ada di sebelah mama Vina namun masih berusaha tetap biasa saja. Wanita itu sudah melebarkan senyumnya pada Abi, namun tak di balas oleh Abi.
"Assalamualaikum mah," ucap Aisyah sembari menyalami mama mertua, setelah berada di hadapannya.
"Waalaikumsalam sayang, masyaallah.. Mama kangen banget sama kamu sayang.." sahut mama Vina antusias menyambut menantu kesayangannya itu.
"Assalamualaikum mah.." ucap Abi datar tanpa ekspresi.
"Waalaikumsalam nak.. Gimana kabarmu ?" tanya mama Vina yang menyambut uluran tangan putra semata wayangnya itu.
"Alhamdulillah seperti yang mama lihat.." sahut Abi datar.
Mama Vina yang membawa seseorang di sampingnya kemudian memperkenalkannya pada Aisyah.
"Ah Aisyah, kenalin.. Ini Bella, anak dari sahabat mama. Kebetulan lagi liburan ke Jakarta. Em Bella, ini Aisyah mantu kesayangan tante." ujar mama Vina dengan senyum lebar memperkenalkan keduanya.
"Hay, aku Bella.."
"Aisyah.." sahut Aisyah dengan lembut dan menyambut uluran tangan Bella.
Bella yang melihat Abi di hadapannya tak sabar dan langsung berhambur memeluknya tanpa memikirkan perasaan Aisyah sebagai istrinya.
"Abiii.. Aku kangen.." ujar Bella memeluk pinggang Abi dan menenggelamkan kepalanya di dada Abimana.
Aisyah yang melihat itu spontan matanya membola. Jantungnya berdebar dan merasa ada yang menusuk di relung hatinya. Sakit kini yang dirasakan Aisyah, bagaimana tidak ? Seorang wanita yang jelas-jelas bukan mahramnya memeluk suaminya di depan matanya sendiri.
"Kenapa mas Abi diam saja di peluk olehnya ? Apa dia kekasih mas Abi ? "
...----------------...
Bersambung...
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma