Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 05 : Tiba-tiba Pintar
Tokoh Pendamping :
Roy Wirya Graha (18 tahun)
Dia adalah adik Agam. Walau jutek tapi tidak jahat.
***
Di kantor, Agam tidak fokus mengerjakan semua pekerjaannya. Dia masih memikirkan penyebab sikap Emilia berubah. Sikap itu tidak di buat-buat. Agam dapat merasakan keseriusannya.
"Panji!" panggil Agam, suara Agam di dengar oleh Panji. Meja kerja Panji di sebelah pintu masuk ruangan Agam, jadi jika Agam ingin memerintah Panji, tinggal panggil saja.
Panji masuk ke ruangan Agam.
"Ada yang bisa Saya bantu, Tuan?" ucap Panji.
"Suruh orang menyelidiki Emilia hari ini!" titah Agam.
"Baik, Tuan." Panji selalu tau apa yang dia lakukan. Dia pun langsung menelepon seseorang di sekolah untuk memata-matai Emilia.
Di sekolah, Emilia dan Adinda sedang sibuk mengerjakan tugas matematika yang diberikan guru. Terlihat semua ekspresi wajah mereka sangat serius.
"Aku benci matematika, otakku bisa konslet jika seperti ini," keluh Adinda.
"Selesai," kata Emilia tersenyum.
"Apa? Sudah selesai? Sini ku lihat!" Adinda langsung merebut buku Emilia dan meneliti setiap jawaban.
"Gimana? Puas?" kata Emilia.
"Paling jawabannya salah. Kamu asal jawab kan? Emilia, setiap tahun Kamu selalu peringkat 1 dari bawah, masih mending Aku peringkat 3 dari bawah," kata Adinda.
"Tahun ini, Aku pasti peringkat 1 dari atas," jawab Emilia dengan percaya diri. "Sini kembalikan bukuku!" Emilia mengambil bukunya dari tangan Adinda. Dia kemudian berdiri, berjalan ke depan meja guru, untuk mengumpulkan tugasnya. Sontak hal itu membuat semua orang di kelas tercengang, karena biasanya Emilia selalu mengumpul tugas paling terakhir.
"Oh Tuhan, benar semua," kata guru, setelah memeriksa semua jawaban Emilia. Membuat semua orang semakin heran, hanya Emilia sendiri yang tersenyum.
"Ternyata otakku belum karatan," batin Emilia.
"Kamu menyontek jawaban siapa?" tanya guru pada Emilia.
"Saya menjawab sendiri, Bu," jawab Emilia.
"Apa menyontek pada Adinda?" tanya guru lagi.
"Mana mungkin Bu, Saya saja peringkat 3 dari bawah," jawab Adinda. Jawaban itu membuat teman-temannya tertawa.
"Benar juga, mungkin ini kebetulan. Emilia, belajar lagi yang rajin. Ibu tau kalau Kamu tidak perlu nilai bagus. Bagus atau tidak bagus nilaimu, Kamu tetap kaya. Tapi jika di masa depan perusahaan ayahmu di pimpin orang bodoh, ibu yakin perusahaan itu cepat atau lamban pasti bangkrut," nasihat guru.
"Iya, Bu," jawab Emilia menurut.
Waktu istirahat pun tiba. Jam pertama sampai jam ketiga pelajaran berlalu dengan mudah. Emilia dan Adinda pergi ke kantin untuk makan. Sambil makan mereka mengobrol.
"Emilia, tumben hari ini Kamu pintar?" tanya Adinda.
"Untuk mendapatkan perusahaan ayahku," jawab Emilia.
"Hah? Dulu Kamu tidak pernah peduli dengan hal seperti itu. Cita-citamu kan hanya menjadi istri terbaik untuk Kak Agam. Katamu Kak Agam lebih kaya dari keluargamu, jadi Kamu tidak memerlukan harta keluargamu dan akan memberikannya pada kakak tirimu."
"Enak saja. Aku dulu bodoh, sekarang tidak. Aku tidak mungkin memberikan perusahaan pada anak wanita jahat itu. Apa lagi anaknya tidak punya hubungan darah dengan Aku dan Ayah."
"Aku heran kenapa Kamu tiba-tiba berubah ambisius? Padahal baru dua hari tidak masuk sekolah."
"Adinda Aku kenyang, Aku ingin makan permen, Aku ke sana dulu ya beli permen sebentar," kata Emilia.
"Iya, jangan lama-lama."
Saat Emilia hendak berdiri, tiba-tiba saja tidak sengaja dia menabrak siswa laki-laki yang hendak lewat. "Aaa ..." Emilia jatuh di pelukan siswa laki-laki itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Roy.
"Iya, lepaskan!" titah Emilia. Dia merasa geli saat pinggangnya di peluk erat pria muda. Walau bagaimana pun juga, jiwa Emilia adalah wanita dewasa yang sudah lama menjomblo, jadi dia tidak nyaman di peluk seperti itu oleh pria muda.
"Aku tidak sengaja, Aku tidak punya niat apapun," kata Roy.
"Iya, tidak papa," jawab Emilia datar, lalu pergi.
"Dia tampak berubah? Biasanya dia akan menamparku dan menuduhku macam-macam jika Aku mendekatinya. Apa hubungannya dengan Kak Agam bermasalah?" pikir Roy.
"Roy, jangan berpikir macam-macam. Dia saudara iparmu. Dia istri Kak Agam," ucap Adinda mengingatkan.
"Aku tau," jawab Roy dingin, lalu dia pergi.