Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tarian Menggoda di Bawah Cahaya
Isaac melangkah masuk ke dalam klub malam dengan percaya diri yang memancar dari setiap gerakannya. Lampu neon yang berkedip-kedip dan musik berdentum menyambutnya, membaurkan suasana yang penuh gairah.
Dengan tinggi badan sekitar 185 cm, tubuh atletis yang terbentuk nyaris sempurna, dan bahu yang lebar, dia menjadi pusat perhatian sejak memasuki ruangan. Matanya yang tajam dan menawan, berwarna coklat tua, serta alis tebal yang alami membuat beberapa wanita tak bisa menahan diri untuk tidak menoleh ke arahnya.
Isaac menatap orang-orang berpakaian rapi dan trendy yang sedang berbaur satu sama lain. Mereka tertawa, dan berbicara dengan keras untuk mengatasi suara musik yang memekakkan telinga.
“Hai, tampan,” sapa seorang wanita dengan balutan dress merah yang pas di tubuhnya, menonjolkan lekuk-lekuk indah dan elegannya. Dress tersebut memberikan kesan seksi dan menggoda.
Isaac hanya tersenyum miring dan menatap nakal, lalu berlalu begitu saja.
Isaac mengenakan kemeja hitam yang pas di tubuhnya, menunjukkan sedikit six-pack di perutnya yang rata. Dia melirik sekeliling, mencari dua sahabatnya, Calvin dan Lucas, yang sudah tiba lebih dulu.
Setelah beberapa saat, Isaac melihat kedua sahabatnya di sudut ruangan yang lebih tenang.
Lucas, dengan kulit putih bersih dan terawat, serta tubuh ramping tetapi fit, menyambutnya dengan anggukan dingin. Ekspresi wajahnya cenderung tenang, jarang menunjukkan emosi yang berlebihan.
Di sebelahnya, Calvin dengan kulit gelap yang eksotis dan tubuh atletis, memancarkan energi yang ceria dan hidup. Mata coklat tuanya berkilauan dengan tawa, menambah daya tarik humornya.
"Isaac! Akhirnya datang juga," seru Calvin dengan senyum lebar. "Aku pikir kamu bakal lupa sama kita dan asik sama Lily."
Isaac tersenyum, lalu duduk di sebelah mereka. "Mana mungkin aku lupa sama kalian. Lagian, aku butuh hiburan malam ini."
Lucas memandang Isaac dengan tajam. "Hiburan? Kamu ada masalah sama Lily?"
Calvin segera menimpali, "Kalian berantem?"
Isaac menghela nafas panjang, sejenak ragu sebelum akhirnya menjawab. "Lily berubah setelah aku dipecat. Dia jadi dingin. Apalagi setelah tahu aku dicoret dari ahli waris, sikapnya jadi beda banget."
Bohong, bukan Lily yang berubah, tapi Isaac. Dia sengaja berbohong kepada sahabatnya. Entah apa yang ada di pikiran Isaac, tapi dia justru bertindak seolah-olah dia adalah korban.
Lucas mengerutkan kening, seolah tak percaya. "Beneran Lily berubah?"
Calvin mengangguk pelan, mencoba mencerna kata-kata Isaac. Sebagai seseorang yang belum menikah, dia tidak bisa memberi saran apapun.
Isaac hanya mengangguk, berusaha meyakinkan teman-temannya.
“Udah nggak apa-apa, Bro. Mending kamu cari kerja biar Lily baik lagi,” kata Calvin sambil menepuk bahu Isaac.
“Ck, kerja? Aku udah berusaha daftar sana-sini, tapi belum ada panggilan,” ujar Isaac yang tentu saja berbohong. Dia sama sekali tidak pernah mencari pekerjaan, bahkan hal itu tidak terpikirkan.
Beberapa bulan yang lalu, Isaac dipecat dari pekerjaannya karena dia melakukan kesalahan yang merugikan perusahaan.
“Papa kamu belum maafin kamu?” tanya Calvin membuat Lucas memandang Isaac untuk menunggu jawabannya.
Isaac menggeleng. Dia menghela nafas kasar dan menyandarkan punggungnya ke sofa. Sudah satu tahun berlalu, namun ayahnya sama sekali belum memaafkan dirinya.
Di tengah-tengah percakapan mereka, tiba-tiba ada seorang wanita mendekati meja mereka. Dia mengenakan gaun hitam yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Senyumnya lebar dan tatapannya menggoda.
"Hai, boleh ikut bergabung?" tanyanya dengan suara lembut.
Lucas melirik sekilas, sedangkan Calvin mengangguk dan mempersilahkan duduk. Isaac hanya diam sambil melirik sekilas.
Mata wanita itu berkilau penuh semangat. Bibirnya yang merah, melengkung dalam senyuman yang penuh kepercayaan diri dan memikat.
Wanita itu menatap Isaac dengan penuh minat, lalu bertanya, “Nama kamu siapa?”
Isaac menatap wanita itu dengan seksama. Dia membandingkan antara wanita yang duduk di sebelahnya dengan Lily. Ya, wanita itu tidak lebih cantik dari istrinya.
Sebelum menjawab, Isaac menatap kedua sahabatnya secara bergantian, seolah meminta pendapat mereka. Lucas mengedikkan bahunya, sementara Calvin mengangkat alisnya dengan nakal.
“Isaac,” jawab Isaac seraya tersenyum kepada wanita itu.
“Aku Lisa,” ujarnya singkat.
Tak hanya berkenalan, wanita itu pun mulai menggoda Isaac dengan cara yang semakin jelas, menyentuh lengannya dan menatap Isaac dengan tatapan penuh gairah.
Calvin dan Lucas saling berpandangan, mencoba menahan tawa.
“Stop,” kata Isaac seraya menepis tangan Lisa, “Aku punya pasangan,” tambahnya.
Calvin dan Lucas kembali saling berpandangan, seolah mengatakan bahwa Isaac tahan godaan.
Perempuan itu tampak kecewa, tetapi akhirnya pergi dengan langkah gontai. Isaac menghela nafas lega. "Cantikan juga Lily," gumamnya pelan, namun cukup terdengar oleh sahabat-sahabatnya.
Calvin tak bisa menahan tawanya lagi, dia tertawa seraya berkata, “tahan juga sama godaan cewek. Aku pikir bakal langsung ciuman.”
Lucas tersenyum tipis, lalu menimpali, “Kirain juga langsung di bawa ke kamar.”
“Lelaki sejati, Bro,” ujarnya sambil menepuk dada dengan bangga. Namun, sudut matanya lagi-lagi melirik ke arah wanita yang beberapa menit lalu dia tolak. Dia melihat wanita itu menuju ke arah toilet.
“Ada cewe cantik, tuh. Aku kesana dulu, ya,” ujar Calvin setelah beberapa saat mereka terdiam sambil mengamati pengunjung lain.
Isaac dan Lucas mengangguk secara bersamaan, menatap punggung Calvin yang memasuki lantai dansa. Ternyata Calvin menghampiri seorang wanita cantik yang sedang bersama teman-temannya.
“Aku ke toilet dulu, ya,” kata Isaac seraya beranjak berdiri. Dia berlalu begitu saja tanpa menunggu respon Lucas.
Isaac melangkah cepat menuju toilet, matanya mencari sosok Lisa di antara beberapa orang. Saat memasuki toilet, dia melihat Lisa berdiri di dekat cermin seraya memoleskan lipstik.
"Lisa," panggil Isaac lembut, membuat Lisa berbalik. Ada kilatan marah di matanya karena beberapa saat yang lalu dia ditolak begitu saja oleh Isaac.
"Kenapa?" tanya Lisa dingin.
"Aku minta maaf sama kejadian tadi. Aku... aku nggak bermaksud nolak kamu. Tapi tadi ada temenku. Aku nggak mau mereka ngira kamu gampangan," terang Isaac dengan ekspresi wajah penuh penyesalan.
Lisa menatapnya dengan penuh keraguan, "Beneran?"
Isaac mengangguk dengan tulus. "Iya, lagian siapa yang bakal nolak cewek secantik kamu," puji Isaac.
Dengan lembut, Isaac meraih tangan Lisa dan membawanya ke dalam salah satu bilik toilet. Dia menutup pintu di belakang mereka, menciptakan ruang pribadi di tengah keramaian.
Perlahan, Isaac mendekatkan tubuhnya, membuat Lisa bisa merasakan hangatnya.
Dia menyentuh pipi Lisa dengan lembut, jari-jarinya menelusuri garis wajahnya dengan penuh perhatian. "Maaf, udah bikin kamu kecewa" bisiknya, suaranya dipenuhi dengan kelembutan.
Namun, Lisa menolak dengan lembut, menaruh tangan di dada Isaac untuk menjaga jarak. "Tapi, kamu udah ada pacar kan?" tanyanya dengan nada sedikit kecewa. Padahal Lisa tidak peduli jika Isaac punya pasangan atau tidak. Dia hanya menginginkan Isaac.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE, TAMBAHKAN FAVORIT, DAN BERI HADIAH UNTUK NOVEL INI ❤️ TERIMAKASIH
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor