Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7.
Pagi harinya, Amira yang sudah bangun dan sudah bersiap dengan seragam sekolah nya itupun langsung bertemu dan bergabung bersama keluarga suaminya untuk berpamitan kepada mereka.
" Kalian mau berangkat sekarang?" tanya Annisa, yang masih tengah asik menyantap sarapan paginya.
" Iya, Bunda, takut kejebak macet, jadi lebih baik berangkat awal." jawab Amira, bahkan dia belum sempat sarapan pagi karena saking terburu-buru.
Fajar dan Amira pun yang sudah siap dengan seragam mereka, langsung segera berpamitan kepada Annisa dan juga Rudi untuk segera berangkat ke sekolah mereka.
" Hati-hati bawa mobilnya, jaga baik-baik mantu Ayah!" ucap Rudi dengan tegas dan langsung mendapat anggukan dari Fajar.
Hingga saat ini mereka berdua sudah berada di garasi rumah mereka.
Fajar yang biasanya berangkat sekolah selalu menggunakan motor besarnya, kini harus mengganti menggunakan mobil, karena kini sudah ada Amira yang diharuskan berangkat bersamanya oleh kedua orang tuanya.
Setelah Fajar sudah mengeluarkan mobilnya di garasi, Mereka berdua pun kini langsung siap berangkat dan masuk kedalam mobil.
" Saya bukan supir." ucap Fajar saat Amira hendak membuka pintu mobil bagian belakang.
Mendengar itu Amira langsung menjauhkan tanganya dari pintu mobil itu, kemudian berganti membuka pintu mobil di bagian depan.
" Nanti turunin aku di halte bus depan aja yah." ucap Amira, sambil memasang sabuk pengaman.
" Kenapa?" tanya Fajar tanpa melirik ke arah Amira dan hanya fokus ke depan.
" Kita sudah sepakat untuk untuk merahasiakan pernikahan ini, kan?" tanya Amira mengingatkan.
Tidak ada respon sama sekali dari Fajar, dia hanya langsung membawa mobilnya keluar dari garasi dan segera menuju ke sekolah.
...🖤🖤🖤🖤...
Setelah beberapa saat menempuh perjalanan dengan hening, akhirnya mereka pun sampai di halte bus dekat sekolah mereka, sesuai dengan permintaan istrinya, Fajar langsung menurunkan Amira disana.
Sebelum turun, Amira mengulurkan tangannya terlebih dahulu kepada Fajar.
Fajar yang melihat itu diam sejenak dan tidak merespon nya, Fajar lantas langsung meraih dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu ATM dari dalam sana.
" Kenapa ngasih ini?" tanya Amira dengan kedua alisnya yang terangkat, saat Fajar malah memberinya sebuah kartu ATM.
" Pakai itu buat keperluan kamu." jawab Fajar tanpa berekspresi.
" Makasih, tapi ini gak perlu, aku juga punya uang sendiri." ujar Amira yang tidak menerima kartu tersebut.
Bukanya dia tidak menghormati Fajar sebagai suaminya, tetapi dia tidak ingin membuat Fajar merasa terbebani oleh kehadirannya.
" Katanya gak perlu." cibir Fajar yang melihat telapak tangan Amira yang kembali terulur kepadanya.
" H-hah?" tanya Amira yang kembali mengerutkan keningnya merasa bingung dengan lelaki yang sudah menjadi suaminya itu.
Dia sama sekali tidak paham dengan apa yang Fajar maksud.
" Tangan kamu." ucap Fajar, sambil menunjuk telapak tangan Amira menggunakan sorot matanya.
Amira yang sudah mengerti maksud dari Fajar pun langsung tersenyum dibalik cadarnya.
" Ini bukan mau minta uang, tapi mau pamitan." ucap Amira sambil berusaha menahan tawanya.
Fajar yang sudah salah paham pun langsung berdehem pelan, sambil memalingkan wajahnya, dia sangat merasa malu karena telah salah paham akan apa yang ada di pikirannya itu terhadap uluran tangan dari Amira.
Amira pun tak mau berlama-lama lagi langsung meraih telapak tangan fajar, kemudian mencium punggung tangan suaminya itu dibalik cadarnya.
" Assalamu'alaikum." ucap Amira dengan lembut.
Fajar yang hendak menyentuh kepala Amira, kembali menarik tangannya, karena Amira lebih dulu sudah mengangkat kepalanya kembali.
" Wa'alaikumsalam, hati-hati." gumam Fajar dengan pelan, tapi Amira masih bisa mendengarnya.
" Kamu juga." balas Amira.
Setelah itu, diapun langsung keluar dari mobil dan menyisakan Fajar saja yang terus menatap kepergian wanita yang sudah sah menjadi istrinya, bahkan dia terlihat tersenyum melihat wanita itu.
TO BE CONTINUE.