NovelToon NovelToon
Blokeng

Blokeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Blokeng adalah seorang pemuda berusia 23 tahun dengan penampilan yang garang dan sikap keras. Dikenal sebagai preman di lingkungannya, ia sering terlibat dalam berbagai masalah dan konflik. Meskipun hidup dalam kondisi miskin, Blokeng berusaha keras untuk menunjukkan citra sebagai sosok kaya dengan berpakaian mahal dan bersikap percaya diri. Namun, di balik topengnya yang sombong, terdapat hati yang lembut, terutama saat berhadapan dengan perempuan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Mencari Kebebasan di Alfamart

Pagi itu, Blokeng terbangun dengan perasaan yang lebih ringan dibandingkan sebelumnya. Setelah semua kesialan yang ia alami, ia merasa butuh sedikit pelarian dari rutinitasnya yang monoton. Ia memutuskan untuk keluar rumah dan menghirup udara segar. “Hari ini seharusnya lebih baik,” katanya pada diri sendiri sambil melirik ke arah jendela.

Setelah berpakaian rapi—atau setidaknya tampak lebih rapi daripada biasanya—Blokeng keluar rumah. Ia merasakan sinar matahari yang hangat menyentuh kulitnya. Dalam pikirannya, ia ingin menikmati sebatang rokok Djarum Coklat Ekstra sambil duduk santai di tempat yang nyaman. Untuk itu, ia harus pergi ke Alfamart terdekat.

Setibanya di Alfamart, ia langsung menuju bagian rokok. Saat melihat rak-rak penuh dengan berbagai merek, matanya langsung tertuju pada Djarum Coklat Ekstra. “Ah, ini dia,” gumamnya sambil meraih sebungkus rokok yang dibungkus rapi. Ia tidak bisa menahan senyum ketika membayangkan menikmati rokok ini di pinggir jalan, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.

Namun, saat menuju kasir, kesadarannya akan uangnya mulai membuatnya cemas. “Cuma tinggal berapa ya di dompet?” tanyanya dalam hati. Mengeluarkan uangnya, ia menghitung sisa yang ada. Ternyata, uangnya tinggal cukup untuk rokok itu dan secangkir kopi.

“Mas, saya ambil ini,” katanya sambil menunjukkan rokok yang dibawanya ke kasir.

“Totalnya tujuh belas ribu,” kata kasir dengan nada datar.

Blokeng mengangguk dan mengeluarkan uang receh yang ia kumpulkan dari sisa-sisa dompetnya. “Ini, semoga cukup,” ucapnya, sambil menyerahkan uang tersebut.

Kasir menghela napas, terlihat tidak sabar. “Nanti kasih kembalian ya,” katanya sambil mengalihkan perhatian kepada pelanggan lain.

“Ya, ya,” jawab Blokeng dengan sedikit kesal. Ia merasa sangat tidak nyaman berurusan dengan situasi seperti ini. Setelah transaksi selesai, ia membawa rokoknya keluar dan duduk di bangku yang berada di luar Alfamart.

Dari posisinya, ia bisa melihat keramaian orang-orang yang lalu lalang. Beberapa di antaranya tampak terburu-buru, sementara yang lain terlihat santai. “Sungguh kehidupan yang aneh,” pikirnya. Ia mulai membuka bungkus rokok dan mengeluarkan sebatang rokok.

Saat menyulut rokok, aroma tembakau menyebar dan memberikan rasa tenang yang ia butuhkan. Ia menghisap dalam-dalam dan mengeluarkan asap perlahan. “Ahh, ini baru nikmat,” ujarnya sambil menutup mata, menikmati setiap hembusan asap yang keluar dari mulutnya.

Tak lama setelah itu, Blokeng teringat akan Lina. Dia terbayang senyum manisnya dan bagaimana pertemuan mereka di alun-alun membuat hatinya berdebar. Namun, kenangan tentang bau jengkol dan momen canggung saat pertama kali bertemu pun ikut menghampiri. "Sialan, harusnya aku lebih hati-hati," gerutunya dalam hati.

Blokeng melanjutkan menghisap rokoknya sambil mengamati sekeliling. Ia melihat sekelompok anak muda yang tertawa dan bercanda di sampingnya. “Kapan ya aku bisa merasakan kebahagiaan seperti itu lagi?” tanyanya dalam hati, merindukan saat-saat di mana ia bisa bersenang-senang tanpa beban.

Setelah rokoknya hampir habis, Blokeng mengedarkan pandangannya ke jalanan. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada seorang wanita muda yang sedang berjalan ke arahnya. Wanita itu tampak ceria dan energik, mengenakan pakaian kasual yang membuatnya terlihat menarik. Hatinya berdegup kencang. “Eh, itu siapa?” tanyanya dalam hati.

Wanita itu menghampiri dan memberi senyuman kecil. Blokeng merasa sedikit gugup, tapi ia mencoba untuk tetap cool. “Hai,” sapa wanita itu dengan suara lembut.

“Hai,” jawab Blokeng, berusaha tidak terlihat kikuk.

“Lagi nunggu apa?” tanyanya sambil duduk di bangku sebelahnya.

“Cuma menikmati rokok. Kamu?”

“Lagi mampir beli snack,” jawab wanita itu sambil menunjuk tas belanjanya.

Blokeng merasa ada ketertarikan di antara mereka. Mereka mulai terlibat dalam obrolan ringan yang terasa menyenangkan. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Rina, dan Blokeng pun mulai menceritakan sedikit tentang kehidupannya.

“Wah, seru juga ya hidup di Banjarnegara ini,” kata Rina, terlihat tertarik dengan ceritanya.

“Tapi kadang bikin frustrasi,” jawab Blokeng, tertawa. “Seperti hari ini, banyak hal yang sial.”

Rina tertawa, “Mungkin kamu butuh liburan. Kita harus cari waktu untuk bersenang-senang!”

Blokeng merasa hatinya melompat. “Ayo!” serunya dengan semangat.

Mereka bertukar nomor telepon sebelum akhirnya berpisah. Saat Rina pergi, Blokeng merasakan sesuatu yang berbeda. “Mungkin, just maybe, hidupku mulai berbalik arah,” pikirnya sambil tersenyum.

Setelah itu, Blokeng kembali ke rumah dengan perasaan yang lebih positif. Ia merasa seolah segalanya mulai berubah. Mungkin rokok yang dibelinya di Alfamart bukan hanya sekadar untuk pelarian, tetapi awal dari sesuatu yang baru.

Dengan semangat baru, ia bersiap menyambut apa pun yang akan terjadi di hari-hari selanjutnya.

Baru saja Blokeng melangkah keluar dari Alfamart dengan rokok di tangan dan perasaan bahagia setelah bertemu Rina, tiba-tiba langkahnya terhenti. Dari kejauhan, ia melihat seorang pria berpakaian compang-camping melangkah dengan langkah goyah. Pria itu terlihat aneh, dengan rambut kusut dan tatapan liar seakan-akan mencari mangsa.

“Eh, apa lagi nih?” pikir Blokeng sambil mengerutkan kening. Tanpa bisa dihindari, pria itu semakin mendekat. Wajahnya tampak cemberut, dan saat ia sampai di depan Blokeng, tiba-tiba tanpa peringatan, ia melayangkan satu jotos ke arah wajah Blokeng.

“DOR!”

Blokeng terkejut bukan main. Ia tidak menyangka sama sekali akan diserang begitu saja. Jotosan itu mengenai pelipisnya, dan seketika kepalanya berputar. “Apa-apaan ini?!” teriaknya sambil memegang kepalanya, berusaha mencerna situasi.

Pria itu hanya tertawa, dengan suara menggema dan terdengar sangat tidak stabil. “Kamu! Siapa yang mengizinkan kamu ada di sini?!” teriaknya, sambil melanjutkan langkahnya, seolah-olah sudah selesai dengan Blokeng.

Blokeng masih dalam keadaan linglung. “Kok bisa orang gila jotos aku sih?” pikirnya. Dalam keadaan setengah marah dan bingung, ia berusaha mengontrol emosinya. “Gila, orang ini bener-bener nggak waras,” gerutunya dalam hati.

Dengan cepat, Blokeng berusaha menghindar dan tidak mau terlibat lebih jauh dengan pria tersebut. Ia melirik ke arah orang-orang di sekitar yang tampak terkejut dengan kejadian itu. Beberapa dari mereka hanya melihat tanpa berani berbuat apa-apa. “Sial, seharusnya ada yang bantu,” pikirnya, merasa sedikit kesepian dalam keadaan ini.

Ia menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum melanjutkan langkahnya. “Gak mau lagi deh, kalau begini caranya,” ujarnya sambil memandang ke arah jalan. Ia berjalan cepat menjauh dari Alfamart, berusaha mengabaikan peristiwa yang baru saja terjadi.

Dalam perjalanan pulang, pikiran Blokeng berkecamuk. “Kenapa sih selalu ada kejadian aneh seperti ini dalam hidupku?” Ia merasa tidak berdaya, dan jotosan dari orang gila itu hanya menambah daftar kesialannya.

Saat sampai di rumah, ia segera masuk dan menutup pintu. Dalam pikiran Blokeng, ada satu hal yang pasti: hidupnya memang penuh dengan kejutan, tetapi bukan semuanya menyenangkan. Ia melangkah menuju cermin dan memeriksa wajahnya. “Untung nggak ada luka serius,” ujarnya sambil meraba pelipisnya yang terasa nyeri.

Blokeng memutuskan untuk menyalakan televisi, berharap bisa melupakan semua kejadian yang terjadi hari itu. Namun, saat dia duduk dan mulai menonton, bayangan wajah pria gila itu kembali menghantui pikirannya. Ia merasa hidupnya selalu dipenuhi dengan ketidakpastian dan kejadian aneh yang tidak ada habisnya.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Itu adalah pesan dari Rina. “Hey, mau hangout lagi? Aku butuh teman!”

Blokeng merasakan senyuman muncul di wajahnya. “Tentu!” jawabnya dengan cepat. Dia merasa semangatnya kembali, dan mungkin, semua yang terjadi hari itu hanya bagian dari perjalanan yang lebih besar. “Mungkin aku butuh lebih banyak teman dan menghabiskan waktu dengan mereka. Siapa tahu bisa mengalihkan perhatian dari semua kebodohan ini,” pikirnya.

Ia segera merespons pesan Rina dan merencanakan pertemuan mereka selanjutnya. “Mungkin hari ini tidak sepenuhnya buruk,” ucapnya sambil melirik ke luar jendela, berharap kejadian yang lebih baik menanti di depan.

Dalam sekejap, Blokeng melupakan jotosan dari orang gila itu dan berusaha membuka lembaran baru. Menghadapi dunia dengan senyuman dan semangat baru, ia bersiap untuk menghadapi petualangan baru yang mungkin menanti. Dan siapa tahu, mungkin kebahagiaan yang selama ini ia cari bisa ia temukan bersama Rina.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!