Ranti terpaksa harus mengakhiri pernikahannya dengan lelaki yang ia cintai. Niat baiknya yang ingin menolong keponakannya berbuntut peperangan dalam rumah tangganya.
Lalu bagaimana akhir dari cerita ini?
Yuk kita simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Nasehat
Bab 31. Nasehat
Pov Author
"Kok malah tidak bersemangat seperti ini? Padahal baru menghabiskan waktu bersama setelah 2 minggu. Apa masih kurang jatah?" Kata Mirna setelah melihat wajah Ranti yang lebih banyak melamun dengan kening berkerut seolah-olah ada yang membebani pikirannya.
Senin sebagai awal mula aktifitas bekerja lagi begitu terasa berat hari itu di lalui oleh Ranti. Apalagi kemarin ia dan Pram berpisah tidak seperti biasanya.
Karena moodnya yang masih buruk, tidak ada sapaan dan canda romantis yang biasa mereka lakukan sebelum Pram berangkat kembali ke kota sebelah.
Bahkan Pram pun seperti orang yang melakukan kesalahan dengan sikapnya yang pura-pura tidak terjadi apa-apa tetapi tetap memperlihatkan kecanggungan walau lelaki itu berusaha menutupinya.
Ranti menghela napas berat, dan sikapnya itu masih mendapatkan perhatian dari Mirna yang menunggu jawabnya sejak tadi.
"Kenapa sih, berat banget kayaknya?" Tanya Mirna lagi.
Antara ingin bercerita dan ragu, Ranti melihat kepada sahabatnya itu.
"Mir, kalau handphone dikasih pola itu artinya apa?" Tanya Ranti.
"Ampun Ran, masa itu saja tidak tahu?! Kamu kalau handphone mu dikasih pola tanpa ingin orang lain tahu kira-kira tujuanmu apa?" Mirna balik bertanya.
Ya, Ranti memang menyadarinya dari kemarin kalau handphone terkunci, itu artinya ada privasi yang ingin dijaga. Tetapi selama ini Pram tidak pernah menguncinya dan itu yang membuat mood Ranti menjadi buruk kemarin.
"Aku juga bingung."
Hanya kata itu yang dapat di ucapkan Ranti.
"Apa ini berkaitan dengan suamimu?" Tanya Mirna to the point.
Ranti menunduk.
Melihat reaksi sahabatnya seperti itu, Mirna langsung paham, kalau dugaannya itu benar.
"Ada dua kemungkinan handphone diberi keamanan. Pertama, karena dia ceroboh, dia sering meletakkan handphone di seberang tempat. Karena itu dia butuh sandi untuk menjaga keamanan privasinya. Lalu yang kedua, ada sesuatu yang ia sembunyikan, jika sandi tersebut tidak diketahui oleh orang terdekatnya. Apakah pertanyaan mu tadi termasuk bagian yang kedua?" Tanya Mirna, menyelidiki.
Ranti hanya menoleh dan menatap mata sahabatnya itu dalam-dalam tanpa bicara sepatah kata pun. Dan Mirna paham arti tatapan itu.
Mirna mendesah, membuang napas sedikit berat.
"Kan aku sudah bilang dari kemarin-kemarin, datangi mess suamimu, kasih kejutan buat dia. Maaf kalau aku menyarankan sesuatu yang mungkin kamu berpikir aku ini terlalu menyimpan curiga terhadap suamimu. Tapi tidak salah kan, sesekali kamu datang tanpa memberi kabar? Agar tahu apa yang sebenarnya suamimu lakukan disana. Syukur-syukur dia hanya benar-benar sibuk bekerja." Jelas Mirna panjang lebar." Sejak kapan handphone suamimu bersandi?" Tanya Mirna lagi.
Kali ini Ranti yang mendesah dengan hembusan napas berat.
"Kemarin pagi, handphone Mas Pram beberapa kali bergetar saat dia masih tidur. Di pagi buta, ada yang mengirimkan pesan juga menelpon dirinya, membuat aku penasaran dan mencoba melihat siapa yang menelpon. Tapi saat aku mencoba melihat, handphone Mas Pram ternyata menggunakan sandi. Ini baru pertama kalinya aku melihatnya."
"Sudah kamu tanyakan, kenapa menggunakan sandi?" Tanya Mirna.
Ranti menggeleng.
"Masih terlalu dini menuduh Mas Pram selingkuh. Apalagi aku tidak melihat ia menelpon atau berkirim pesan, apalagi jalan dengan wanita lain."
"Jelas saja, kan karena handphone terkunci." Jawab Mirna. "Aku bukan ingin memprovokasi, tetapi kamu itu terlalu santai dan percaya begitu saja kepada suamimu. Apalagi lelaki yang bermulut manis itu, terkadang paling lihai menutupi kebohongannya."
"Tapi Mas Pram tidak begitu. Aku percaya kepadanya, karena aku tahu dia akan selalu berkata jujur sesuai komitmen kami sejak awal berpacaran sampai menikah."
"Kalau memang dia selalu jujur, dia akan mengatakan padamu alasannya menggunakan sandi. Juga dia harusnya memberitahu padamu, apa sandi di handphonenya itu. Haaah.... Jangan terlalu polos Ranti. Tidak ada salahnya kamu berjaga-jaga jika kamu mencintai suamimu. Jangan sampai kamu merasa terlambat menyadarinya. Dan semua sudah hancur jadi berkeping-keping. Aku hanya menasehati saja. Karena tidak jarang aku menemukan kasus yang sama seperti dirimu."
"Aku akan kesana minggu depan."
"Ya, sebaiknya begitu."
"Apa kamu tahu, ciri-ciri orang berselingkuh itu bagaimana?" Tanya Ranti.
"Banyak sih, cuma yang aku ketahui yang umum saja seperti salah satunya handphone yang menggunakan sandi tanpa kita ketahui, perubahan pada sikap dan kata-kata yang tidak seperti dulu lagi. Berkata lebih manis dari biasanya atau atau sebaliknya, lebih hambar dari biasanya. Marah-marah tidak jelas, atau tersenyum kala melihat handphonenya. Namun saat kita ingin tahu, ia cepat menyembunyikannya. Bahkan ia rela tengah malam belum tidur atau bangun lagi demi bisa berkomunikasi secara sembunyi-sembunyi. Masih banyak lagi yang pasti perbedaan dan perubahan itu akan dirasakan oleh pasangannya sendiri. Sekecil apapun itu."
"Termasuk mengurangi intensitas komunikasi?" Tanya Ranti.
"Untuk hubungan yang sering berjauhan seperti dirimu, mungkin saja. Apalagi kalau sampai dia susah di hubungi. Berhasil dihubungi pun ia lebih cepat ingin mengakhiri komunikasi kalian dengan alasan apapun."
Benar, sampai jam segini pun Mas Pram belum menghubungi ku atau berkirim pesan. Biasanya sebelum berangkat kerja, kami pasti saling menyapa di pagi hari dan menanyakan kabar setiap paginya. Hal-hal simpel seperti menanyakan sudah makan atau belum, kini sudah jarang di lakukan oleh Mas Pram. Batin Ranti
Ranti menghela napas berat. Dan Mirna mencoba memberinya semangat dengan menepuk pundaknya pelan.
" Aku tidak tahu, Mas Pram selingkuh atau tidak. Dari penjelasan yang kamu berikan, memang ada sedikit perubahan Mas Pram dari yang dulu. "
"Semoga saja suamimu itu tidak demikian. Dan semoga saja apa yang kita perkirakan ini salah. Karena itu, susul suamimu disana. Kalau perlu tanyakan kenapa handphonenya bersandi tanpa kamu ketahui."
Ranti tersenyum tipis.
"Terima kasih Mir. Aku akan mencoba mengikuti saranmu."
"Sama-sama Ran. Sudah, sebaiknya kita fokus kembali bekerja lagi."
Sementara itu, ditempat berbeda. Pram sedang sibuk berkirim pesan dengan Menur, membujuk gadis yang merajuk sejak kemarin itu.
Pram : Kamu jangan marah lagi sayang, kamu sudah dapat lebih banyak kok
Menur : Tapi tetap saja aku cemburu Om. Mana aku tahu Om mainnya lama apa sebentar sama Tante. Belum lagi ngulang berapa kali.
Pram : Bagaimana mau ngulang sayang, tenaga Om sudah banyak terkuras di permainan kita.
Menur : Bohong!
Pram : Serius sayang.
Menur : Kalau aku kesana minggu depan, Om harus lebih perhatian kepadaku!
Pram : Iya sayang, pasti. Uang mu apa sudah habis? Perlu On transfer lagi?
Menur : Tinggal sedikit Om. Nanti saja transfernya.
Pram : Oh ya sayang, kayaknya kita harus lebih hati-hati lagi. Sepertinya Tantemu mulai curiga walau belum pasti.
Menur : Ya biasa saja Om. Jangan perlihatkan kalau kita panik.
Pram : Tentu saja, Om bersikap seperti biasanya.
Dan Pram pun semakin kesini semakin menurut pada gadis mudanya. Ia tidak sadar, dirinya mulai berubah walau ia merasa sudah seperti biasanya.
Pram lupa, kalau ia tidak bisa menilai diri seperti mengukur baju di badan sendiri. Tetapi orang lain lah yang melihat dan merasakan sehingga dapat menentukan berubah atau tidaknya dirinya itu.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊