Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Trauma Kembali
Plakkk....
Sakit dan panas pipi ini karena tamparan suamiku, namun sepertinya lebih sakit hati ini dibandingkan pipi ini.
"Aku sudah sangat sabar selama ini bersamamu hanya demi anak " jeritku sambil menahan rasa panas dipipi ini akibat tamparannya.
Dia pikir kali ini aku akan diam menghadapi sikapnya yg sangat memuakkan, seperti biasanya kalau dia sedang marah dan emosi karena sudah melakukan kekerasan secara fisik.
Sebelumnya aku masih bersabar disaat dia emosi dan marah, dan hanya menyerang mentalku namun kali ini tdk ada toleransi lagi sudah menyentuh fisik aku.
Entah karena sudah sangat bosan dengan kelakuannnya, sehingga diriku sudah tidak bisa mengontrol lagi untuk teriak dan histeris didepannya dan didepan anak-anakku.
"Dasar perempuan tidak tau diri hanya tinggal dirumah, dan kalau bukan aku kalian tidak makan semua" balas suamiku teriak sehingga membuat anak-anak menangis dan ketakutan sambil mereka bertiga memelukku.
"Astagfirullah Al Adzim" ucapku...kata-kata itu yang selalu keluar dari mulut suamiku ketika dia marah, dan kata-kata itu secara tidak langsung sudah membekas sehingga membuat hati ini begitu sakit.
Demi menjaga kewarasanku saat ini dimana tamparan dia tadi membuka kembali trauma aku dimasa lalu, yang sangat aku ingin lupakan seumur hidupku, namun karena kejadian barusan membuat aku menjadi seperti orang yang ingin bersembunyi ditempat yg sangat jauh, tapi mengingat ketiga anakku dalam pelukanku aku berusaha kuat, untuk mencoba menenangkan diriku sendiri dengan istigfar beberapa kali sambil menarik nafasku dalam dalam.
"Ayo sayang kita kekamar" sambil merangkul ketiga buah hatiku aku membawa mereka kekamar, karena aku sadar kejadian tadi pasti telah membuat trauma pada diri anak-anakku.
Aku merasa kembali kepuluhan tahun kebelakang, dimana kejadian yangg hampir sama yang dilakukan oleh kedua orang tuaku sehingga efek dari kejadian itu adalah trauma yang aku bawa hingga saat sekarang.
"Gala bantu Bunda ya nak untuk menenangkan adik-adikmu ya bunda masih mau bicara sama Ayah" kata aku kepada anak tertuaku, yang sejak kejadian tadi dia hanya diam sambil memeluk aku sangat kuat, namun tatapan kebencian pada matanya terlihat disaat dia melihat Ayahnya setelah menampar diriku.
"Iya Bunda nanti Gala yang menenangkan Rumi dan Al...Bunda tidak usah lagi ketemu Ayah, nanti Ayah memukul Bunda lagi..hiks...hiks" kata anakku sambil terisak.
"Ya Allah nak segitu sayangnya kamu sama Bunda, sampe melarang bunda untuk keluar menemui ayahmu" jawabku lirih.
"Bunda disini saja sama kaka sama adek, pintunya dikunci saja Bunda adek takut...hiks...hiks" kata Rumi sambil menangis
Dengan menguatkan hati ini aku sambil tersenyum memeluk dan mencium satu persatu anak-anakku, agar mereka merasa tenang dan tidak takut lagi.
"InshaAllah Bunda bisa menjaga diri sayang...kaka Rumi sama adek Al ditemani bobo dulu ya sama kaka Gala, nanti Bunda kembali lagi temani kalian semua disini bobo" ucapku sambil tersenyum berusaha membuat perasaan anak-anakku tenang kembali.
"Iya Bunda tapi kalo Ayah jahat lagi sama bunda,bunda teriak saja ya biar Gala bisa cari pertolongan" kata anak tertuaku
MasyaAllah sampai segitunya pemikiran anakku yang mana masih berumur 8 tahun, tapi sudah harus terpaksa menjadi dewasa pikirannya dikarenakan perilaku Ayahnya.
"Iya sayang Bunda akan jaga diri dan akan secepatnya kembali masuk kesini ya" jawabku sambil mengelus kepala anak tertuaku.
Sebenarnya diri ini ingin sekali menangis histeris, namun aku sadar ada perasaan anak-anak yang harus saya jaga.
Setelah aku mencium satu-satu anak-anakku aku keluar untuk menemui Suamiku .
Sesampai diruang keluarga aku sudah tak menemukan suamiku lagi, entah dia keluar atau berada dikamar kami.
Aku ingin menenangkan diriku dulu sebelum mencari keberadaan Suamiku, dengan menuju kedapur untuk mengambil air dingin dikulkas setidaknya bisa memberikan efek dingin dan tenang setelah meneguknya hingga tandas.
Ini bukan kali pertama kami ribut namun ini yang paling parah, karena Suamiku sudah main fisik ke aku.
Kalau kemarin-kemarin aku masih bertahan karena hanya kata-kata kasar yg slalu terlontar dari mulutnya dan menekan mentalku namun kali ini aku sudah menyerah karena bukan hanya mentalku saja yg sakit sekarang tapi sudah ke fisik aku.
Setelah agak tenang kembali pikiranku ke awal mula kejadian tadi terjadi.
Sehabis makan malam tadi bersama, anak-anak aku mengajak anak-anak ke ruang keluarga untuk menonton tv, karena kebetulan kaka Gala anak tertuaku besok hari sabtu ndak sekolah jadi bisa santai malam ini.
Sementara kami asyik nonton tv aku mendengar suara motor Suamiku datang, aku langsung berdiri dan pergi kedepan untuk membuka pintu.
Namun pada saat pintu terbuka tiba-tiba suamiku masuk dengan sangat cepat, tanpa memberi salam sehingga membuat aku kaget dan agak mundur kebelakang, karena hampir saja diriku terjatuh seandainya aku tak memegang tembok dibelakang pintu.
"Astagfirullah...ayah bisa tidak klo masuk rumah itu beri salam "kataku sambil memegang dadaku karena kaget.
"Ndak usah bicara kamu disitu aku lagi pusing" sahutnya dengan suara cukup keras sehingga membuat ketiga anakku yang lagi nonton sangat kaget.
"Loh kamu yang buat kaget tidak ucap salam malah pake marah-marah lagi ke aku"ucapku lagi
"Trus mau kamu apa heh" bentuknya lagi
Ketiga anakku sudah mendekat kearah kami, sehingga aku berusaha untuk tidak meladeni lagi ucapan suamiku, karena aku tidak mau anak-anakku melihat kami bertengkar lagi dan lagi.
"Ayok nak kita nonton lagi didalam" ajakku ke anak-anak
Namun tiba-tiba suamiku menahan tanganku sambil dia mencengkram sangat kuat hingga membuat tanganku sakit.
"Kamu mau kemana heh" teriaknya lagi
Aku langsung berbalik dan berusaha melepaskan tanganku dari cengkramannya
"Aku mau kedalam Ayah bersama anak-anak" jawabku pelan karena aku tidak mau bertengkar didepan anak-anak
"Siapa yang suruh kamu kedalam...aku belum selesai sama kamu ya" bentaknya lagi
"Ayah kita selesaikan nanti dikamar...aku bawa anak-anak dulu ke kamarnya" jawabku pelan sambil menahan emosi aku juga saat ini, karena kalau bukan aku yang mengalah untuk meredam maka efeknya ke anak-anak.
"Tidak ada nanti-nanti ya ... aku mau kamu dengar ya, tidak usah terlalu banyak omong kalau aku pulang, terserah aku mau begini kek mau begitu bukan urusan kamu, dan satu lagi tidak usah slalu bertanya kenapa aku selalu telat pulang, karena itu bukan urusan kamu" katanya dengan sangat ketus
Aku langsung menatap suamiku dengan tajam, karena aku jg sudah tersulut emosi karena tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja main marah- marah didepan anak-anak pula
" Ayah aku tidak pernah merasa banyak omong ya...aku hanya bilang bisa tidak ucap salam dulu baru masuk, dan wajarlah aku bertanya kenapa telat pulang, karena aku istrimu yang meghawatirkan kenapa suaminya belum pulang padahal sudah lewat jam kerja" jawabku juga dengan keras seakan lupa klo anak-anak masih ada bersamaku.
Plakk....
Tiba-tiba saja tamparan itu melayang ke pipiku....
Orangtua Afni malu dgn kelakuan anaknya
selamatkan Willy ya thor