Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
“Shima! Ayo kita bersenang-senang!” teriak Nadisa dari atas motornya saat menjemput Shima di apartemen.
Mereka akan pergi, sesuai permintaan Nadisa kemarin. Menuju ke sebuah Cafe yang dijadikan tempat bertemu, dengan teman semasa SMA dulu.
Shima tersenyum sambil memakai helm dan berkata, “Apa Nella sudah mengirimkan alamatnya?”
Nella adalah teman yang akan merayakan ulang tahunnya bersama Shima dan Nadisa.
“Tentu saja! Kehadiran kamu pasti jadi kejutan buat mereka!” Nadisa berkata sambil melajukan kendaraan matic-nya ke jalanan.
“Ingat gak, sejak kamu lulus dan menikah sama si breng-seg itu, kamu gak pernah kumpul lagi bareng geng!”
“Ya, aku tahu! Maafkan aku, oh ya, kamu kasih Nella hadiah apa?”
“Kamu ..! Kamu, kan, bos kita dulu!”
Shima terkekeh mendengar ucapan Nadisa, tapi semua itu benar adanya. Dia adalah bos geng anak Sholehah, yang senang sekali membersihkan serta merawat taman sekolah.
Sesampainya di halaman parkir sebuah cafe ternama di jalan kota, Nadisa menyandarkan motor.
Dia melepas helm sambil berkata, “Eh! Itu Regan! Kebetulan sekali dia di sini, bukannya dia kemarin mau rapat?"
“Eh! Mana? Mungkin rapat nya memang di sini.” Shima melepas helm sambil celingak-celinguk memperhatikan keadaan sekitarnya.
“Itu!” kata Nadisa sambil menunjuk ke satu arah, di mana Regan sedang berjalan dengan seorang wanita.
Shima memperhatikan keduanya dan berkata, “Bukannya itu Si Emma, anak fisika satu?”
Nadisa mengernyit dan mengangguk setelah mengingat-ingat nama wanita yang bersama Regan.
Dia yakin mereka bukan pasangan kekasih sebab jarak mereka berjalan cukup berjauhan. Bahasa tubuh keduanya, pun menunjukkan bahwa mereka hanyalah rekan kerja biasa.
Nadisa berjalan dengan langkah cepat bersama Shima, dengan berharap tidak harus bertatap muka dengan Emma. Namun, wanita yang disebut Emma melihat mereka.
Mereka hanya teman satu sekolah di kelas yang berbeda. Shima adalah murid terkenal dan banyak yang memuja, membuat perempuan itu bisa mengenalinya, meski hanya sekelebat saja.
“Shima? Nadisa?” katanya sambil menghentikan langkah.
Shima memang sedikit berubah, karena tidak memakai baju sekolah. Dia terlihat lebih cantik dari masa remajanya dulu.
Hari itu Shima mengenakan pakaian terbaik yang diberikan Deril tadi malam.
Saat Shima masuk ke kamar, ada beberapa paper bag yang berisi aneka macam gaun dan juga pakaian rumahan. Ada sepuluh tunik dengan model dan warna kesukaannya, Da juga blazer serta gaun pesta.
Deril begitu murah hati, membawakan semua pakaian Shima yang ada di rumahnya. Bukan hanya itu, beberapa baju baru juga ada, semuanya dari desainer yang menjadi langganan Shima.
Perempuan itu juga merias diri dengan riasan tipis untuk menyamarkan sisa sembab dan pucat di wajahnya. Alhasil, penampilannya kali ini sempat membuat Regan ternganga.
“Hai! Emma, apa kabar? Sudah lama ya, gak ketemu?” kata Nadisa dengan ramah sambil berjabat tangan dengan Emma.
“Aku baik! Apa kalian mau kumpul-kumpul di sini juga? Kebetulan sekali!” kata Emma sambil melirik Regan, dia tahu pria itu dulu menyukai Shima tapi, tidak bisa menyentuhnya.
Di sekolah Shima sangat terkenal dengan orang yang berada di belakangnya. Emma dan beberapa temannya tahu, setiap kali ada cowok yang digosipkan menyukai Shima. Maka cowok itu tidak akan baik-baik saja keesokan harinya.
Apakah sekarang masih sama?
Kabar tentang perempuan itu lenyap setelah mereka lulus. Bahkan, rencana Shima untuk kuliah di jurusan kedokteran pun tidak ada beritanya entah karena apa.
“Apa kalian janjian ketemuan di sini? Kalau iya, kalian gak bisa gabung sama kita karena kami ada rapat dengan para dokter senior!” Emma menjelaskan, memberi isyarat agar Shima dan Nadisa tidak bergabung bersamanya. Dia tahu pekerjaan Nadisa hanyalah pegawai biasa.
“Oh begitu, kami mau kumpul sama Nella, kok! Sama sekali gak janjian sama Regan!” kata Nadisa.
“Apa kalian tahu, mau ada rumah sakit baru di kota kita? Kabarnya rumah sakit ini hanya akan menerima pasien VIP saja!” kata Emma mempromosikan sekaligus memberitahu posisinya yang lebih tinggi dari Nadisa dan Shima.
Emma sekarang seorang dokter, dan dia tidak pernah mendengar Shima memiliki profesi yang sama. Padahal Shima cukup pintar tapi, menyadari kalau Shima sekarang setara kedudukannya dengan Nadisa, dia sedikit besar kepala.
"Oh ya? Baguslah!" sahut Shima datar.
"Ya, fasilitas rumah sakit ini istimewa dan beda dari rumah sakit lainnya, sangat mewah dan pelayanan seperti hotel bintang lima!" kembali Emma berkata.
“Wah, aku gak tahu soal itu, ngomong-ngomong apa nama rumah sakitnya?” tanya Shima sambil melirik Regan yang hanya diam menatapnya.
Pria itu sebenarnya heran, kenapa Shima tidak menjawab pesannya semalam. Dia sangat antusias dengan niat Shima yang ingin sembuh dari penyakitnya.
“Apa kamu belum tahu bangunan mewah di Jalan Kertajaya? Itu bangunan rumah sakitnya, namanya Rumah Sakit Edelweis!” jawab Emma.
“Edelweis?” tanya Shima tak percaya, itu nama klinik yang pernah dia impikan kalau berhasil menjadi dokter. Dia pernah membicarakan cita – citanya itu pada Deril.
Dia sedikit terharu mendengar namanya yang kebetulan sama, dengan nama klinik kesehatan yang diinginkannya. Deril memahaminya waktu itu, karena apa pun yang dibicarakan Shima, pasti pria itu mendengarkannya.
Namun, sayangnya dia tidak pernah menjadi dokter.
“Ya, katanya, rumah sakit itu di bangun oleh Tuan Deril dari grup Pratama, mereka gak tanggung-tanggung dalam mengerjakannya, ya, maklumlah, itu cara mereka menghabiskan uang!”
Mendengar ucapan Emma, Nadisa dan Regan menatap Shima secara bersamaan. Dua orang itu ingin memastikan sahabatnya baik-baik saja.
“Dan kabarnya lagi, Tuan Deril membangun rumah sakit itu untuk kekasihnya, jangan bilang kalau kalian belum pernah dengar siapa kekasihnya?” Emma berkata lagi sambil menunjukkan bangga diri, telah mengetahui beberapa hal tadi.
“Buat apa aku tahu hal-hal seperti itu, gak penting!” kata Shima, “Coba saja, apa itu ngaruh pada kehidupanmu juga? Gak, kan?”
“Jadi, kamu pikir aku bicara yang gak penting begitu?” sahut Emma kesal.
“Ya! Apalagi memangnya? Walaupun kamu tahu juga, Tuan Deril gak bakal ngasih tips!“ kata Shima.
“Kamu, masih saja sombong seperti dulu!” kata Emma ketus.
“Aku gak bermaksud –“ Ucapan Shima terhenti saat sebuah mobil mewah parkir dan sepasang manusia turun dengan elegan dari dalamnya.
Shima, Nadisa, Regan dan Emma, sama-sama terdiam melihat Deril dan Karina. Orang yang baru saja mereka bicarakan ada di sana.
“Shima, sekarang kamu harus lihat, itulah pasangan kekasih, Tuan Deril dan Karina! Aku membayangkan kalau mereka menikah nanti, pasti akan jadi pasangan paling fenomenal tahun ini!” ujar Emma girang.
“Oh ya? Aku gak percaya!” kata Shima sambil menggamit tangan Nadisa yang masih bengong, dia tidak menyangka akan bertemu, dengan pasangan selingkuh itu lagi.
“Ayo, Nad! Kita cari Nella saja!” katanya.
Nadisa melangkah lebih dulu dari Shima dan secara tidak sengaja, langkah mereka justru menyamai langkah Deril dan Karina.
“Wah, wah! Siapa yang aku lihat ini, Shima, lama ya kita gak ketemu?” saat berkata ada raut kesombongan di wajah Karina, ia tersenyum tipis seraya melirik Shima sinis.
Shima hanya tersenyum, sudut matanya melirik Deril yang ternyata tengah menatapnya dengan intens.
“Kamu pasti mau pesan minuman favorit yang lagi trend di sini, atau ... mau makan camilan saja? Kalau gak keberatan kamu bisa gabung dengan kami!” kata Karina lagi dan berusaha menutup arah pandangan Deril dan sang mantan istri.
Karina sama sekali tidak ingin hubungan antara Deril dan Shima terbongkar dan diketahui oleh publik. Dia khawatir, jika orang luar mengetahui Deril pernah menikah dengan Shima, maka dirinya akan digosipkan sebagai pelakor di antara mereka.
Dia sudah memanjat tangga ketenaran, sesuai profesinya sebagai model. Lalu, setahun ini dia berhasil menjadi lebih terkenal sebagai kekasih Deril. Jadi, dia tidak ingin semuanya terbongkar sekarang.
“Ah, gak! Terima kasih!” kata Shima.
“Kami punya acara sendiri! Temanku ulang tahun dan aku akan merayakannya! Lebih baik kita gak usah saling mengganggu!” kata Nadisa.
“Oh! Apa bareng sama teman laki-laki juga?” kata Karina memancing suasana panas di hati Nadisa. Dia yakin, perempuan itu sudah tahu tentang perceraian antara Deril dan Shima.
“Tentu saja! Kebetulan ada teman saya yang baru bercerai, jadi wajar kan, kalau mau cari pasangan baru .... siapa tahu bisa mencari orang yang lebih baik dari mantan!"
semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
aku cuma bisa 1 bab sehari😭