Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Utusan Vanessa Aurora
Pertarungan ku melawan pasukan Layne yang merupakan seluruh kelompok bandit-bandit, aku meminta pada Alaina untuk menjaga barisan belakang agar tidak ada yang memasuki desa, dan memintanya untuk tidak membantuku sampai aku memintanya, karena aku ingin menjadikan pertarungan satu melawan dua ratus orang ini menjadi latihan spesial ku.
"Apa kau yakin ingin melawannya sendirian?" Ujar Alaina.
"Iya aku mohon, jangan bantu aku sampai aku memintanya." Ucapku.
"Hah sepertinya kau meremehkan kami, jangan samakan pasukan ku dengan pasukan Boby yang telah kau kalahkan." Ujar Layne.
"Hah di mataku kalian sama saja, Aku akan mengirim kalian ke sisi Tuhan!" Celoteh ku.
"Hahahaha ia mengatakan sesuatu hal yang lucu." Ujar salah satu bandit, yang di iringi gelak tawa seluruh pasukan bandit itu.
"Kau mengatakan hal yang menarik, Tuhan? kau kira yang semacam itu benar-benar ada? Jika Tuhan memang benar-benar ada mungkin Aku tidak akan pernah terlahir didunia ini!" Ujar Layne yang dan diiringi gelak tawa oleh seluruh pasukannya.
"Ahahahaha."
Kata-kata dari Layne dan pasukannya yang mengolok-olok tentang Tuhan mengundang amarah Alaina yang merupakan pengikut nomer satu Tuhan.
"Hoh Sepertinya aku harus menunjukkan Tuhan itu memang benar-benar ada, tapi aku akan memberikan belas kasih Tuhan kepada kalian, tarik ucapanmu atau aku akan mengirim kalian ke neraka!" Cetus Alaina.
"Maaf Ali aku tidak bisa diam saja, ketika ada yang mengejek Tuhan." Bisik Alaina di sampingku.
"Ahahaha lucu sekali gadis cantik ini, baiklah akan ku jadikan kau budak seks ku! Semuanya serang dia!" Ucap Layne memerintahkan pasukannya menyerang.
"Hah dasar manusia bodoh!" Ujar Alaina.
Di saat para pasukan Layne maju dan menyerang kami, Alaina langsung merapal sihirnya, sementara aku menahan serangan-serangan musuh agar tidak mengganggu Alaina merapal sihirnya.
"Hyyaat" Gemuruh pasukan menerjang kearah ku
"Asura kai "
" sing... sing.. sing"
Sungguh sulit menahan variasi serangan-serangan yang datang, apalagi dengan pedang yang kurang cocok di tangan, dan benar saja pedang yang ku gunakan terbelah menjadi dua setelah beberapa kali menahan ayunan pedang dan busur panah musuh. "Sial pedangnya malah potong!" Gumam ku.
"Ali mundu!" Ujar Alaina yang telah siap dengan sihirnya, Akupun langsung mundur mengikuti perintahnya.
"Demi penguasa langit dan bumi, Hukuman langit, Hujan api!"
"Hoaa! Munduurr!" Teriak salah satu pasukan bandit yang berada di garis depan, saat ia melihat bola api yang bertebaran di langit.
"Goblok, Jangan takut! Terus maju! sihir itu akan di tahan oleh penyihir!" Teriak Layne kepada pasukannya, dan memerintahkan beberapa pasukan penyihirnya untuk menahan serangan sihir Alaina dengan sihir pertahanan milik mereka.
"Demi penguasa neraka, iblis penguasa langit, berikanlah hamba perlindungan!"
Namun pelindung sihir itu hanya mampu melindungi sebagian pasukan Layne saja.
"Dwarr... Dwarr... Dwarr!" suara bola api yang menghantam pelindung dan sebagian pasukan bandit.
"Hoaaa" Teriak kesakitan para bandit yang terkena.
Di waktu yang bersamaan dari dalam desa Reg melempar dua pedang milik ku. "Tangkap kak Ali!" Akupun langsung menangkap kedua pedangku, dan langsung maju ke garis depan.
"Alaina, gunakan Mahkota duri!" Ucapku kepada alaina sambil berlari maju menuju pasukan musuh.
"Kepada peri penguasa gunung dan hutan, atas kasih Tuan-mu yang maha kuasa, berikanlah kekuatanmu untuk menghukum mereka sang perusak bumi, seribu jeratan derita, mahkota duri!"
"Apa ini!"
"Aku tidak bisa bergerak!
"Aaa"
para pasukan Layne yang terkena jeratan mahkota duri Alaina, dan akupun langsung menerjang dan membabat abis semua pasukan yang terjebak mahkota duri. "Asura kai, teknik pedang ganda, tarian pedang!"
"Sing.. sing.. sing.."
"Aaaa ..."
"Jangan bunuh aku!"
Teriak para pasukan Layne yang aku bunuh dengan cepat dengan teknik tarian pedang, dan ada beberapa diantaranya yang memohon ampun, tapi aku tidak mendengarkannya sama sekali, dan yang tersisa dari pasukan Layne berjumlah, tiga puluh orang, sepuluh orang penyihir, dua puluh orang penjaganya, namun aku tidak melihat satu orang yang aku waspadai sebelumnya.
"Anak Bangsat! Aku terlalu meremehkan kalian, Aku tak mengira wanita itu penyihir yang menguasai banyak sihir! kau hanya beruntung ada dia di sisimu!" Celoteh Layne setelah melihat hampir seluruh pasukannya di babat abis oleh ku.
"Hahaha berbicaranya jangan sambil nangis pak tua!" Celoteh ku kepada Layne.
"Kau memang harus mati, penyihir serang dia!" Ujar Layne, namun para penyihir itu tidak mendengarkan ucapan Layne.
"Oi kalian dengar aku tidak!" Teriak Layne kepada sisa pasukannya, dan tak lama pasukan itu tiba-tiba terkapar.
"Mereka tidak akan mendengar mu Layne! mereka sudah mati!" Ujar Alaina
"Tidak mungkin!" Ucap Layne terkejut tidak menyangka sisa pasukannya bisa mati begitu saja, tanpa adanya serangan yang ia lihat.
"Kau pasti sangat terkejut kan Layne, Aku juga sama, entah bagaimana itu bisa terjadi." Gumam ku.
"Dasar brengsek! aku sendiri juga sudah cukup untuk mengalahkan mu!" Ujar Layne dengan penuh kekesalan di wajahnya berjalan kearah ku dan mengeluarkan pedang panjang sebagai senjatanya, lalu ia berjalan kearah ku.
"Alaina kau tidak perlu membantuku, biar aku mengalahkannya sendirian" Teriakku kepada Alaina.
"Oke baiklah" Jawab Alaina menuruti permintaanku.
"hh kau menang hebat, tapi tidak mungkin bisa mengalahkan aku sendirian!" Ujar Layne.
"Kita lihat saja!" Ucap Layne sambil berlari menyerang ke arahku. sontak kamipun beradu pedang dengan sangat cepat.
"Sing.. sing.. sing"
"Hebat juga kau bisa mengikuti pergerakanku!" Ucap Layne.
"Hah, aku hanya sedang bermain-main denganmu Layne,dan aku memang hebat." Celotehku sambil beradu pedang dengan Layne.
Setelah beberapa saat kami berdua beradu pedang, aku pun memutuskan untuk menaruh pedangku.
"Aku sudah bosan menebas seseorang dengan pedang, kali ini aku akan menghabisi lawanku dengan tangan kosong" Ujarku sambil menancapkan kedua pedang ku di tanah.
"Kau memang anak yang Sombong, tapi baiklah aku turuti keinginanmu!" Ujar Layne ikut menaruh pedangnya.
"Tidak-tidak pakai saja pedangmu, biar kita seimbang!" Celotehku, mendengar ucapan ku Layne menjadi sangat geram terhadapku.
"Kau Memang pantas untuk mati bocah tengik!' Cetus Layne.
lalu kami pun beradu bela diri dengan tangan kosong, Layne benar-benar tidak mendengarkan saran dari ku untuk tetap menggunakan pedang, jadinya ia menjadi samsak tinju untuk ku.
"Sudah ku bilang gunakan saja pedangmu!" Celotehku.
"Brisik!" Celetuk Layne.
"baiklah akan ku akhiri sekarang juga, Tendang kakinya,.. lalu putarkan badannya,.. lalu jatuhkan,.. patahkan bahunya,.. abis itu injek lehernya!" Gumam ku.
"Mati kau!" Teriak ku sambil menginjak leher Layne.
"Ekkkkk" Layne tak berdaya sambil menggeliat dan mencengkram kaki ku yang menginjak lehernya dengan sebelah tangan, karena sebelah tangannya lagi sudah aku patahkan sebelumnya.
"Ali! kebiasaan banget! gaboleh menyiksa saat ingin membunuh musuh mu!" Cetus Alaina memarahi ku.
"Maaf Alaina, aku terbawa suasana" Jawabku setelah Layne mati.
"Jangan ulangi lagi, itu kebiasaan yang buruk! aku tidak menyukainya!" Cetus Alaina, sambil menutupi satu-satu pasukan bandit yang telah mati.
"kamu harus belajar menghormati musuhmu, bahkan setelah ia mati!" Tutur Alaina.
mendengar itu akupun diam tak membantah ucapan Alaina, entah mengapa jika Alaina sudah marah aku tidak bisa berbuat apa-apa, dan merasa sangat bersalah atas apa yang aku lakukan.
"Jangan sentuh aku, kamu siapa si, aku bilangin Kak Alaina loh!" Teriak Melissa.
mendengar itu aku terkejut dan langsung berlari kedalam desa untuk melihat apa yang terjadi,aku takut ada beberapa musuh yang berhasil menyusup, dan aku teringat tentang salah satu orang yang aku waspadai yang berada di sisi Layne sebelum pertarungan dimulai.
"Oi siapa kamu!" Ucapku saat tiba di dekat Melissa yang sedang di ganggu orang asing yang mengenakan jubah penutup kepala dan wajah hingga wajahnya tidak dapat aku lihat, mendengar ucapanku Sontak orang asing itu terdiam sejenak, lalu dengan seketika ia berada di depanku, dan berbisik lembut di depan wajahku. "Oh ini yang tadi maju dengan semangat" Sontak aku pun terkejut lalu langsung menghindar jauh darinya.
"Jangan takut Ali, dia adalah utusan yang Vanessa bicarakan." Ujar Alaina di belakang ku, mendengar itu aku sedikit lebih tenang namun tetap waspada.
"Kapan dia datang kesini?" Tanyaku penasaran.
"Emang kamu tidak melihat diantara pasukan Layne, Ia menyelinap ketika kamu maju menerjang ke arah pasukan Layne?" Ujar Alaina.
"hah emang iya? aku memang memperhatikannya saat ia berada di samping Layne, namun aku tidak menyadari cara ia menyelinap kesini." Jawabku.
"Memang dia jago dalam menghilangkan hawa kehadirannya." Celetuk Reno yang baru muncul entah dari mana.
"Oh pantas saja, aku merasakan keanehan dalam dirinya saat pertama kali melihatnya, terlihat biasa saja namun menyeramkan" Gumamku.
"Maaf yaa buat kamu takut Ali." Celetuk orang asing itu sambil membuka jubah beserta tudung kepala dan penutup wajahnya. setelah melihatnya sontak aku dibuat terkejut, oleh penampilannya, rambut dan kulitnya yang putih, terutama bibir seksi dan buah dada yang menonjol pada proporsi badan yang ideal membuat ku sedikit terkesima, akan tetapi bagiku dan di mataku Alaina lah tetap yang tercantik.
"Oi kedip!" Celetuk Reno di iringi lemparan batu oleh Melissa kearah ku.
"Aduh..! apa sih timpuk timpuk, sakit tahu!" Celetuk ku, saat aku menengok aku melihat semua mata memandang dengan tajam kearah ku.
"E-eh salah ku apa?" Tanyaku.
"Tanyakan saja pada hidungmu yang mengeluarkan darah!" Celetuk Reno.
akupun langsung mengelap hidungku yang mimisan, dan berkata "Oh ini mah bekas pertempuran tadi"
"Oi.. oi, kok ga berhenti ngalir si ini darah walaupun udah di lap, Oi berhenti dong, jangan bikin salah faham" Gumam ku, sambil terus-menerus mengelap darah yang mengalir di hidungku.
"A- aku bisa jelaskan..." Wajah mereka seakan-akan jijik terhadapku.
"A- Alaina kamu pasti mengerti... " Gumam ku, sambil menengok kearah Alaina yang sudah berada di belakangku, bukannya mendapatkan pengertian seperti yang aku inginkan, aku malah mendapat Bogeman hangat dari Alaina.
"Sepertinya kamu kecapean!" Ujar Alaina sambil memukul ku dengan keras, membuatku tak sadarkan diri.
beberapa jam kemudian aku pun tersadar, dan mendengar Alaina sedang berbincang-bincang dengan wanita sebelumnya, melihatku yang sudah sadarkan diri Alaina meminta maaf kepadaku karena telah memukul ku.
"Maaf Ali, aku terlalu berlebihan." Ucap Alaina dengan lembut.
"Tidak apa-apa Alaina, lagi pula itu salahku." Jawabku.
"Oh iya, perkenalkan nama dia Aurora, Muridnya Vanessa." Ujar Alaina memperkenalkan wanita sebelumnya, saat aku melihatnya ternyata gadis itu sebaya dengan ku.
"Perkenalkan, Aku Aurora maaf telah membuat keributan." Ucap gadis itu dengan lembut.
"kalo diliat-liat memang terlalu menggoda penampilan wanita ini" Gumam ku, disamping itu saat aku hendak berkenalan aku merasakan aura mencekam yang amat kuat di sekeliling ku.
"E-eh iya, salam kenal Aurora, aku Ali". Jawabku Terbata-bata.
"Karena Ali sudah bangun, langsung saja kita bicarakan pesan dari Vanessa, yang akan di sampaikan oleh Aurora, tapi sebelum itu, sebaiknya kamu gunakan saja jubahmu sebelumnya." Ujar Alaina, Lalu setelah itu Aurora pun memakai kembali jubahnya, dan mulai membicarakan pesan dari Vanessa.
Aurora menyampaikan pesan dari Vanessa yang berisi, bahwa perjalanan menuju tempatnya akan cukup sulit, karena daerah pinggiran banyak desas-desus dan konflik yang di jadikan sarang kejahatan, dan kerajaan tidak pernah memperdulikan itu, dan saat ini kerajaan lagi fokus berperang dengan kerajaan lain-nya untuk menginvasi dan memperlebar pengaruh dan kekuasaan, Jadi walaupun kerajaan sedang fokus akan berperang, tetapi tetaplah berhati-hati untuk tidak menyebarkan rumor aneh.
"Tapi sepertinya itu sulit untuk di hindari, karena berita tentang kematian Boby, dan Layne akan menyebar di dunia bawah, sebab ada seorang burung pengintai saat pertarungan tadi, meskipun telah aku bunuh secara diam-diam saat aku sambil menyelinap masuk ke dalam desa, akan tetapi apa yang sudah dilihat burung itu, pemilik burung dapat melihatnya, itu sebabnya aku masuk ke dalam desa dengan berpura-pura untuk menyerang saat burung itu terkena seranganku, karena aku adalah seorang assassin yang sedang menyamar sebagai mata-mata kerajaan, untuk mencari informasi tentang pergerakan di bawah tanah, bisa dibilang aku adalah agen ganda, tapi tenang saja tujuanku adalah untuk membalas dendam kepada kerjaan, jadi jangan takut aku akan mengkhianati kalian." Ujar Aurora, dibalik wajah dan tubuhnya yang cantik, ternyata Aurora adalah seorang yang dingin ketika sedang membicarakan hal yang ia benci.
"Iya tenang saja kami percaya, lagi pula kamu kan muridnya bibi Vanessa." Ujar Alaina,
"Baiklah, aku tidak bisa berlama-lama disini, karena aku harus segera melaporkan hal yang terjadi, aku akan membawa senjata milik Layne dan beberapa barang dan sedikit darahmu untuk membuat laporan palsu, 'Layne dan pasukannya di bantai abis Oleh dua orang pemuda, kami pun bertarung, meski mereka terluka parah tetapi mereka berhasil melarikan diri, desa itu kini tinggal diisi oleh anak-anak saja', aku akan membuat laporan seperti itu agar tidak ada lagi yang akan mengganggu desa ini." Ujar Aurora.
"Baiklah, Terimakasih atas bantuannya." Ucap Alaina.
"Kalo begitu, bukannya kau harus ada luka di tubuhmu?" Ujarku.
"Iya memang, maka dari itu aku meminta mu untuk berduel dengan ku dengan serius." Ujar Aurora
"Heh, emang bisa begitu?" Celoteh ku, terkejut.
"Sudah terima saja, ini demi kebaikan kita semua" Celetuk Reno.
"Iya anggap saja sebagai latihanmu Ali" Ucap Alaina.
Setelah berdiskusi aku dan Aurora langsung menuju halaman depan desa untuk bertanding, meskipun sebenarnya aku ragu untuk melakukan ini, ragu karena lawanku adalah wanita, jika aku kalah, aku akan kalah oleh seorang wanita dan itu akan membuat kenangan buruk untuk diriku sendiri.
"Jangan remehkan aku, meskipun aku adalah wanita" Ujar Aurora dengan penuh semangat.
"Apa dia bisa baca pikiranku?" Gumam ku.
lalu akhirnya kamipun berduel dengan sengit.