Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. TRAGEDI
TRAGEDI
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Malam itu sangat sunyi, hanya suara angin yang terdengar di luar rumah besar milik Arman dan Andin.
Jam menunjukkan pukul satu malam ketika suara bel berulang kali terdengar menggema di seluruh rumah.
Penghuni rumah yang sudah terlelap tidak menyadari, kecuali Alya yang segera membuka matanya karena suara bising tersebut.
"Apa itu tuan Arman?," gumam Alya dengan cemas dan mata yang terbuka lebar.
Suasana di rumah terasa sunyi dan sepi. Alya menyadari bahwa tidak ada seorang pun dari para ART yang terbangun, meskipun suara bel terus berbunyi.
Dengan hati-hati, Alya bangkit dari tempat tidurnya lalu mengenakan sandal, dan berjalan menuju pintu depan. Saat ia semakin mendekat, suara marah seorang pria terdengar jelas dari luar.
"Buka pintunya! Apa kalian sudah mati semua? Aku akan memecat kalian semua! Dasar tidak berguna!." Suara itu jelas suara Arman sang tuan rumah. Nada suaranya kasar dan penuh amarah.
Lalu, Alya membuka pintu dengan hati-hati karena merasa takut dan was-was. Begitu pintu terbuka, Arman yang sedang mabuk berat langsung menerobos masuk dan berjalan dengan langkah yang sempoyongan.
Wajahnya memerah, dan matanya setengah tertutup, tanda jika ia sudah terlalu banyak minum. Bau alkohol memenuhi udara hingga membuat Alya semakin cemas.
"Apa kau sudah bosan bekerja?!" teriak Arman sambil menunjuk Alya dengan kasar. "Dasar tidak becus! Aku bayar kalian untuk bekerja, bukan untuk tidur seperti babi!."
Alya menunduk, hatinya berdegup kencang. Ia ketakutan melihat kondisi Arman yang mabuk dan penuh amarah. "Maaf, Tuan," ucapnya pelan dengan suara yang gemetar.
"Sudahlah! Aku mau minum! Cepat ambilkan air!" perintah Arman sambil berjalan dengan langkah goyah menuju sofa, lalu menjatuhkan diri ke atasnya.
Alya pun langsung berlari ke dapur karena merasa gugup dan takut. Tangannya gemetar saat ia mengambil segelas air dan segera kembali menghadap majikannya itu.
Lalu ia meletakkan air di depan Arman dengan hati-hati dan berharap agar situasi tidak semakin buruk.
Arman pun meneguk air itu dengan kasar, lalu melemparkan gelas kosong ke atas meja hingga membuat bunyi dentingan yang keras.
Prangngng!
"Pergi! Aku tidak mau melihat siapapun! Dasar tak berguna!," teriaknya, matanya masih setengah terbuka, tetapi dengan amarah yang meluap-luap.
Alya langsung mundur dan tidak berani bersama Arman lebih lama. Ia lalu segera berlari kembali ke kamarnya dengan jantung yang berdegup kencang.
Di kamarnya, Alya duduk di sudut ranjang sambil menggenggam lututnya erat-erat. Lalu, ia menarik selimut dan berbaring kembali dengan masih was-was.
Namun, sebelum Alya memejamkan matanya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar.
Brak!!
Alya terlonjak kaget. Matanya melebar saat melihat Arman berdiri di ambang pintu dengan tubuh yang sempoyongan dan tatapan liar.
"Tuan, ada yang bisa saya bantu?," tanya Alya seraya bangkit cepat dari kasurnya. Tapi sebelum ia sempat berdiri sepenuhnya, Arman sudah mendekat dengan langkah cepat dan kasar lalu merangkulnya erat.
"Layani aku!," seru Arman dengan suara parau sehingga bau alkohol yang kuat menyergap hidung Alya.
Alya pun tersentak karena tubuhnya terkunci dalam pelukan Arman yang kuat. Dia mencoba melepaskan diri karena merasa panik. "Tuan, sadarlah... saya bukan Nyonya...," ucap Alya memohon, dengan suara gemetar ketakutan.
Namun, semakin Alya berusaha melawan, pelukan Arman pun semakin kuat hingga mereka terjatuh di kasur.
Arman mulai menggerayangi tubuh Alya dengan gerakan kasar seolah tidak peduli dengan ketakutan yang tergambar jelas di wajah gadis itu.
"Tuan, tolong, sadarlah..." pinta Alya lagi yang hampir tidak bisa bicara karena Arman terus menciuminya liar dengan mulut yang melumat bibir Alya tanpa ampun.
"Diam! Layani aku!," bentak Arman dengan nafsu yang semakin tak terkendali.
Alya hanya bisa menjerit dalam hati. Ia mencoba memanggil Andin dan berharap istri Arman itu akan menyelamatkannya. "Nyonya! Tolong aku...!," seru Alya dalam suara yang nyaris putus asa.
Namun, ruangan tetap sunyi karena tidak ada satu orang pun yang mendengar.
Alya semakin panik. Dan pada saat itu, ia melihat gunting di atas nakas. Ia lalu meraihnya dengan tangan gemetar dan berniat menggunakan itu untuk membela diri.
Tapi kemudian, Alya berpikir kembali Apakah ia harus melukai, atau bahkan membunuh majikannya sendiri demi melindungi diri?
Namun sebelum ia bisa memutuskan, genggamannya melemah. Tubuhnya mulai kelelahan karena kekuatannya terkuras oleh usaha melawan yang sia-sia.
Gunting itu pun jatuh dari tangannya hingga terjatuh ke lantai dengan bunyi pelan.
Dengan nafas yang tersengal dan air mata yang mengalir di pipinya, Alya merasa semakin berdaya.
Arman yang sepenuhnya dibutakan oleh alkohol dan nafsu, ia terus memaksa tubuh Alya hingga bajunya terkoyak, dan Alya pun hanya bisa merasakan dunia di sekitarnya hancur perlahan-lahan.
Malam itu, Alya hanya bisa pasrah di bawah kekuasaan seorang pria yang tidak sadar dan lupa akan batasannya sebagai manusia.
Ia di rudapaksa oleh laki-laki yang baru jadi majikannya satu bulan ini.