Lanjutan dari "Cinta Di Penghujung Nafasku".
Seorang dokter muda dan tampan bernama William Anderson terlibat ONS bersama dengan dokter Koas dirumah sakit tempatnya bekerja hingga membuat sang gadis hamil.
Viona Harumi,seorang mahasiswi kedokteran yang tengah menjalani masa koas harus terlibat skandal dengan dokter pembimbing nya dirumah sakit hingga membuatnya hamil.
Bagaimana kisah Viona dan William yang terpaksa menikah demi anak yang dikandung oleh Viona??
Lalu bagaimana dengan kisah cinta William dan sang kekasih yang sudah berjalan hampir lima tahun??
Lalu bagaimana dengan Kanaya yang tiba tiba harus menerima kenyataan pahit saat kekasihnya harus menikahi keponakan nya sendiri??
yuukkk simak kisah cinta segitiga mereka disini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Belas
Viona menatap tajam ke arah pria yang saat ini mencekal pergelangan tangan nya. Entah apa lagi yang akan pria itu katakan sehingga dia mengejarnya hingga sejauh ini.
"Ayo, aku antar kamu pulang." ujar nya dengan sedikit menurunkan nada bicaranya, menjadi sedikit lebih lembut dari sebelumnya.
Viona menatap penuh dengan kewaspadaan. Entah kenapa, sejak malam itu Viona tidak pernah sekali pun tidak merasa takut pada William. Perlakuan kasar pria itu di malam naas itu begitu sulit Viona hilangkan dari ingatan nya.
Hingga akhirnya, hal itu pun terus menimbulkan perasaan takut dan juga was was saat William berada di dekatnya.
"Ayolah, aku tidak akan macam macam. Aku hanya ingin memastikan kamu pulang dengan selamat." lanjut William saat tidak mendapatkan respon apapun dari Viona, di saat dia menawarkan untuk mengantarkan wanita itu pulang.
Lelah jika harus terus berdebat dan merasakan jika kakinya juga masih terasa sakit. Ditambah tidak memiliki uang untuk dia gunakan membayar taksi. Viona pun akhirnya menurut dan memilih untuk menerima tawaran dari William.
Tanpa berkata apapun lagi, Viona pun segera berjalan menuju ke arah mobil milik William. Setiba nya di dekat mobil, Viona langsung membuka pintu bagian belakang dan mendudukkan diri di sana.
Sementara William, mengikuti dari arah belakang dan setelah memastikan Viona sudah duduk dengan nyaman di dalam mobilnya. William pun segera melajukan mobilnya ke tempat yang akan Viona tuju, yaitu apartemennya.
Selama didalam perjalan, keduanya memilih untuk diam dan sibuk dengan pikiran mereka masing masing.
Hingga akhirnya, Viona lah yang bersuara terlebih dahulu. Saat akan meminta William mengantarkan nya ke sebuah alamat, dimana apartemen nya berada saat ini.
"Tolong kejalan xxxx," ucap Viona singkat. Namun masih bisa didengar dengan jelas oleh William dan William pun segera melajukan mobilnya ke alamat yang baru saja diucapkan oleh Viona.
"Kamu tinggal dimana? Aku akan mengantarkan mu hingga kesana," tanya Wiliam setelah mereka berada dijalan yang tadi Viona sebutkan.
"Apartemen XXX," jawab Viona lagi singkat.
William pun kembali melajukan mobilnya menuju ke apartemen tempat Viona tinggal selama ini. Setiba nya di sana, Viona langsung turun dan pergi begitu saja bahkan tidak menghiraukan seruan William yang terus memanggil namanya.
Viona semakin berlari saat telinga nya mendengar jika William turun dari mobil lalu menutup pintu mobilnya dengan cukup keras.
Beruntung saat Viona tiba didepan lift, pintu lift itu langsung terbuka dengan sendirinya tanpa Viona menekan tombol karena memang ada penghuni yang tengah turun dari lantai atas.
Dengan cepat Viona pun langsung masuk lalu menekan tombol tutup saat melihat William berlari mendekati lift yang dia masuki.
Seketika, Viona pun merasa bisa bernafas dengan lega saat pintu lift itu tertutup sebelum William sampai di sana. Viona menyandarkan tubuh lelahnya di dinding lift, demi menetralkan nafasnya yang memburu karena berlari dari mobil William ke arah lift.
Sungguh pikiran nya benar benar kalut saat ini. Setelah gagal membuang janin itu kini, Viona pun harus berhadapan dengan William yang mungkin sudah tahu jika dirinya lah wanita pada malam itu dan saat ini tengah mengandung anak dari pria itu.
"Tidak, aku tidak salah. Sudah seharusnya dia tahu apa yang sudah dia lakukan hingga membuat janin ini ada. Maafkan Ibu Nak, ibu tidak bermaksud menghilangkan mu, tapi ibu juga tidak tahu harus melakukan apa denganmu nantinya." gumam Viona saat dirinya tiba dan sudah berada didalam unit apartemen nya.
***
Sementara William sendiri hanya bisa pasrah dengan penolakan Viona saat ini. Toh semua berawal mula pada dirinya yang tidak pernah berniat mencari tahu tentang kejadian pada malam itu.
William benar benar melupakan malam naas itu padahal dia berhutang permintaan maaf pada gadis yang sudah berhasil dia renggut kesucian nya.
Bahkan setelah menemukan gadis itu pun William belum bisa mengungkapkan kata maafnya dan pertanggung jawaban seperti apa yang akan William berikan pada janin yang kini tumbuh didalam rahim Viona.
...***...
Keesokan pagi nya, William terbangun dengan kondisi perut yang tidak nyaman. William langsung berlari ke arah kamar mandi kala mendapati sesuatu yang ingin keluar dari dalam perutnya.
Hoek
Hoek
Hoek
Saat tiba di dalam kamar mandi, William langsung saja memuntahkan isi perutnya. Setelah merasa jika semua isi perutnya sudah keluar semua. William pun menjatuhkan tubuhnya kelantai karena merasa lemas dan tidak bertenaga.
Tenaga nya benar benar hilang karena rasa mual dan muntah yang dia alami pagi itu. Butuh waktu yang cukup lama untuk William agar bisa bangkit dan kembali keranjang nya.
Dengan susah payah, akhirnya William pun tiba di ranjangnya. William membaringkan tubuh lemahnya sembari meraih ponsel yang dia simpan di atas nakas.
"Nov, tolong bantu aku ambil alih tugas dipoli umum. Aku tidak bisa masuk kerja karena tidak enak badan." ucap William begitu sambungan telpon nya tersambung pada rekan kerja nya di rumah sakit.
Wiliam pun akhirnya memutuskan untuk mengambil libur karena merasa tubuhnya tidak akan kuat untuk digunakan berkerja. Beruntung nya, William memiliki teman yang baik hingga bersedia menggantikan nya bertugas.
William pun menghabiskan waktu liburnya dengan rebahan di ranjang saja, karena tubuhnya benar benar merasa lemas. Perutnya juga terus merasa mual hingga beberapa kali kembali memuntahkan isinya meski hanya air saja yang keluar atau malah angin saja. Karena memang dari pagi belum bisa makan.
Sementara di rumah sakit, Viona yang sempat enggan masuk kerja karena takut bersinggungan dengan William merasa sedikit lega karena pria itu tidak masuk kerja dan Viona pun bisa melalui harinya tanpa drama menghindar dari pria itu.
"Vio nanti kamu temani saya melakukan kunjungan pemeriksaan ke rumah pasien ya," ucap Dokter Novi yang saat ini menggantikan William bertugas.
"Baik Dok. Memang ada pasien darurat atau gimana ya Dok? Kok, sampai di kunjungi ke rumah?" tanya Viona menyanggupi menemani Dokter Novi menjalani pemeriksaan di rumah pasien.
"Tidak. Hanya seorang teman, tapi kondisinya parah katanya. Dia tidak bisa bangun dari tempat tidur dan dia juga tidak punya teman yang bisa membantunya untuk pergi ke rumah sakit." jelas Dokter Novi.
"Oh begitu. Baik Dok, saya siap menemani Dokter ke sana."
...***...
🌸 Jangan lupa tinggalkan jejak ya,like,komen dan subscribe...Biar Othor lebih semangat lagi,terima kasih 🥰🥰🥰 love sekebon untuk kalian ♥️♥️♥️*
dn ikhlas mengikuti kata hati kak author 🙏 mau di bawa ke mna alur ceritanya sgt bagus, 💪❤️🔥