Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah
Flow yang mendengar semua kenyataan itu sudah tidak bisa lagi membendung air matanya, ia menangis sesenggukan antara percaya dan tidak percaya.
Ia tidak tahu harus bahagia atau bagaimana, jujur saja ia sangat bahagia dengan kenyataan bila kedua orangtuanya masih hidup, tapi ia sedih mengingat mereka tidak pernah bertemu selama ini.
Nilam yang melihat Flow tidak berhenti menangis, ia langsung memeluk ponakannya itu, sambil menepuk-nepuk pelan punggung Flow.
Flow yang lelah karena belum istirahat di tambah dengan fakta yang mengejutkan nya, ia merasa semuanya buram dan pandangan mengabur, akhirnya Flow tertidur di pelukan Nilam.
(hayoolohhh! siapa yang ngira Flow pingsan?😂
Nilam merebahkan Flow di kursi bacanya, yang ia bawa dari bumi.
![](contribute/fiction/9375230/markdown/31609764/1730388880957.jpeg)
Flow kembali terbangun di kontrakannya.
'*Huh, Ibu*,' gumam Flow.
'*Aku harus mencari keberadaan Ibu. Kata guru, Ibu terpaksa berpisah denganku dan Ayah*.'
'Ibu! Aku rindu!"
Tes
Tes
Mata Flow mulai meneteskan airnya, ia teringat dengan pembicaraan nya dengan Nilam.
Flow ingin tidur lagi, ia belum sempat bertemu untuk melepas rindu dengan Arthur, sang ayah.
Bahkan ia juga tidak tahu seperti apa rupa ibunya.
'Hiks,, Ibuuu! hiks,, apa Ibu rindu Flow? hiks,,Flow baru ketemu, hiks,, sama Ayah, Bu! hiks,, tapi sepertinya Ayah tidak mengenali aku, hiks. Mungkin karena kita tidak pernah bertemu selama ini, hiks, hiks, hiks,' Flow menangis tersedu-sedu ia sangat merindukan kasih sayang Ayah dan Ibunya.
Walaupun dulu ia sangat di sayang sama kedua orang tua angkatnya, tapi rasanya ada yang kurang, apalagi setelah Flow tahu jika mereka bukan orang tua kandungnya. Ia berharap akan mendapatkan kasih sayang kembali. Sudah cukup selama ini ia selalu sendiri dan menerima hinaan bahkan cacian orang-orang karena ia gadis miskin yang tidak memiliki orang tua.
Karena lelah menangis dan sangat ingin kembali ke dunia cermin, akhirnya Flow pun tertidur kembali.
.
.
.
.
Kembali kepada Rangga, saat ini Rangga tengah frustasi, ia yang selama ini mencari-cari Flow tidak kunjung menemukan batang hidungnya.
Bahkan kabarnya pun tidak ada.. sudah lebih satu minggu Flow tidak pergi kerja, ia telah kalang kabut karena begitu rindu dan Bima, sang asisten yang menjadi tempat pelampiasan kekesalannya.
"Bagaimana? masih belum ada kabarnya? sepertinya saya terlalu memanjakan kalian hingga kerjaan begini saja tidak becus!" bentak Rangga dengan begitu dinginnya, dan membuat Bima mengeluarkan keringat dinginnya.
Bima hanya menundukkan kepalanya, jika ia menjawab, yang ada nanti, ujung-ujungnya tidak akan berakhir dengan baik.
Rangga mengibaskan tangannya mengusir Bima keluar, "sana, cari sampai ketemu! jika tidak ada kabar apa-apa jangan kembali ke sini!" titahnya tanpa bisa di ganggu gugat.
Bima undur diri, ia keluar dari ruangan Rangga dengan buru-buru, ia takut jika sang Bos kembali mengamuk jika tidak dihiraukan.
Padahal niat hati ingin memberi tahu kan perihal Antonio, tapi karena sang bos lagi uring-uringan, akhirnya ia urungkan.
.
.
.
Pagi menyingsing, mentari dengan malu-malu mulai menampakan dirinya, kicauan burung-burung terdengar merdu, saling sahut-sahutan sama lain. Flow dengan mata sayupnya mulai terbangun dari mimpin indahnya, ia langsung terduduk, memperhatikan sekeliling, dan teringat dengan sang Ayah, ia bergegas keluar dari ruang baca tersebut.
Tapi ia tidak menemukan siapapun, ia akhirnya menuju ke kamarnya untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai, sebelum ia hendak keluar terdengar langkah kaki seseorang,
Tak,, Tak,, Tak...
dan
Tok,, Tok,, Tok...
"Nona muda, ini saya, Yuyu."
"Masuklah!"
Yuyu pun masuk, ia segera mengambil sesuatu dari balik lengan bajunya, " Nona, ini surat-surat toko yang Nona minta. Semuanya telah selesai di urus, Nona sudah bisa menempati nya saat ini juga."
"Bagus Yuyu, Aku tahu, kamu memang paling bisa di andalkan," puji Flow.
"Terimakasih Nona."
"Yuyu, kamu tahu guru dimana?"
"Nyonya sedang pergi ke bukit belakang bersama tuan besar,Nona."
"Terimakasih Yuyu, aku akan menyusul mereka, 'dan *bertemu Ayah*,'" lanjutnya dalam hati.
Flow pergi menuju bukit belakang, ia pergi sendiri karena tidak ingin ada yang menghambat perjalanannya, ia melompat dari satu pohon ke pohon lain untuk mempercepat langkahnya.
Sebelum berangkat Flow telah menanyakan arah tujuan Nilam sama Paman Bubu, jadi Flow tidak akan bingung dalam mengambil arah.
Flow sampai di lereng bukit, pemandangannya sungguh menakjubkan.
![](contribute/fiction/9375230/markdown/31609764/1730475206552.jpeg)
Flow tidak menyangka jika ia akan melihat kembali keajaiban dunia, setelah merasa puas menikmati keindahan alam Flow melanjutkan langkahnya, ia menuju puncak bukit, yang mana saat ini Nilam berada.
Di puncak, Nilam tengah mengobati kakak laki-lakinya, ia menyuruh Arthur berendam di dalam danau kehidupan. Danau ini berbeda dengan danau yang dulu tempat Flow meditasi. Danau kehidupan tidak bisa di masuki sembarangan orang, hanya keturunan dan pasangan sejati keluarga **Keith** yang bisa menemukan dan memanfaatkan kegunaan Danau tersebut.
Setelah sekian lama Flow menyusuri bukit itu, akhirnya sampailah ia di puncak bukit. Flow memandangi sekitarnya, ia tidak melihat apa-apa, namun setelah beberapa saat memutari tempat itu Flow melihat adanya fluktuasi energi yang berbeda, ia pun mendekatinya.
Saat sampai di dekat fluktuasi energi itu, Flow merasa seakan tersedot ke dalam nya. Ia hendak memundurkan langkahnya, namun sebelum terjadi ia justru telah di hisap fluktuasi energi itu.
Flow merasa pusing saat energi itu membawanya dalam ruang hampa, tapi entah kenapa ada suatu energi yang melindunginya dari kehampaan itu.
Bukh....
Flow terjatuh dari ruang hampa. Melihat sekeliling, ia tidak percaya jika ada tempat yang seindah ini.
![](contribute/fiction/9375230/markdown/31609764/1730475206502.jpeg)
Akhirnya Flow melihat Nilam bersama Arthur. Saat ini Arthur tengah bersemedi di dalam danau, Flow yang melihatnya merasakan gejolak di dalam hati, '*Ayah*!'
Flow menahan dirinya, ia tidak ingin penyembuhan Ayahnya terganggu, " Flow, ikutlah bersemedi di sana, danau ini merupakan danau kehidupan, jika ada yang sekarat dan atau di ujung kematian dengan meminum airnya setetes saja bisa mengembalikan vitalitas kehidupan. Namun jika berendam di dalam air itu dan meminumnya maka akan mendapatkan keabadian."
"Tapi guru," Flow menatap Nilam dalam-dalam.
"Bukankah itu sama saja dengan hukuman? dengan abadi kita akan merasakan kesendirian. Tidak guru, aku tidak mau sendiri lagi di dunia yang kejam ini, tidak, aku tidak sanggup guru."
"Tenanglah nak, kau tidak akan sendirian lagi. Kita merupakan keturunan Keith, semua keturunan Keith akan abadi, jadi kamu tidak sendirian sayang. Percayalah!"
"T tapi guru,--"
"Masuklah, semua demi kebaikan mu."
Akhirnya Flow masuk ke dalam danau, ia ikut meditasi bersama sang Ayah.
Tidak terasa ternyata Flow telah meditasi selama 2 hari bersama sang Ayah, tapi sepertinya ia telah mendapatkan pencerahan dan,
Byuuuurrr...
Boooom...
Flow terbang ke atas, ia berputar-putar hingga menimbulkan riak yang kuat, dan akhirnya
Duuuaarrr....
Thuuussssh....
Air yang terkumpul karena terbawa riak putaran Flow akhirnya meledak dam menyebar ke mana-mana.
Flow menapakkan kakinya di samping sang guru, Nilam yang melihat pencapaian Flow tersenyum puas.
Sekarang tinggal sang kakak yang belum selesai meditasi nya, sepertinya luka dalam yang ia alami selama kurang lebih 16 tahun ini sangat parah.
Setelah menunggu sehari lagi, akhirnya Arthur pun terbang ke atas dan berputar-putar seperti halnya Flow.
Byuuuurrr....
Duaaarrrr....
Thuuussssh....
Arthur yang melihat Flow bersama Nilam pun tersenyum, ia mendarat di sisi mereka.
Tak...
"Kakak, akhirnya kau berhasil," ucap Nilam sambil memeluk kakaknya hingga meneteskan air mata bahagia.
"Kau ini, lihatlah, sudah umur berapa masih saja menangis seperti anak-anak," candanya mencairkan suasana, ia tidak ingin adik kesayangannya meneteskan air mata.
"Flow anakku, sinilah sayang!" ucap Arthur sambil merentangkan tangannya, agar Flow menghampiri nya, ia sangat-sangat merindukan putrinya ini.
"A Ayah....
Bersambung,
...----------------...
Seperti biasa ya!! jangan lupa follow 💗💗
Like dan komentar sebanyak-banyaknya, kalau berkenan gift sama vote nya juga ya!! 👉🏻👈🏻👉🏻👈🏻🤗🤗
Ingat, disini boleh berkomentar sesukanya,, tapi, sangat-sangat DILARANG MEMBERI RATING RENDAH.🤗🥰
Terimakasih guys, Salam Sayang dari Author, 😘😘❤️❤️🫶🫶
Lalu aku pengen tahu alasan kakek nya Flow tidak merestui hubungan antara ayah dan ibu nya