Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15 : Mami Pengen Segera Punya Cucu
Edgar sudah duduk di sofa dan sudah siap dengan memangku sebuah laptop. Sedangkan Dira masih berdiri dan terdiam.
''Kau mau jadi patung?''
''Ti-tidak, Tuan. Memangnya saya harus bagaimana?'' Dira memberanikan diri untuk bertanya.
''Kau duduk disini.'' ujar Edgar menepuk tempat kosong disebelahnya.
''Kalau kau disitu yang ada papi sama mami bingung, kenapa jauhan..''
Dengan terpaksa akhirnya Dira mendekat dan duduk disebelah Edgar, namun, masih menjaga jarak.
''Orangtuaku tidak galak, kau santai saja.'' ucap Edgar tanpa menoleh.
Dira mengangguk, ''Baik Tuan.''
''Dan satu lagi, mulai sekarang kau harus terbiasa dengan sapaan Mentari, aku tidak suka dengan nama Dira.''
''Dih sok banget! dasar sombong!'' rutuk Dira dalam hati.
''Apa alasan Tuan tidak menyukai nama Dira?''
Pertanyaan Dira berhasil membuat Edgar menatapnya, namun, justru tatapan itu membuat Dira bergidik ngeri sendiri.
''Tidak ada yang mengizinkanmu bertanya, tugasmu hanya mengiyakan. Lagipula, aku masih mengambil dari namamu, bukan nama tetanggamu!''
Dira lagi-lagi menarik nafasnya agar tidak terpancing emosi.
''Hallo, Mi..'' sapa Edgar.
''Hallo, sayang.. ada kabar apa? kau tidak lupakan kalau disini sudah malam?'' tanya mami dari sambungan telepon.
Edgar langsung melirik jam di sudut layar laptopnya, kemudian menepuk jidatnya sendiri. Ia merutuki dirinya sendiri dalam hati, sedangkan Dira berusaha menahan tawanya.
''Maaf Mi, aku lupa.'' ucap Edgar kemudian tertawa kecil.
''Kalau kalian sudah istirahat, ya sudah besok saja.'' tutur Edgar.
''No, no.. ada apa?'' selidik mami mencegah Edgar menyudahi sambungan telepon.
Edgar melirik kepada Dira, dan disaat yang sama, Dira juga sedang menatap kearah Edgar.
''Mi..'' panggil Edgar ragu, ia kembali melirik istrinya.
Jangan ditanya bagaimana perasaan Dira, saat itu juga ia ingin menyelam sampai ke dasar lautan.
''Aku sudah menikah Mi.'' ucap Edgar.
Dira langsung menutup telinganya.
''What??? serius? kapan? kok bisa?! kau tidak sedang ngigau kan, sayang?'' seru mami.
''Serius, Mi. Nih istriku..'' Edgar mengarahkan laptopnya kepada Dira, membuat wanita itu langsung tersenyum kikuk.
''Pi, Papi.. bangun Pi!'' seru mami terlihat sedang berusaha membangunkan tuan Erick.
Mami terlihat sangat terkejut dengan berusaha membangunkan tuan Erick yang sudah menikmati alam mimpinya.
''Papiiiii!! anakmu sudah kawin, Pi..'' seru mami membuat Edgar langsung melotot, begitupun juga dengan Dira.
''Enak aja kawin..'' gerutu Dira dalam hati.
Edgar menunggu mami dan papinya yang ntah sedang berbicara apa, karena mami menjauh dari ponselnya.
''Apa benar yang dikatakan mamimu?'' tanya tuan Erick baru muncul.
''Iya, Pi. Semuanya sangat mendadak.'' jawab Edgar.
''Wanita seperti apa yang kau nikahi?''
Kemudian Edgar kembali mengarahkan laptopnya kepada Dira yang hanya terdiam.
''Dira..'' seru tuan Erick terkejut.
''Selamat malam, Tuan..'' sapa Dira mengikuti waktu dimana tuan Erick berada.
''Ah iya, malam..'' jawab tuan Erick.
Perasaan senang dan kaget bercampur menjadi satu melihat sosok Ghadira Mentari.
''Kau benar menikah dengan putraku?'' selidiknya.
Dira mengangguk pelan. ''Betul, Tuan.''
Terlihat tuan Erick dan istrinya tengah berbicara dengan suara yang sangat pelan, sehingga Dira dan Edgar tidak bisa mendengar.
''Jujur saya, eee maksudnya kami sangat-sangat kaget, rasanya masih belum percaya. Tapi, kami memberi restu untuk pernikahan kalian.'' ucap tuan Erick.
Tiba-tiba Edgar menggeser duduknya semakin mepet kepada Dira. Dira yang sudah berada diujung tidak bisa bergerak lagi.
''Diam kau, biar nggak bentar-bentar bolak-balikkan laptop.'' bisik Edgar.
''Terimakasih, Tuan..'' jawab Dira untuk tuan Erick.
''Ya, ya.. kalian memiliki hutang penjelasan kepada kami, bersiap-siaplah menjawabnya saat kami kembali ke Indonesia nanti.'' candanya.
Perkataan tuan Erick membuat Dira hanya meringis dan merutuki Edgar di dalam hatinya.
''Kali ini kami tidak mau bertanya-tanya dulu, sekarang nikmati masa pernikahan kalian. Mami pengen segera punya cucu..'' ujar mami sumringah, mengambil alih ponselnya.
Uhuk uhuk
Dira langsung terbatuk mendengar kata cucu, untung saja didekatnya aja sebotol air mineral.
''Bagaimana bisa punya cucu? pernikahan kita aja seperti mainan..'' gerutu Dira dalam hati.
''Ohh hahaha.. sepertinya menantuku masih malu-malu untuk membahas itu, no problem.'' tutur mami.
''Udahlah Mi, jangan bahas itu dulu, lagian kita kan masih baru menikah. Jadi, biarkan istriku nyaman dulu berada disini, iya kan istriku?'' ujar Edgar sembari tangannya mengusap rambut Dira yang lurus.
''Oh iya hehe..'' jawab Dira.
Dira akan menggeserkan kepalanya, tetapi tangan Edgar menahannya dengan tetap menampilkan senyumnya di depan kamera.
''Ohh ini pernikahan palsu, Nyonyaaa...'' jerit Dira dalam hati, terpaksa ia pun juga mengikuti suami untuk menampilkan senyum terbaiknya.
''Ya terserah kalian aja deh, yang penting Mami senang akhirnya kau menikah lagi, jadi tidak terjebak sama wanita gila itu lagi..'' gerutu mami.
''Jangan bahas orang lain Mi..'' sergap Edgar.
''Sorry, sayang..'' ucap mami.
"Menikah lagi?? apa aku tidak salah dengar? sepertinya bukan kali pertama aku mendengar kata-kata itu.." batin Dira.
"Karena sekarang kau sudah menikah dengan putraku, maka, kau memanggil kami sama seperti Edgar saat memanggil kami ya.." pinta tuan Erick kepada Dira.
"Baik, Tuan, eh Papi.. Mami.." jawab Dira malu-malu.
"Nanti lama-lama akan terbiasa, Dira sayang." imbuh mami.
"Dan mulai sekarang nama panggilan istriku adalah Mentari, selain itu tidak boleh." sahut Edgar.
"Kau itu seenaknya sendiri!" protes mami.
"Pokoknya tidak ada yang boleh membantah. Nanti lama-lama juga akan terbiasa.." jawab Edgar membalikkan kalimat maminya.
"Terserah kau saja.." balas mami.
°°
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,