Kesalahan satu malam membuat Meisya harus menanggung akibatnya seorang diri. Kekasih yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, malah mengabaikan dan mengira kehamilan Meisya sebagai lelucon.
Meisya yang ketahuan hamil, justru diusir oleh keluarganya dan terpaksa membesarkan anaknya seorang diri. Dia dituntut untuk hidup mandiri dan kuat demi anaknya.
Sampai akhirnya, takdir mempertemukan Meisya dan Ello, mantan kekasih sekaligus ayah dari anaknya. Akankah Meisya bersedia mengungkapkan kebenaran tentang anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahan Semalam Bab 7
Mirna menelan ludah dengan kasar saat melihat sang mertua yang tiba-tiba muncul menyapanya. Dia menatap sang adik dengan wajah pucat, apalagi pertanyaan terakhir sang mertua jelas membuat jantungnya berdetak kencang.
“Mirna itu vitamin kamu? Kamu sudah hamil ya sekarang?”
Lagi-lagi sang mertua mengulang pertanyaan yang membuat Mirna kebingungan untuk menjawab.
Melihat wajah gugup menantunya, juga wajah bingung Meisya yang tengah memperlihatkan wajah cemas, mertua Mirna itu pun mengubah kesimpulannya. “Jangan-jangan tebakan mama salah,” ucap wanita itu.
“Ma.” Mirna segera meraih tangan sang ibu mertua untuk menjelaskan semuanya. “Sebenarnya aku ada jadwal konsultasi, Ma. Aku sama Mas Rendy 'kan lagi program, dan kebetulan hari ini aku datang bulan. Mas Rendy sibuk banget jadi aku minta Meisya buat nemenin aku.”
Mirna mengatur napasnya supaya tidak terlihat gugup di depan sang mertua. Wanita itu terpaksa berbohong supaya dirinya juga sang adik tidak mendapat masalah yang lebih besar. Mereka harus memikirkan solusi terlebih dahulu sebelum mengungkapkan kebenaran yang tidak mungkin bisa ditutupi terlalu lama.
Sekeras apa pun mereka menutupi kehamilan Meisya, pasti lama-lama akan terbongkar karena perut Meisya yang akan semakin membesar.
Ibu mertua Mirna mengerutkan dahi sambil menatap menantunya lalu bergantian menatap Meisya. Saat dirasa tidak terlalu mencurigakan, wanita itu mengangguk dan mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mirna.
“Oke, mama percaya sama kamu. Tapi, kalau sampai adik kamu ini membuat masalah yang membuat nama baik keluarga kita hancur, Mama tidak akan membiarkan mereka adikmu ini tinggal bersama kalian!” ancam ibu mertua Mirna yang tanpa sungkan melayangkan tatapan tajam pada Meisya.
Semenjak orang tuanya meninggal, Meisya memang menumpang di rumah Mirna dan Rendy karena orang tuanya bangkrut dan meninggalkan banyak hutang. Orang tua Rendy memang tidak tinggal bersama mereka, tetapi ibunya sering berkunjung dan terlihat tidak menyukai Meisya yang dianggap sebagai beban.
Meisya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib pernikahan sang kakak jika orang tua Rendy mengetahui kehamilannya nanti.
“Mama ke sini ada urusan apa?” tanya Mirna demi mengalihkan perhatian ibu mertuanya.
Se-pagi ini datang ke rumah sakit, pasti ibu kandung Rendy itu memiliki suatu kepentingan yang sangat mendesak.
“Mama ada masalah sama lutut, makanya ke sini,” jawab mertua Mirna. “Kamu mau kuliah di mana setelah ini? Bukannya kamu sudah lulus ya?” tanya wanita itu yang kini mengalihkan perhatiannya pada adik dari sang menantu.
Meisya yang sejak tadi menundukkan kepala, kini memberanikan diri untuk menatap wajah mertua kakaknya itu demi menghormatinya sebagai lawan bicara.
“Sa-saya sepertinya akan kerja dulu, Tante,” jawab Meisya dengan gugup.
Pertemuan Mirna dan mertuanya itu hanya berlangsung sebentar karena wanita itu harus memenuhi panggilan dokter yang kebetulan memang letaknya tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Usai kepergian ibunda Rendy itu, Meisya bisa menghela napas demi merasa sedikit lebih tenang.
Mirna kemudian menyeret adiknya itu untuk meninggalkan rumah sakit dan mengajak Meisya untuk segera mengunjungi rumah Ello. Namun, lagi-lagi Meisya mengingatkan sang kakak bahwa Ello sudah meninggalkan negara ini.
“Kayaknya kita nggak perlu ke sana, Kak. Itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain rasa malu dan penghinaan,” kata Meisya saat mereka masih menunggu taksi untuk bisa pergi ke rumah Ello.
Namun, sepertinya niat Mirna untuk memperjuangkan nasib adiknya sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. “Nggak bisa, Sya. Mas Rendy sekarang sudah dalam perjalanan ke rumah Ello. Meskipun Ello tidak ada, tapi orang tuanya pasti masih ada. Mereka harus tahu apa saja yang dilakukan oleh anaknya itu. Mas Rendy juga sudah menyelidiki CCTV di hotel tempat kalian menginap!”
Mirna mengepalkan tangan dengan napas memburu. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan keluarga Ello untuk meminta pertanggung jawaban.
***
Kembang kopinya dulu, nanti lagi 😅😅
tapi untuk kebodohannya luar biasa dan sangat luar biasa.
jempol terbalik buat Ello.