Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
...****************...
1 tahun kemudian.
Di Istana Scarelion
“Apa-apaan maksud ayah?! Kenapa pernikahanku dengan Anthea harus ditunda?” Altair bertanya tegas, tak menyembunyikan amarahnya yang membara. Suaranya bergetar antara marah dan bingung. “Bukankah kita sudah sepakat untuk menikah saat Anthea berusia 17 tahun? Itu hanya tinggal dua bulan lagi.”
Beberapa bulan ini Altair sudah sering mendesak, kenapa tak ada persiapan yang dilakukan kerajaan, padahal Anthea sebentar lagi akan berusia 17 tahun, usia dewasa. Altair pikir, tak lama setelah itu mereka akan segera menikah.
Tetapi ia malah dikejutkan dengan titah ayahnya beberapa hari yang lalu saat pertemuan dengan keluarga Anthea, bahkan Duke Ervand juga setuju, hanya Altair dan Anthea yang baru tau.
Raja Dierez menghela napas panjang. “Altair, aku telah memikirkan ini matang-matang. Usia 17 tahun memang usia dewasa, tetapi Anthea membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya. Aku tidak ingin dia terburu-buru dalam menjalani tanggung jawab sebesar ini.”
“Tapi, Ayah…,” Altair mencoba menyanggah, tetapi suaranya terputus ketika sang ibu, Ratu Valery menoleh dengan tenang ke arahnya.
“Altair,” ucap Ratu Valery, suaranya lembut namun penuh wibawa, “Anthea harus menyelesaikan akademinya terlebih dahulu. Ini penting, baik untuk masa depannya maupun kerajaan. Pernikahan bisa menunggu, tetapi pendidikan tidak bisa diabaikan.”
Altair terdiam. Meski hatinya menolak, ia tahu bahwa ucapan ibunya adalah keputusan yang tidak bisa dibantah. Altair sendiri bahkan curiga, jika ibunya lah yang mengusulkan untuk menunda pernikahannya dengan Anthea.
Ia menatap wajah ibunya yang tenang, lalu kembali melihat ayahnya yang tampak tegas meski penuh pengertian.
“Lagipula, ada banyak hal yang harus kau selesaikan. Fokus pada pekerjaanmu, Anthea akan tetap menjadi istrimu apapun yang terjadi,” Lanjut Ratu Valery.
Di usia Altair yang sudah 19 tahun, semakin dewasa semakin banyak pula beban yang ia tanggung. Raja dan Ratu sering tak berada di Kerajaan karena pekerjaan mereka, dan sebagai penerus Altair yang harus menjalankan kerajaan dengan baik.
“Aku mengerti,” akhirnya Altair berkata, meski ada nada kecewa yang tak bisa disembunyikan dalam suaranya. “Jika itu yang menjadi keputusan kalian, aku akan menghormatinya. Tapi ketahuilah, aku hanya ingin yang terbaik untuk Anthea.”
Sebenarnya lebih ke yang terbaik bagi Altair yang kepepet ingin menikah.
Raja Dierez mengangguk, menghargai pengertian putranya.
“Oh ya, hari ini kami akan pergi memantau tambang baru di utara, dan akan menginap di Villa beberapa hari ke depan.” Ujar Raja Dierez.
Altair berdecak kecil, selalu saja Ayah nya mengatakan akan pergi di hari ia akan pergi. Membuat Altair harus menyesuaikan jadwalnya kembali, yang tadinya tak mengurus istana menjadi bertambah.
“Aku rasa memantau tambang bahkan tidak memakan waktu seharian,” sindirnya, kekesalannya yang tadi masih bersisa dan ayahnya ini malah menambah.
“Tentu saja aku akan menghabiskan waktu dengan istriku di sana, pemandangan Villa di utara sangat asri. Benarkan, Ratu?”
Walau sebenarnya tak ingin mengakui, Ratu Valery tetap mengangguk menyahut.
Mengenai Raja dan Ratu Scarelion ini, hubungan mereka cukup membaik sejak beberapa tahun terakhir. Ingat saat Altair kecil mengutarakan isi hatinya pada Ratu? Sejak itulah perlahan kehidupan istana cukup menghangat.
Ratu Valery yang mulai menerima keadaan, dan Raja Dierez yang tak menyia-nyiakan. Keduanya menjadi pemimpin Scarelion yang baik, dengan Altair dan Alaric sebagai pelengkapnya.
Altair menatap kesal, “Terserah, yang jelas jangan sampai memberiku adik lagi,” Ujar Altair tak menghiraukan ibunya yang menatap tajam.
Usianya ini laki-laki yang sudah pas untuk menikah, tidak lucu jika ia malah memiliki adik nantinya.
***
Di Akademi Scarelion
Dengan langkah ragu, Ressa menghampiri Anthea yang tengah bersenda gurau bersama teman-temannya.
“Putri Anthea,” Panggilnya pelan namun masih bisa di dengar.
Anthea menoleh dengan tersenyum tipis, “Ada apa, Ressa?”
Keduanya memang saling mengenal, tapi bukan dalam artian dekat. Hanya sebatas saling tau dan bertegur sapa ketika bertemu.
“Maaf, jika aku mengganggu waktumu. Aku, aku ingin mengundang Putri ke pesta ulang tahunku,” Ujar Ressa mengulurkan undangan kecil di tangannya.
Anthea menerimanya dengan antusias. Jika ada pesta bangsawan, entah itu ulang tahun, pertunangan, ataupun pernikahan, maka yang menghadiri boleh di beri libur tiga hari oleh pihak akademi, padahal Anthea baru liburan bulanan beberapa hari lalu, ia tak sabar untuk liburan lagi.
“Tentu, aku akan datang. Terimakasih sudah mengundangku, Ressa.” Ucap Anthea.
Ressa tersenyum, senang sekali Anthea menerima dengan baik. Sebenarnya ia cukup ragu mengundang Putri Mahkota kerajaan ini, sebab ia hanya bangsawan kecil. Anthea yang ramah memang tidak membeda-bedakan.
“Apa undangannya hanya untuk Anthea?” Tanya Shenina, gadis yang baru bertunangan tiga bulan lalu itu menatap Ressa polos.
Ressa tau maksudnya, tapi ia ragu mengundang Teman-teman Anthea juga, para gadis di hadapannya adalah bangsawan tinggi. Pesta kecilnya akan berbeda dengan pesta yang biasa gadis-gadis itu hadiri.
“Heii, rasanya aku juga mengundang mu saat ulang tahunku. Kau tidak memberiku undangan juga??” Tanya Aru.
Keluarga Ressa yang memang berstatus bangsawan Scarelion sekalipun telah jatuh, tetap mendapat undangan dari bangsawan-bangsawan di atas mereka.
Simpel nya, para bangsawan yang lebih tinggi pasti mengundang semua bangsawan di bawah mereka, dekat atau pun tidak dekat.
“Tentu saja Lady Ressa juga mengundang kalian, benarkan?” ujar Anthea. Ia bersuara karena sepertinya Ressa ragu menjawab.
Ressa mengangguk, “Tentu Lady Shenina, Lady Chantarue. Aku sangat senang jika kalian dapat menghadiri pestaku.” Ujar Ressa tersenyum tipis.
Beruntungnya ia membawa undangan lebih dari satu, setelahnya Ressa pamit ingin memberi undangan pada temannya yang lain.
“Yeay liburan lagi,” Ujar Shenina dan Aru bertepuk senang.
Anthea tertawa kecil melihatnya, “jadi kalian ingin mendapat undangan hanya agar dapat berlibur ya,”
“Eits, tidak juga ya. Kami kan ingin menemanimu, masa Anthea ke pesta sendirian,” jawab Shenina.
“Aku bisa pergi bersama Altair, tuh.”
Aru menggeleng tak setuju, “Dengan kami saja, tidak perlu bawa-bawa pasangan.”
Sebenarnya Anthea setuju. Bagaimana pun, Ressa hanya bangsawan baron, bukan apa-apa. Tapi, takutnya jika ia datang bersama Altair, perhatian orang-orang malah terlalu berpusat padanya dan Altair nanti, tidak baik untuk Ressa sebagai pemilik acara.
“Tapi, Altair mana mau memperbolehkan ku pergi tanpa bersamanya.” Ujar Anthea.
Mendengar itu, Shenina memutar bola matanya malas, “Tunanganmu posesif sekali ya. Tapi, kau bisa memintanya dengan baik-baik pada Pangeran, Anthea.” Saran Aru.
“Kalau dia tetap tidak memperbolehkan?”
“Kau mohon saja sedikit, bilang ingin bersama teman-teman mu dulu. Pangeran Altair kan sangat mencintaimu, dia pasti luluh nanti,” sahut Aru.
“Mana ada, Altair tidak begitu, ya.”
Kedua teman Anthea itu tertawa, “Hei, semua orang juga tau Altair begitu menyukaimu. Sepertinya jika kau meminta Kerajaan ini, Altair tidak akan ragu memberikannya.”
Anthea malas sekali menyahuti candaan teman-temannya, “Kalian berlebihan,” ujarnya.
Shenina dan Aru menatap Anthea gemas, mereka tau tingkat kepekaan Anthea benar-benar rendah, laki-laki se effort Altair saja hanya Anthea anggap biasa.
***
tbc.