Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 32
" Eh ngapain lo di sini Gis! Aaaa tapi gue seneng banget lo dateng."
Victor memegang kedua tangan Gista secara bersamaan dan melompat layaknya anak kecil. Ternyata hari ini dia benar-benar masih berada di departemen bedah dan itu membuatnya senang. Pasalnya dia bisa melakukan pengintaian terhadap Eida.
Ditambah lagi kedatangan Gista, semakin membuat Victor senang dan bersemangat.
" Buset deh lo Vic, kayak nggak ketemu gue bertahun-tahun aja. Padahal kan baru semalem kita ngobrol."
" Whahaha iya ya bener juga. Eh betewe lo ngapain kemari?"
" Nemenin Tuan Pasien, dia mau ketemu dokter. Entah cek up entah kontrol, tapi yang jelas gue ngak tahu. Bu Hyejin juga nggak ngomong apa-apa soalnya."
Victor hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Untuk berkomentar dia tidak tahu harus berkomentar apa dan merespon seperti apa. Tapi yang jelas saat ini dirinya senang ketika bertemu dengan Gista.
Mereka pun berbicara sejenak, saat ini Victor sedang tidak banyak pekerjaan sehingga mereka bebas untuk berbicara. Namun Victor juga harus hati-hati untuk tidak memancing perhatian.
Jika benar beberapa dari mereka pernah berkunjung ke rumah Han maka pasti mereka pun melihat keberadaan Gista di sana.
Tap tap tap
" Selamat pagi semua!"
Shaaaah
Semua mata langsung mengarah ke pintu masuk departemen bedah. Bahkan tanpa sadar ada yang terhantuk dinding saat berjalan ketika melihat siapa yang datang.
" Dokter Han?"
" Itu Dokter Han bukan?"
Beberapa orang berbicara, pun dengan Victor. Selama ini dia belum pernah melihat sosok Haneul, maka dari itu dia bertanya kepada Gista. Jika yang lain bertanya nya hanya basa-basi, kalau Victor bertanya karena benar-benar tidak tahu.
" Gis, itu beneran Dokter Han."
Gista tidak menjawab pertanyaan Victor. Dia mengabaikan temannya itu dan berjalan mendekat ke arah Han. Tugasnya adalah perawatan pribadi, seharunya dia berada di sisi Han saat ini. Maka dari itu Gista memilih untuk mengabaikan Victor dan berlari menuju ke arah Han dan Alex.
" Pak kok di sini, ketemu dokternya udah beres? Aah maaf Pak Alex, selamat pagi Pak."
" Ya, selamat pagi Gista. Gimana kabarmu, sudah sarapan kan?"
Han seketika mengerutkan alisnya ketika mendengar kata-kata Alex yang baru saja terlontar. Sikap Alex dan gaya bicara Alex seketika berubah 180 derajat di depan Gista. Dari ketus dan meremehkan menjadi lembut dan sopan.
" Lo salah makan Lex? Kok jadi gitu."
" Haaah, lo gimana sih. Katanya lo nyuruh gue bersikap lebih bijak lagi. Ah elaah emang lo beneran susah ya."
Han, Alex dan Gista tampak berbicara dengan akrab. Alex juga sengaja tak acuh terhadap orang-orang sekitar yang saat ini melihatnya. Dan anehnya mereka seolah-olah sibuk. Padahal beberapa hari yang lalu katanya mereka berkata kehilangan Haneul sebagai pimpinan mereka.
Drap drap drap
Greb
" Han, gue seneng bisa lihat lo lagi."
Seseorang berjalan cepat dari arah depan untuk menghampiri Han. Dia langsung memeluk Han ketika persis sampai ke depannya dan kemudian membisikkan hal itu.
Sebuah ucapan syukur dibarengi perasaan bahagia. Yang mana Han bisa merasakan ketulusan dari orang tersebut.
" Hasim, lo nglihat gue kayak orang yang baru bangun dari koma aja. But, big thanks ya, ternyata lo masih peduli sama gue."
" Kampret lo, gue selalu peduli sama lo. Kalau bukan karena~"
" Iya gue tau kok. Gimana keadaan di sini, semua beres kan?"
Hasim membawa Han untuk bicara di ruangannya sedangkan Alex dan Gista memilih untuk tidak ikut. Mereka membiarkan dua orang itu berbicara dengan bebas.
Gista mengingat suatu hal, tentang Victor yang tadi dia tinggalkan. Gista pun ingin menghampiri Victor, namun temannya itu malah sudah lebih dulu menghampirinya.
" Pak Alex, kenalkan ini teman saya namanya Victor."
" Selamat pagi Pak Alex, saya Victor."
" Ya selamat pagi Victor."
Gista mendekatkan dirinya ke arah Alex. Dia mengatakan sesuatu dengan sangat pelan, tapi Alex bisa mendengarkannya dengan baik dan seketika dia tersenyum lebar.
" Bagus, jadi apa yang kamu temukan hmm?"
" Itu Pak ~"
Baru saja Victor ingin berkata sesuatu, dirinya sudah dipanggil untuk membantu perawat lainnya. Akhirnya Victor pergi tanpa mengatakan apapun. Sebagai gantinya Gista lah yang menjelaskan tentang temuan Victor. Dan ternyata apa yang ditemukan Victor itu sama dengan laporan dari mata-mata yang ia tugaskan.
" Nah Pak Alex, mumpung di sini, coba kita amati mereka saja Pak. Kira-kira kenapa mereka tadi kayak kaget banget ngelihat Pak Han. Dan kenapa mereka nggak nyapa Pak Han, ya ada sih meski cuma satu dua. Dan saya maklum mereka sedang sibuk. Tapi kan ya Pak, katanya mereka sangat menghormati Pak Han, kok cara mereka melihat Pak Han kayak ngeliat orang bangkit dari kubur?"
Meskipun Gista nyerocos, tapi Alex setuju dengan apa yang dikatakan oleh Gista. Hanya ada segelintir orang saja yang melihat Han dengan perasaan senang. Entah apa yang sudah terjadi di bagian bedah itu, tapi jelas ada hal yang aneh.
" Kalau menurut lo, kenapa Gis?"
" Hmmm, saat ini jelas saya nggak tahu Pak. Belum bisa ambil kesimpulan. Soalnya juga baru pertama kali lihat kan."
Saat ini memang Gista belum bisa memikirkan apapun. Dia tidak bisa menarik kesimpulan terkait situasi canggung dan kaku yang terjadi di departemen bedah saat ini.
Mungkin saja mereka saking terkejutnya melihat Han dalam kondisi seperti ini. Atau mungkin, bisa saja mereka tidak menyangka Han akan datang. Atau bisa jadi mereka tidak menyangkan bahwa rumor Han sebagai orang yang tempramental bisa ada di depan mereka. Dan mungkin mereka takut kalau Han akan bersikap impulsif di tempat itu.
Pada intinya banyak faktor dan banyak kemungkinan. Namun Gista belum bisa mengetahui alasan mana yang tepat untuk menggambarkan situasi ini.
" Halo Pak Alex ada kepentingan apa kemari? Dan kamu, kayaknya aku pernah lihat kamu deh tapi dimana ya?" seseorang menyapa tiba-tiba. orang itu adalah Eida, target yang sebenarnya Alex dan Gista ingin lihat.
" H-halo Dokter, saya perawatnya Pak Han. Saya di sini karena menemani Pak Han yang sedang melakukan medical cek up," sahut Gista dengan sopan. Alex lah yang enggan bicara.
" Woaaah, Dokter Han di sini. Sekarang dimana. Aah di sana, kalau gitu permisi ya. Aku mau ketemu sama beliau dulu. Waah nggak nyangka Dokter Han mau mampir kemari."
Eida langung berlalu dari hadapan Alex dan Gista setelah Gista menunjukkan dimana Han berada. Hal itu membuat Alex dan Gista saling pandang.
" Apa menurut Pak Alex ada yang aneh."
" Entahlah, tapi kamu lihat nggak kalau senyum nya tidak lebar. Ada kerutan sedikit di ujung bibir. Aah iya dan ekor matanya pun begitu. Itu kayak ekspresi kaget tapi dia berusaha menyembunyikan dengan baik. Dan tadi aku lihat jelas kalau tangannya sedikit bergetar."
Mulut Gista menganga, dia takjub karena Alex bisa melihat sedetail itu. Padahal Gista tidak merasa demikian. Gadis itu hanya merasa bahwa sambutan Eida aneh.
" Pak Alex beneran hebat, keren! Terus mereka lagi ngomongin apa ya? Jadi penasaran."
" Hohoho Riealex Bisma Dewandaru lulusan S2 Psikologi. Jelas tahu lah. Tapi kalau lo nanya lagi kira-kira apa yang bakal Eida omongin, jelas gue nggak tahu. Kita tunggu cerita dari Han aja nanti."
" Siap!"
TBC
Lanjuut