Bianca, adalah wanita berusia dua puluh empat tahun yang terpaksa menerima calon adik iparnya sebagai mempelai pria di pernikahannya demi menyelamatkan harga diri dan bayi dalam kandungannya.
Meski berasal dari keluarga kaya dan terpandang, rupanya tidak membuat Bianca beruntung dalam hal percintaan. Ia dihianati oleh kekasih dan sahabatnya.
Menikah dengan bocah laki-laki yang masih berusia sembilan belas tahun adalah hal yang cukup membuat hati Bianca ketar-ketir. Akankah pernikahan mereka berjalan dengan mulus? Atau Bianca memilih untuk melepas suami bocahnya demi masa depan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inikah Sebabnya?
Daniel dan Bianca menghabiskan lebih dari satu jam untuk makan siang berdua. Setelah sekian lama, ini adalah pertama kalinya mereka makan di luar rumah berdua meskipun hanya di kantin kantor.
Kini Daniel lebih sering melihat Bianca tersenyum. Wanita itu juga sudah berbicara dengan normal dan tidak lagi terlihat murung atau menangis tiba-tiba. Itu adalah salah satu bukti bahwa Daniel mampu menjadi pelipur lara sekaligus obat bagi kesedihan Bianca.
"Kau mau es krim?" tanya Daniel.
"Hmm, boleh." Bianca mengangguk.
Daniel berjalan ke stand es krim yang terletak tidak jauh dari tempat mereka duduk. Daniel membawa satu cup besar es krim rasa mint dengan potongan buah strawberry di atasnya.
"Hmm, terlihat enak," gumam Bianca setelah es krim mendarat di hadapannya.
"Kau masih ingat rasa es krim favoritku?" tanya Bianca sambil menyicipi es krim di depannya.
"Tentu saja, aku ingat semua yang kau sukai."
"Benarkah?" Bianca mencebik. Mana mungkin Daniel bisa tahu banyak hal tentangnya, padahal dulu mereka hanya akrab sebatas calon kakak ipar dan calon adik ipar.
"Tentu saja. Kau tidak percaya? Ajukan pertanyaan padaku," tantang Daniel.
Melihat wajah Daniel penuh semangat dan percaya diri, Bianca mulai berpikir untuk mencari pertanyaan yang sulit.
"Apa bunga favoritku?" tanya Bianca.
"Lavender," jawab Daniel tanpa ragu. Bianca mengernyitkan dahi setelah mendengar jawaban dari suaminya.
"Bagaimana kau bisa tahu? Jangan-jangan kau bahkan sudah memata-mataiku sejak dulu?" tuduh Bianca.
"Bisa jadi."
"Baiklah. Sekarang katakan padaku, menurutmu mengapa aku menyukai lavender?"
"Mungkin karena kau tidak suka nyamuk. Bunga lavender bisa jadi pengusir nyamuk!" jawab Daniel asal.
"Daniel, bukan itu!" Bianca melotot sambil menendang kaki Daniel di bawah meja. Sungguh itu bukan jawaban yang ia maksud.
"Baiklah aku bercanda. Bunga lavender itu punya makna yang dalam, yaitu kesetiaan. Pasti karena itulah kau menyukainya di balik aromanya yang kurang menyenangkan bagi sebagian orang," jelas Daniel.
"Ah, kau tahu banyak rupanya." Bianca tersenyum sambil bertepuk tangan kecil. Saat suasana terasa nyaman, tiba-tiba Bianca menanyakan sesuatu tentang Vania. Bianca tahu, Daniel menyembunyikan sesuatu sejak kedatangannya beberapa jam yang lalu.
"Apa dia mengganggumu?" tanya Bianca.
"Aku bolos pelajaran pertama karena tahu bahwa dia adalah dosenku," jawab Daniel.
"Kenapa? Kau tidak harus melakukannya. Mari kesampingkan masalah pribadi dan utamakan pendidikan," ujar Bianca.
"Bagaimana bisa aku bertatapan muka dengan wanita sepertinya selama dua jam, sementara dia adalah dalang dari rasa sakit yang diderita oleh istriku," tegas Daniel.
Bianca menghela napas panjang, ia meraih tangan Daniel sambil berkata, "Sekarang aku baik-baik saja."
"Apa kalian sungguh-sungguh pernah bersahabat baik? Bagaimana bisa kau memiliki sahabat sepertinya? Dia bahkan tidak punya hati nurani," ungkap Daniel kesal.
"Dulu dia sahabat yang baik. Kami sudah kenal sejak SMA. Dia berasal dari keluarga kaya, namun sekitar satu tahun yang lalu, ayahnya masuk penjara karena kasus pencucian uang. Ibunya meninggal karena serangan jantung. Saat itu, aku dan kakakmu sedang di Prancis untuk merayakan anniversary kami. Jadi, aku tidak tahu apa-apa saat dia sedang dalam masa sulit."
"Aku di Prancis selama hampir satu bulan, sementara kakakmu sudah pulang lbih awal. Sejak saat itu, Vania jadi pemurung dan pendiam. Aku tahu aku salah karena tidak ada di sisinya saat dia dalam kesulitan. Tapi aku sudah berusaha menebus kesalahanku dengan membantu ayahnya keluar dari penjara," jelas Bianca. Daniel terdiam beberapa saat dan menyimak semua cerita Bianca dengan baik.
"Mungkin sejak saat itu Vania menjalin hubungan dengan Kak Darren," tebak Daniel.
"Mungkin, aku tidak ingin memikirkannya."
Daniel ingat, Vania sempat mengatakan sesuatu, bahwa Daniel tidak tahu apa-apa tentang mereka?
Lalu, apakah ini yang dimaksud oleh Vania. Namun, bukankah Bianca tidak bersalah jika ini masalahnya?
***