Mengejar Duda 30 Hari

***

Kejadian kemarin tentu saja menjadi buah bibir para staf caffe, apa lagi aksi Gio yang membela Zivana. Jika seperti ini Zivana jadi tidak nyaman bekerja, apa lagi mereka memperlakukan Zivana tidak seperti biasanya. Ada beberapa perlakuan mereka yang seakan memanjakan Zivana, ada juga yang membicarakan sesuatu tak mengenakan tentang nya. Sudah Zivana duga ini akan terjadi, tapi mau bagaimana lagi dia tidak bisa menghentikan aksi Gio kemarin.

"Jangan dengerin mereka, abaikan saja!" kata Sandra sambil tersenyum manis menyemangati Zivana.

Zivana tersenyum menanggapi nya, dia juga tidak terlalu memikirkan itu. Dia hanya merasa tidak nyaman, itu saja. Kini yang dia pikirkan adalah Dean, pria itu masih bersikap dingin padanya. Kalau saja bisa bolos kerja, seperti dia sekolah dulu mungkin Zivana sudah bolos dan pergi menemui Dean.

Ini baru pukul 10 pagi, sedangkan dia pulang bekerja pukul 17:00. Masih cukup lama untuk menunggu jam pulang, tapi dia rasanya sudah tak sabar ingin menemui Dean.

Izin pulang awal? sepertinya itu bukan ide buruk, tapi masalahnya para karyawan yang lain akan semakin membicarakan hal tidak mengenakan tentang nya. Jadi, dia harus apa sekarang?

"Ziva, anterin minuman ini ke meja paling pojok ya. Aku mau ke toilet dulu." Ujar Sandra yang langsung berlari menuju toilet tanpa menunggu jawaban Zivana.

"Haiss! kebiasaan banget si Sandra," Zivana pun mengantarkan pesanan itu, setelah itu Zivana bergegas kembali ke belakang.

Saat Zivana berjalan, tak sengaja dia berpapasan dengan Gio. Gadis itu tersenyum tipis dan membungkukkan badannya menyapa Gio, setelah itu Zivana langsung bergegas pergi. Gio menyadari akan sikap Zivana yang seakan menghindari dirinya, pria itu pun memutuskan untuk mengikuti Zivana.

"Zivana!" panggil Gio yang berusaha mengejar gadis itu, dia melangkah lebar-lebar untuk menyesuaikan dengan langkah Zivana yang jauh di depannya.

Merasa ada yang memanggil nya, Zivana pun membalikan badan. Dilihat nya Gio yang berada di belakang dia, Zivana pun langsung mengedarkan pandangannya melihat keadaan sekitar takut ada karyawan lain yang melihat nya.

"Pak Gio, ada apa ya?" tanya Zivana sambil tersenyum canggung.

"Bisa ikut saya sebentar? ada yang mau saya katakan." Ujar Gio.

"Tapi pak saya masih ada banyak pekerjaan." Imbuh Zivana.

"Saya pemilik caffe ini, semua yang ada di sini bekerja atas perintah saya. Jadi, jangan pikirkan soal pekerjaan." Ujar Gio lagi.

Zivana menjadi diam tak mampu berkata-kata, dia pun terpaksa menyetujui permintaan Gio. Mereka melewati meja-meja yang ada di sana, Gio membawa Zivana keruangan nya.

Sesekali Zivana mengedarkan pandangannya, dia takut jika ada orang yang melihatnya bersama Gio. Sampai di ruangan Gio, suasana hening menyelimuti mereka. Zivana merasa begitu canggung, bahkan dia sampai meremas apron yang dia gunakan.

"Duduk dulu." Gio menarik satu kursi untuk Zivana, namun gadis itu menolak untuk duduk.

"Saya berdiri saja, pak. Silahkan mau bicara apa?" kata Zivana.

Gio nampak diam sebentar, seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu. Pria yang diketahui berumur 28 tahun itu, masih memikirkan kata yang pas untuk dia katakan.

"Sebelumnya maaf, malam itu saya mendengar pembicaraan kamu dan mama kamu." Gio memulai pembicaraan mereka.

Zivana langsung menatap pada Gio, dia langsung takut dan cemas. Apakah dia akan di pecat? Tapi itu tidak masuk akal.

"Kamu jangan khawatir saya tidak akan mengatakan ini pada siapapun. Tapi, pria yang datang menghampiri kalian malam itu siapa dia?" tanpa sadar Gio menanyakan itu.

Zivana sempat terkejut mendengar nya, gadis itu berdehem singkat mengusir kecanggungan. "Maaf pak, itu privasi saya. Sebelumnya terima kasih karena mau merahasiakan tentang kejadian itu." Ucap Zivana.

Sadar akan mulutnya yang bertanya tanpa kendali itu, Gio berusaha mencari alasan agar Zivana tak berpikiran aneh. "Eh, itu maksud saya___ pria itu siapa, saya seperti pernah melihat nya? iya, saya pikir dia mungkin salah satu rekan bisnis papa saya."

Zivana menghela nafas nya, apakah dia juga harus menjelaskan hubungan nya dengan Dean. Tunggu untuk apa dia ceritakan, itu kan privasinya. Tapi, Gio terus bertanya dan sepertinya dia tidak akan diam dengan mudah.

"Maaf pak, itu privasi saya. Tapi bisa jadi pak Gio mengenalnya juga," sahut Zivana. "Saya permisi pak." Gadis itu keluar dari ruangan Gio dengan mulutnya yang mengumpat.

"Kepo banget sama urusan orang. Apa sih, maunya? Kalau aku bilang itu om Dean, pemilik perusahaan besar di kota ini bisa-bisa dia makin cerewet." Kesal Zivana sambil terus berjalan.

"Ngeselin banget!" tanpa sadar gadis itu sampai di dapur, dia mengumpati bos nya sendiri di tempat kerja nya.

Sementara itu Gio di ruangannya di buat bingung, dia sangat penasaran ada hubungan apa antara keduanya. Gio tahu pasti tebakan nya mengenai pria itu benar, tapi untuk apa dia di sana? dan kenapa dia terlihat begitu dekat dengan Zivana?

"Bagaimana bisa Zivana dan Dean sedekat itu?" Gio berpikir keras mengenai ini.

...****************...

...Annyeong!!!...

...Up nih!...

Btw, Gio kenal Dean? Gimana ceritanya tuh?