Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dia memulai hidupnya di ibukota setelah mengetahui siapa dirinya, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk teman masa kecil nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Adam dan Aulia duduk di sisi ranjang, “cklek,” “klap,” terdengar suara pintu di buka dan di tutup kembali di sebelah.
“Mas Budi sama mba Hani sudah pergi,” ujar Adam.
“Iya, ternyata bener ya, tembok nya tipis jadi kedengaran jelas, kita mau jalan jalan ?” tanya Aulia.
“Kamu kan baru sembuh, ga usah deh, di rumah aja sekalian istirahat, lagian besok aku ada wawancara kan,” jawab Adam.
“Iya sih, ya udah kita di rumah aja,” balas Aulia.
Keduanya kembali terdiam, mereka saling menoleh ke arah lain namun tangan mereka masih saling menggenggam di atas ranjang.
“Tapi ngapain juga ya di kamar hahaha,” ujar Adam.
“Yee tadi katanya istirahat, ya udah istirahat aja,” balas Aulia.
Aulia langsung naik ke ranjang kemudian berbaring, “tap..tap,” tangannya menepuk sisi sebelahnya memberi isyarat agar Adam juga berbaring di sebelahnya. Adam menurutinya, dia naik dan berbaring, keduanya saling menatap di atas ranjang, wajah mereka kembali berdekatan dan bibir mereka kembali menempel. Setelah lepas, Adam berbalik dan mengambil smartphone nya, tapi smartphone nya langsung di ambil oleh Aulia.
“Ngobrol dulu ya, aku mau tahu makanan kesukaan kamu apa, hobi kamu apa, kalau jalan suka nya kemana dan masih banyak lagi,” ujar Aulia.
“Hmm bener juga, waktu di rumah sana kita ga pernah bicara apa apa karena fokus mencari kerja dan uang, di sini kita lebih rileks sedikit walau hanya di kamar kos kosan,” ujar Adam.
“Iya, waktu itu masih tegang, namanya juga masih kaget tiba tiba di nikahkan dan bingung harus bicara apa karena ga kenal,” balas Aulia.
“Hehe kayaknya udah lama ya, padahal baru dua hari lalu kita dateng kesini,” ujar Adam sambil merangkul Aulia yang berbaring di pelukannya.
“Iya, minta peluk aja ijin dulu hehe,” ujar Aulia.
“Haha bener, kalau di pikir pikir kita lucu ya (terdiam sebentar) tapi aku bersyukur, sekarang aku punya keluarga lagi,” ujar Adam sambil menatap Aulia.
“Sama, aku juga, sejak umur 15 tahun, aku sendirian di rumah, sekarang aku sama kamu,” ujar Aulia yang menatap Adam di depannya.
Keduanya kembali diam, mereka hanya merasakan kehangatan tubuh satu sama lain karena saling berpelukan.
“Kalau...kita punya anak, bakal lebih rame ya,” ujar Aulia.
“Hah,”
Adam langsung kaget karena dia sama sekali tidak terpikir kesana, tangannya reflek melepaskan rangkulannya,
“Kenapa ? kamu ga mau punya anak ?” tanya Aulia bingung.
“Bukan ga mau, belum kepikir karena kita belum mampu, lagipula kita baru 18 tahun, rasanya kecepetan kalau mau punya anak,” jawab Adam.
“Oh...maksud ku juga bukan sekarang,” ujar Aulia.
“Gitu, syukur deh kalo gitu, waktu kita di paksa menikah, dalam seminggu aku belajar tentang pernikahan dan baca baca testimoni orang orang yang sudah menikah, jujur aja, banyak curhat yang membuat ku sedikit takut berkeluarga, makanya aku punya planning kita punya anak nya nanti saja, tunggu mapan dulu, punya rumah dulu dan punya tabungan yang cukup,” ujar Adam.
“Wow...aku ga berpikir sampai kesana, tapi kamu bener, aku setuju,” balas Aulia.
“Maaf, kalau ada sesuatu yang mengganjal, aku pasti cari tahu sampai detail, aku kayak gitu soalnya dari kecil,” balas Adam.
“Hehe sama kok, tapi kalau aku sih karena biasanya aku ga ada kerjaan, jadi apa juga ku baca,” balas Aulia.
Tangan Adam kembali turun merangkul Aulia yang juga langsung berbaring lagi, tangan Adam langsung naik mengelus rambut Aulia,
“Sori ya kalau aku rada kaku, aku ga pernah pacaran soalnya,” ujar Adam.
“Sama, cowo yang aku kenal baru kamu, jangan kan cowo, temen cewe aja aku ga punya,” balas Aulia.
“Yah aku juga sih, temen ku dulu paling cuman Farrel sama Dina, tapi sekarang mereka bukan temen ku lagi,” ujar Adam.
“Kenapa ?” tanya Aulia.
“Alasan kita kesini ya mereka,” jawab Adam.
Aulia langsung bangun dan menatap Adam di depannya, dia kaget mendengar ucapan Adam barusan,
“Maksudnya ? bisa jelasin sama aku ?” tanya Aulia.
“Sebenarnya waktu itu,”
Adam menceritakan penglihatan nya kepada Aulia, tentu saja Aulia langsung kaget, kedua tangannya langsung menutup mulutnya. Dia kembali berbaring di pelukan Adam dan kali ini dia memeluk erat Adam,
“Makasih ya sayang, kamu sudah melindungi aku, aku tidak kenal siapa orang itu dan aku tidak menyangka dua teman kamu berbuat seperti itu,” ujar Aulia.
“Aku sendiri tidak menyangka, tapi aku bersyukur aku memiliki penglihatan ini, aku jadi bisa mengambil keputusan untuk pergi ke sini,” ujar Adam.
“Iya, aku percaya kamu, kamu sudah buktikan tiga kali, pertama waktu menolong ku di lampu merah, kedua waktu kita menolong anak kecil itu dan ketiga sekarang, aku sama sekali tidak meragukan kamu,” ujar Aulia.
Keduanya terdiam lagi dan kali ini cukup lama. Tiba tiba Aulia bangun, dia berbalik dan langsung merangkul leher Adam, dia mencium Adam di depannya,
“Kenapa ?” tanya Adam.
Aulia membuka kancing piyamanya dan melepaskan bajunya, dia menutupi dua gunung kembarnya dengan lengan, kemudian dia maju merangkul Adam,
“L..Lia, kamu ngapain ?” tanya Adam.
“Kamu suami ku, hanya kamu yang boleh menyentuh ku, aku tidak mau ada orang lain menyentuh ku, apalagi orang yang tidak aku kenal membawa ku pergi seperti yang kamu ceritakan tadi, jadi saat ini aku menyerahkan semuanya sama kamu,” jawab Aulia.
“T..tapi...apa ti..tidak terlalu cepa....”
Aulia mencium mulut Adam, kedua tangannya membuka kaus singlet Adam yang mau tidak mau mengangkat kedua tangannya, Adam langsung memeluk Aulia dan membaringkannya di ranjang, sekarang posisi Adam berada di atas Aulia yang masih menutupi dua gunungnya dengan lengan. Tapi Aulia merentangkan tangannya ke atas, dia memegang kepala Adam dan menurunkan wajah Adam ke bibirnya. Setelah itu,
“Um...tapi pelan pelan ya, aku baru pertama hehe,” ujar Aulia.
“Sa..sama, aku juga, aku mencintai mu Lia,” ujar Adam.
“Aku juga mencintai mu Dam,” balas Aulia.
Langsung saja Adam menindih tubuh Aulia yang merangkulnya, mereka berciuman dengan panas. Dari bibir, Adam mulai turun ke leher, Aulia terlihat sangat menikmatinya setelah itu tangan nya mulai menjelajahi tubuh Adam, begitu juga Adam yang mulai menjelajahi seluruh tubuh Aulia sampai pada akhirnya bibirnya mencapai puncak gunung di dada Aulia,
“Hgggh,” Aulia sedikit mengerang.
“Kamu ga apa apa ?” tanya Adam.
“Enggak apa apa, terusin aja,” jawab Aulia.
Setelah itu, Adam mulai menelusuri jengkal demi jengkal menuju ke bagian bawah, dia membuka celana piyama Aulia sekaligus segitiga pengamannya. Begitu juga Aulia yang menarik turun penutup bagian bawah Adam sehingga senjatanya langsung keluar. Aulia sedikit kaget ketika melihat senjata milik Adam,
“Um...ke..kenapa Lia ?” tanya Adam.
“E..enggak....um....pelan pelan ya, jangan langsung,” jawab Aulia sedikit ketakutan melihat rudal Adam yang mengarah pada dirinya.
“I...iya,” balas Adam.
Setelah pemanasan, rudal siap meluncur masuk ke dalam celah sempit yang masih ranum dan belum terjamah siapapun. Ketika rudal mencapai sasaran dan masuk sedikit,
“Uhhh...hmmmm,” Aulia mengerang.
Wajahnya terlihat sedikit menahan kesakitan, Adam langsung buru buru mencabut kembali rudalnya namun Aulia menahan nya, Adam menoleh menatap Aulia,
“Ma..maaf,” ujar Adam.
“Ja..jangan berhenti...a..aku ga apa apa,” ujar Aulia menahan sakit.
Ketika di lanjutkan dan mulai masuk sedikit, Aulia menggigit selimut sampai pada akhirnya, “bress,” sesuatu robek dan muncul cairan merah menetes dari mulut gua. Namun ketika Adam ingin mencabut kembali, Aulia menahan nya, akhirnya rasa sakit dan perihnya mulai mengurang, barulah proses maju mundur di lakukan. Keduanya mulai kehilangan akal sehat mereka, gerakan mereka otomatis saling menyesuaikan satu sama lain.
"Aaah...Adam, aku mencintai mu," erang Aulia.
"Aku juga mencintai mu, Lia," balas Adam meringis.
Keduanya sudah benar benar menayatu, bibir mereka saling melumat dengan beringas, tangan mereka juga saling menjelajahi tubuh satu sama lain dengan leluasa tanpa jeda. 45 menit pun berlalu, “hosh....hosh,” Adam dan Aulia yang masih tampil polos di atas ranjang saling merangkul dengan nafas terengah, tubuh keduanya penuh peluh hasil pertempuran barusan, keduanya menoleh melihat sprei ber noktah merah dan basah,
“Um...kira kira kita di marahi ga ya ?” tanya Adam.
“Ng...mudah mudahan sih enggak ya, di lemari sih ada sprei pengganti, udah di sediakan, tapi....” jawab Aulia.
“Tapi ?” tanya Adam.
“Aku malu hehe,” jawab Aulia.
“Sama, kita cuci sendiri aja apa ?” tanya Adam.
“Iya deh, bawa deh sekalian mandi,” jawab Aulia.
“Iya, yuk mandi,” balas Adam.
Keduanya berdiri dan melepas seprei, kemudian mereka masuk ke dalam kamar mandi bersama sama untuk mandi dan mencuci sprei.
******
Sementara itu, di kontrakan Dina, “plaak,” Farrel dengan penuh emosi menampar Dina, dia memperlihatkan smartphone nya kepada Dina. Ternyata Riko mengirimkan video ketika dirinya menyetubuhi Dina kepada Farrel. Dina hanya bisa menunduk dan memegang pipinya yang merah,
“Lo ternyata tega ya sama gue, main belakang sama si Riko, hampir aja gue mengkhianati sahabat gue demi perempuan kayak lo,” ujar Farrel emosi.
“Aku tidak ada pilihan lain, pemilik rumah sakit tempat mama di rawat adalah keluarga Riko, tapi aku yakin kamu tidak percaya, tidak apa apa sayang, aku mau kita putus saja, aku juga menyesal mengkhianati Adam,” ujar Dina.
“Ya, kita putus, seharusnya lo bicarakan sama gue, gue bisa bantu biaya kan, gue udah bilang ke lo sejak awal, ternyata lo malah ambil jalan pintas seperti ini (diam sejenak) lagipula lo sebenarnya lebih mencintai Adam kan daripada gue ? sudah keliatan sejak kecil, sudahlah, gue sudah tidak mau tahu lagi, selamat tinggal, jangan pernah cari gue lagi,” ujar Farrel berbalik dan berjalan ke pintu keluar.
“Braaak,” Farrel keluar dari dalam rumah dan membanting pintu, Dina jatuh berlutut dan menangis tersedu sedu dengan kepala tertunduk.
“Maafkan aku....maafkan aku...dia mengancam ku dan kamu benar tentang satu hal Rel, aku memang mencintai Adam sampai sekarang, maaf selama ini aku berbohong sama kamu, tapi belakangan rasa sayang ku ke kamu benar, maafkan aku,” ujar Dina sambil terisak.
“Dling,” sebuah pesan masuk ke dalam smartphone Dina, langsung saja Dina membukanya, isinya adalah foto Riko sedang berada di dalam kamar tempat ibunya yang koma di rawat dan memegang sebuah kabel yang tertanam di mesin besar tepat di sebelah ranjang ibu nya. Di bawahnya ada tulisan,
“Lo sekarang sudah sepenuhnya menjadi budak gue, jangan macem macem lagi dengan memberitahu monyet itu supaya pergi bersama Aulia, sekali lagi lo macem macem kabel ini gue cabut,”
“Aaaaaah,” Dina melempar smartphone nya dan bersujud di tanah sambil menangis tersedu sedu.
“Dam...tolong aku....plis tolong aku,” ujar Dina trenyuh dengan air mata bercucuran.