NovelToon NovelToon
ALEXANDRIA CEGILKU

ALEXANDRIA CEGILKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / BTS / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: story_Mawarmerah

"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara

"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"

###

Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Perhubungan Sampul Mati

Benar apa kata Liliana, saat Lengkara pergi nyatanya Shada masih tinggal di rumah keluarga Brawijaya. Bukan hanya karena permintaan Liliana saja melainkan karena permintaan Merian sang pemilik rumah pula.

Hari-Hari Shada berjalan seperti biasanya, ia masuk sekolah namun cukup mengalami perbedaan karena tidak adanya Lengkara. Soal teman Shada tidak diragukan, ia yang memiliki peringai riang dan humble tentu bisa cukup mudah berinteraksi.

“Saya mau balikin buku miss!”

“Yaa ampun…! Kamu bawa buku sebanyak ini?”

“Yey… miss jangan judge yang enggak-enggak dulu” Shada mendesis, “punya saya cuma dua sisanya ini yang dipinjam Lengkara semua!”

“Oh.. Lengkara?” ia mulai memelankan nada bicaranya.

“Iya.. miss kan yang bebasin dia tanpa harus bayar denda dan punya tenggang waktu pengembalian buku? huh.. pilih kasih!”

Sang petugas perpus hanya tersenyum kecil, ia sangat tau Lengkara selain karena Lengkara sering menghabiskan waktu disini, Lengkara juga menggandeng nama Brawijaya yang begitu disegani.

“Jadi Lengkara beneran udah pindah yah sekolahnya?” Ia mencoba berbasa-basi, Shada menyenderkan tubuhnya pada rak buku “iya, makanya saya yang anterin ini kesini!”

“Sayang sekali kalo gitu,, padahal buku yang dia cari udah saya temuin, sampai susah-susah juga nyarinya karena limit edisi!”

Shada menaikan sebilah alisnya “Emang Lengka cari buku apa?”

“Oh.. buat itu gak akan saya jelasin. Ini rahasia saya dan Lengkara!”

Seketika kerutan kening Shada terlihat begitu jelas, Shada melipat kedua tangannya di dada, ia adalah gadis dengan rasa penasaran tinggi, jadi Shada cukup terpengaruh dengan apa kiranya jenis buku itu. Terlebih karena Lengkara menyembunyikan rahasia dari dirinya.

“Eh.. miss, sebenarnya kemarin Lengka pesen sama saya kalo miss ngasih buku, kasihin ke saya aja. Berapa?” Shada merogoh sakunya antusias.

Sang penjaga perpus tersenyum lebar “Kamu yakin?”

Shada masih mengangguk rapat “Iya, jadi mana bukunya?”

“Tapi saya gak percaya sama kamu! Jangan berbohong karena Lengkara gak mungkin kasih tau orang lain! Buku ini bener-bener rahasia kami!”

Mendengar itu rasanya Shada semakin tersulut penasaran dan cemburu, bisa-bisanya Lengkara memiliki rahasia lain padahal selama ini Lengkara begitu tertutup dan selalu melibatkan dirinya.

Sampai dari pintu masuk Gamma dan Jordi menyergah. Mereka saling bertumbuk iris sebentar bersama Shada, kemudian lekas berlalu seolah menghindari Shada.

“Cih… “ Shada mendesis lalu melihat sang petugas sudah kembali pada pekerjaannya lagi.

“Kenapa lo liat si Shada layu gitu? Malu yah lo?” Jordi menyikut disela berjalan ke ujung perpustakaan.

“Apaan, enggak ada gue malu!” kata Gamma menampik, ia mendesis kecil tak terima.

“Gamm menurut lo si Shada tau soal kita kemaren sama si Lengka?”

Gamma terdiam seketika, ia dan Jordi datang kesini karena mendapatkan hukuman untuk membereskan perpustakaan.

“Maksud gue, soalnya tuh cewek gak ada juga ngebelain Lengkara, apa si batu gak kasih tau apa-apa soal masalah kita?"

“Bukan urusan gue! Lagian si batu juga udah gak ada. Gue udah gak mau urusan lagi sama dia!”

“Kenapa?” Jordi menatap tanda tanya, semakin heran karena sikap tenang Gamma. Biasanya Gamma adalah pribadi berani dan cukup bar-bar. “Gamm apa jangan-jangan lo dapet ancaman atau semacamnya?”

Gamma menghela nafas sesaat. Ia menatap Jordi yang terus memaksa berbicara.

“Harus gue akui kalo gue gak nyangka bakalan kaya gini! Usaha bokap gue krisis seudah kejadian kemarin!”

“Seriusan lo? Woah…gilak!?”

“Makanya gue gak mau lagi deh senggol-senggol tuh orang!”

“Tapi kalo gitu caranya berati ucapan orang-orang yang bilang Shada cuma babunya keluarga Brawijaya itu salah!”

Gamma mengangguk “Yah, salah banget! sesat tuh informasi kan jadi gue kena sekarang!”

“Tapi kenapa si batu gak bikin pembelaan kemarin? Kalo difikir-fikir kenapa dia gak bicara aja kejadian sebenernya kalo kita berdua_”

“Jadi apa yang lo lakuin kemarin sama Lengkara?”

Jordi dan Gamma menoleh ke pinggir. Ternyata Shada tengah menyenderkan tubuhnya pada rak sembari melipat kedua tangannya begitu santai. Ia mendengarkan semua pembicaraan mereka juga sedari tadi.

“Shad lo?”

“Jawab aja bisa gak? Apa yang lo berdua lakuin sama Lengkara kemarin!”

Shada menatap dengan tatapan peringatan, ia mendongakan wajahnya tanpa takut sedikit pun, lebih tepatnya cukup gemas juga dengan apa yang dilakukan kedua pemuda di hadapannya ini.

“Maafin gue, Shad!” Gamma merengkuh pada Shada, wajahnya merah karena malu dan cukup takut juga setelah keluarganya mengalami krisis yang disinyalir karena campur tangan yang berkuasa.

“Jelasin aja gak usah Drama lo!” Shada menekan, ia cukup marah karena sadar tidak sadar jika kepergian Lengkara akibat ulah dua orang dihadapannya.

“Maaf, maafin gue Shad! Gue bener-bener nyesel kemarin!”

Pada akhirnya Gamma mengakui kesalahannya, ia benar-benar tidak ,menyangka jika dibalik Lengkara membebaskan dirinya, ternyata Lengkara malah memberikan pukulan lebih besar untuk efek jera dan bisa juga dikatakan sebagai pembalasan.

Nyatanya Lengkara memang diam, tapi justru diamnya itu yang membuat dirinya lebih mengerikan!

********

Shada mendudukan tubuhnya pada ranjang, ia masih menggunakan seragam sekolahnya. Hembusan nafas lirih dikeluarkan Shada saat mengingat jika kini Lengkara tidak bersamanya. Jujur dirasakan Shada jika ia merasa ada sesuatu yang kosong seiring bagaimana waktu dan moment yang sudah ia dan Lengkara lewati selama ini.

“Lengka aku rindu kamu!” lirih Shada begitu pilu. jujur dikepala Shada kini benar-benar dipenuhi semua kenangan terkait Lengkara.

[Flashback kebersamaan Lengkara Shada.]

“Mingkem aja, dirumah aja, baca bukuuuu… terus! keluar yuk?” Shada begitu rapi dengan street dan rok sebatas lutut yang ia kenakan.

Ia mendekat pada Lengkara membuat pemuda itu menatapnya.

“Aku mau ajak kamu kesuatu tempat!”

“Gak!”

“Harus, ayook!”

Menarik tangan Lengkara pada akhirnya pemuda itu pasrah, ia tau jika gadis itu akan memiliki banyak cara untuk membujuknya.

Shada membawa Lengkara pada satu karnaval tak jauh dari pusat kota, dari luar karnaval ini Lengkara bisa melihat sorot lampu warna warni dan lalu lalang orang banyak membuat kepalnya pening. Lengkara memang tidak terbiasa, ia tidak pernah bahkan cenderung menghindari keramaian.

Karena PTSD Lengkara tergolong serius, jadi tak ayal itu menimbulkan tingkat kecemasan berlebih bahkan depresi hingga Lengkara divonis pula mengalami Anxiety.  [Gangguan kecemasan yang berlebihan].

Se-serius itu memang penyakit mental yang menghinggapi Lengkara. Tak pelak keramaian dan  beberapa hal yang cukup menyentak Lengkara terkadang membuat Lengkara kesulitan dan tak nyaman.

Lengkara mengernyitkan dahi dan menggelang kecil, di detik yang sama satu tangan Shada terangkat guna menggenggam tangan Lengkara, Shada menjinjitkan kakinya untuk berbisik karena bising suasana.

“Jangan khawatir, aku disini dan janji gak akan jauh-jauh dari kamu! Kita pegangan dan bisa lewatinnya, kamu rileks aja, di dalem Cuma orang-orang yang lagi jalan-jalan!”

Lengkara kembali menatap keramaian di dalam sana, lalu melihat Shada yang sepertinya begitu antusias untuk masuk kedalam. Lengkara pun mengeluarkan sapu tangan disakunya.

“Kenapa?” tanya Shada memperhatikan gerak  gerik Lengkara, pemuda itu masih terkondisikan dan tidak sedikit pun memperlihatkan kambuh yang kerap ditandai tubuh bergetar, keringat dingin , mual atau muntah dan paling fatal ketakutan dan histeris.

Sebenarnya Shada hanya ingin membuat Lengkara lebih eksplor dirinya. Karena sejauh ini Lengkara benar-benar mengurung diri.

Lengkara melipat sapu tangan miliknya hingga menyerupai tali, kemudian ia mengambil satu tangan Shada dan mengikatkan itu di tangan Shada.

Shada tersenyum, “Cih… kenapa gak sekalian gandengan aja? Gak usah malu-malu kali”

“Gak ada, ini lebih aman!” Lengkara berdehem kecil “sekarang lo yang iket!” Lengkara menyerahkan tangannya juga untuk berada di ikatan yang sama dengan tangan Shada.

“Tapi kalo cara ngiket kamunya gini sama aja boong!” Shada menatap ikatan symbol pita di tangannya.

“Itu cuma sampul, yang penting nyambung!”

“Hei… sembarangan! Nih yah… suatu hal itu gak akan terjadi gitu aja, gak ada namanya kebetulan! Dan menurutku meski Cuma sampul tapi itu gak sembarang dinamai, melainkan semuanya punya arti. contohnya sampul tali pita itu menang indah tapi gak bener-bener kuat buat ngikat sesuatu!” Shada menarik tangan Lengkara “aturan kalo kamu bener-bener gak mau lepas harusnya ikat dengan sampul mati!”

Pada akhirnya tangan Shada yang bergerak menalikan itu di tangan Lengkara “Jadi meski namanya terkesan ngeri, tapi sampul mati menurutku keren, itu punya arti berhenti, gak bakal bisa diganggu gugat dan berlambang penguncian yang kuat!”

Shada masih asik berbicara sementara Lengkara diam menatapi celotehnya.

“Kalo di ibaratin perhubungan tuh aku juga mau perhubungan aku layaknya sampul mati, aku ingin orang  kasih aku sampul mati buat perhubunganku!” Shada mendongak setelah selesai mengikat tangan Lengkara dengan sampul mati, lalu melanjutkan “terdengar kelam tapi itu gak bisa digantikan!”

[flashback End]

Shada tersenyum mengingat moment-moment dirinya bersama Lengkara, tapi yang lebih membuat Shada larut adalah saat perpisahan dirinya dan Lengkara di bandara. Shada beranjak, ia duduk pada cermin rias dimana ada meja dan laci-laci kecil disisinya. Lantas Shada membuka salah satu laci dan melihat sebuah sapu tangan yang begitu apik ia simpan.

Itu adalah sapu tangan milik Lengkara

“Apa Lengkara inget sama sampul mati yang sempat aku jelasin waktu itu?” Shada melirih seraya menatap sapu tangan yang tengah ia pegangi.

“Gue pergi!” ucap Lengkara setelah sebelumnya berpamit pada Liliana dan Merian.

Masih dengan tatapan terlampau rumitnya Lengkara menatap Shada, satu tangannya merogoh saku dan Lengkara mengeluarkan sapu tangan miliknya.

“Lengka nanti disana jangan gak hubungin aku, makan yang teratur dan kurangi makan  jungkfood. Aku pasti bakal rindu banget sama kamu. Sebaliknya kamu jangan lupain ak__!

Ucapan Shada terhenti tepat saat Lengkara menarik tangan Shada untuk lebih dekat dengannya. Tidak ada kata yang terlontar di bibir Lengkara yang masih terkatup, padahal posisi mereka sudah cukup intens, Shada bahkan bisa merasakan bagaimana hembusan nafas Lengkara diatas kepalanya.

Shada menadah sedikit pada wajah tenang Lengkara, tapi tangan Lengkara dibawah tengah bergerak memasangkan sapu tangan pada lengan Shada.

“Lengkara?” Shada cukup tertohok dengan aksi Lengkara yang mengikatkan sapu tangan miliknya dengan sampul mati.

“Maksud kamu?”

Lengkara tetap tidak berbicara, ia memilih mundur lalu Lengkara tersenyum dan mengelus pucuk kepala Shada tiga tepukan.

“Lengkara, aku nunggu kamu pulang” lirih Shada menatapi sapu tangan pemberian Lengkara padanya.

“Iya, karena kamu harus kasih kejelasan mengenai semua ini!”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!