Pernikahannya dengan Serka Dilmar Prasetya baru saja seminggu yang lalu digelar. Namun, sikap suaminya justru terasa dingin.
Vanya menduga, semua hanya karena Satgas. Kali ini suaminya harus menjalankan Satgas ke wilayah perbatasan Papua dan Timor Leste, setelah beberapa bulan yang lalu ia baru saja kembali dari Kongo.
"Van, apakah kamu tidak tahu kalau suami kamu rela menerima Satgas kembali hanya demi seorang mantan kekasih?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
"Katakan, siapa Sidik Zamzami?" ulang Dilmar masih menatap tajam ke arah Vanya dengan mata yang merah.
Vanya seperti sedang berpikir, dia ingat-ingat lupa dengan nama itu. Memori di otaknya mulai menelusuri satu per satu nama teman masa sekolahnya.
"A Sidik?" Vanya bergumam di dalam hati, sepertinya ia berhasil mengingat nama itu. Sidik Zamzami. Kakak kelas satu tingkat di atasnya saat masih SMK. Mereka pernah berpacaran selama masa SMK. Kemudian mereka berpisah setelah Sidik memutuskan kuliah di Jawa Tengah.
Setahun menjalani hubungan jarak jauh, tiba-tiba mereka hilang kontak. Tidak ada lagi nomer Sidik yang bisa dihubungi. Vanya akhirnya merelakan Sidik setelah berbulan-bulan lamanya Sidik tidak lagi ada menghubunginya.
Satu yang masih diingat Vanya atas ucapan Sidik beberapa tahun yang lalu, "Suatu hari Aa akan datang kembali."
Mungkinkah maksud dari kalimat itu adalah saat ini? Saat ini Sidik kembali, tapi dalam keadaan Vanya sudah berbeda.
"Hanya teman dimasa lalu," jawab Vanya tidak cukup meyakinkan Dilmar.
"Teman atau pacar?" telisik Dilmar lagi.
"Mantan pacar. Vanya memang pernah pacaran saat masih SMK dengan dia. Tapi, kami hilang kontak setahun setelah A Sidik kuliah di Jawa Tengah," jawab Vanya.
Dilmar tersenyum hambar, tangannya meremas Hp Vanya. Andai saja Hp itu sebuah makanan, maka sudah hancur ketika Dilmar meremasnya.
"Seandainya kita belum menikah, kamu lebih memilih dia atau aku?" tanya Dilmar memberikan sebuah pilihan yang bagi Vanya sama sekali tidak perlu dipertanyakan. Dia juga sudah lupa Sidik, saat ini dia sudah menikah dengan Dilmar dan kini sedang berusaha mencari ketulusan dari Dilmar sejak dirinya dikhianati Dilmar.
"Jangan pertanyakan itu, Bang. Vanya sudah menikah dengan Abang. Jelas Vanya pilih Abang karena Abang sudah jadi suami Vanya."
"Aku tanya jika posisi kita belum menikah, kamu lebih memilih dia atau aku?" tegas Dilmar, sudah terlihat sorot mata itu memperlihatkan sebuah kegelisahan yang nyata.
"Vanya lebih baik tidak memilih dua-duanya. Karena, baik Abang maupun dia belum tentu baik untuk Vanya," jawab Vanya.
Dilmar terdiam, lalu ia teringat kembali permintaan Vanya yang ingin mengajukan cerai, bahkan Vanya sudah pernah mengadukan permasalahan rumah tangganya pada Bu Danki. Kedatangan Sidik yang secara kebetulan, seakan sebuah skenario yang akan dijalani Vanya untuk berpaling darinya, membalasnya lalu berselingkuh dan Dilmar dengan mudah bisa mengajukan cerai.
"Ini bukan skenario kamu, kan, Dek, untuk sengaja menghadirkan dia, supaya kamu bisa membalaskan dendammu pada abang?" duga Dilmar menatap Vanya tajam.
Vanya membelalakkan mata, ia tidak menduga kalau Dilmar akan berpikiran picik seperti itu. Tidak pernah ada dalam kamusnya dia berselingkuh disaat dia sudah menjalani ikatan sah di mata hukum agama dan negara.
"Kenapa Abang tega tuduh Vanya sepicik itu? Apakah Vanya serendah itu sehingga Abang berpikir kalau Vanya akan membalas dendam?"
"Aku tidak tahu sebenarnya hati kamu sedalam apa. Mungkin saja ini cerita di balik usaha pengajuan ceraimu supaya perceraian kita bisa dengan mudah terlaksana. Mungkin kamu ingin membalas abang dengan berselingkuh sama laki-laki bernama Sidik Zamzami itu."
"Kamu bisa saja berselingkuh dan kita dengan mudah bercerai, tapi kamu dosa besar karena kamu berselingkuh disaat suami kamu sudah mengakui kesalahannya dan bertobat. Kamu tidak akan mencium baunya surga, Dek," lanjut Dilmar di depan wajah Vanya sembari masuk ke dalam kamar.
Vanya mengikuti Dilmar masuk ke dalam dengan mata berkaca-kaca. "Sejahat itu Abang tuduh Vanya membuat skenario untuk membalas dendam terhadap Abang. Tidak pernah ada dalam kamus Vanya sedikitpun untuk menodai sebuah pernikahan dengan perselingkuhan. Abang salah besar jika menuduh Vanya sehina itu. Sekarang Vanya balik ke diri Abang, apakah Abang saat ini sudah benar-benar melupakan perempuan Perawat itu? Kalau iya, apa buktinya?" balas Vanya sembari menahan tangan Dilmar.
Dilmar tersenyum penuh kemenangan lalu ia memberikan Hp nya.
"Bahkan aku sudah memblokir nomer Hp Sela dan tidak ada di dalam kontak sama sekali. Periksalah!" ujarnya yakin menjulurkan Hp ke hadapan Vanya. Vanya sama sekali tidak menyentuh Hp Dilmar.
"Bisa saja Abang menghapus nomer perempuan itu, dan sekarang bilang insaf, karena hubungan Abang sudah terlanjur diketahui Kak Deby dan papa, bukan? Kalau tidak ketahuan, bisa jadi sampai saat ini Abang masih bermain di belakang Vanya," tuding Vanya belum mau mengalah.
"Aku hanya dekat biasa dengan perempuan itu, bahkan kami belum sempat jadian. Dan aku tidak pernah selingkuhi kamu, hanya karena foto-foto itu sengaja dia sebarkan, kamu sudah berasumsi bahwa aku terlibat perselingkuhan," tekannya sembari memberikan Hp milik Vanya. Dilmar keluar dari kamar meninggalkan Vanya yang tersentak.
"Abang, Abang mau pergi ke mana? Sarapannya sudah Vanya siapkan," teriak Vanya sembari mengejar Dilmar yang kini sudah keluar dan membunyikan motornya. Dilmar pergi meninggalkan rumah dengan perasaan emosi.
Perginya Dilmar, Vanya terduduk di sofa ruang tamu. Ia menangis atas pertengkarannya tadi dengan Dilmar. Yang membuatnya merasa sakit hati adalah, tudingan Dilmar bahwa kedatangan Sidik merupakan skenario dirinya.
"Kenapa Abang tega tuduh Vanya seperti itu Bang? Walaupun Vanya pernah bilang kalau perceraian itu bisa mudah dikabulkan jika kesalahan ada pada istri, tapi tidak mungkin Vanya melakukan hal bodoh itu. Vanya masih waras," isaknya menyayangkan kata-kata Dilmar tadi.
Vanya kini fokus dengan Hp nya, sebuah notif WA kembali berbunyi. Dia bukan tidak senang dengan kehadiran Sidik, pria yang pernah menjadi pacarnya masa SMK beberapa tahun lalu. Tapi, kondisi dia saat ini berbeda, Vanya sudah tidak sendiri lagi.
"Yang, masihkah ada kesempatan untukku?" Pesan itu kembali hadir. Bahkan Sidik masih ingat panggilan sayang yang dulu pernah Sidik ucapkan untuk Vanya. Vanya cukup tersentak.
"Maaf, ini salah sambung. Saya bukan orang yang kamu maksud," balas Vanya menyangkal.
"Salah sambung bagaimana, Yang? Orang foto profilnya foto kamu. Aa ingin bertemu, Yang. Aa ingin bicara dan mengatakan hal sebenarnya kenapa Aa waktu itu hilang kontak," sergah Sidik membuat Vanya tersentak, ia tidak sadar kalau foto profilnya adalah foto profil dirinya.
"Maaf A, Vanya sudah tidak bisa jumpai Aa lagi, sebab Vanya sudah menikah. Vanya baru saja menikah 10 bulan lalu. Aa tidak perlu jelasin apa-apa. Semoga setelah ini, Aa segera mendapatkan pengganti Vanya." Vanya membalas dengan penuh keyakinan. Lalu segera mengganti foto profilnya dengan foto pengantinnya.
"Mungkin ini lebih baik," gumam Vanya, meskipun setelah ini hubungan antara dirinya dan Dilmar belum tentu akan membaik. Vanya memblokir nomer Hp lelaki yang bernama Sidik itu. Vanya tidak mau memberikan kesempatan hatinya untuk berselingkuh, meskipun ia pernah dikhianati Dilmar.
dah syukur ga tinggalin vanya marrrr
begitu juga sama vanya karmakan kamunya
nikmati bg Dilmar...
nyesel atau marah sama Vanya....