Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Lusa pun tiba, Herlina terpaksa pergi ke butik bersama ibunya menggunakan mobil pemberian dari calon suaminya, Harlord.
Herlina dan ibunya baru saja melangkah masuk ke dalam butik pengantin yang elegan. Begitu mereka memasuki pintu, semua pegawai toko dengan cepat berbaris dan menyambut mereka dengan senyuman hangat.
"Selamat datang," ujar manager toko dengan ramah. Suasana di dalam butik sangat nyaman, dengan nuansa pastel yang lembut dan pencahayaan yang hangat.
Herlina merasa terkesima dengan suasana yang begitu anggun dan penuh perhatian. Salah satu pegawai dengan sikap profesional menyerahkan katalog model gaun pengantin kepada Herlina dan ibunya.
"Ini adalah koleksi terbaru kami, mungkin ada yang menarik perhatian Nona," ujar pegawai itu sambil memberikan katalog dengan sampul berkilau.
Sambil membuka katalog tersebut, Herlina dan ibunya disuguhi teh hangat dan kue-kue kecil yang cantik di atas piring. Kue-kue itu terlihat begitu menggoda, dengan warna-warna cerah dan bentuk yang sangat menarik.
"Te... Terima kasih," ucap Herlina malu-malu, sudah lama tak memakan biskuit dan kue mahal, ia dan ibunya pun mencicipi kue coklat kecil dengan kaya citarasa dan lumer di mulut.
Dengan penuh semangat Liana terus memeriksa gaun-gaun pengantin yang ada di katalog tersebut.
Setelah beberapa lama memilih, Liana bertanya pada putrinya, "Bagaimana menurutmu, nak? Gaun yang ini atau yang itu?" Liana menunjuk dua gaun yang tampak sama indahnya, satu dengan detail renda yang halus dan satunya lagi dengan aksen kristal yang berkilauan.
Herlina menatap kedua gaun itu, namun dengan perasaan sedih dan terpaksa. "Keduanya sama-sama cantik, Ma-."
"Kamu harus pilih, Nak. Ingat! Gaun pengantin itu harus mencerminkan siapa dirimu. Yang manapun yang kamu pilih, pastikan kamu merasa nyaman dan bahagia saat memakainya." ucap Liana berkacak pinggang.
"Gimana mau merasa bahagia, aku kan tidak menikah dengan George," seru Herlina dalam hati, tentunya sambil memperlihatkan wajah cemberut.
"Apa sudah ada gaun yang kamu pilih?" tiba-tiba muncul suara bariton dari belakang mereka.
Herlina menoleh, dan matanya langsung bertemu dengan sosok yang ia kenal, Harlord calon suaminya.
Harlord datang bersama asistennya Benyamin, mereka langsung memberikan salam pada Liana dan Herlina.
"Bagaimana? Apakah sudah gaun pengantin yang kamu sukai untuk hari pernikahan kita..." tanya Harlord sekali lagi, dengan nada lembut pada calon istrinya.
"Ti-tidak ada satupun yang cocok untukku." jawab Herlina dengan ketus, wajahnya tidak memperlihatkan senyum gembira sedikitpun.
Tentu saja ekspresi itu membuat Harlord juga merasa tidak senang, "Tidak masalah kalau begitu kamu harus coba semua gaun yang ada disini, perlihatkan dulu padaku, biar aku yang bantu memilihkan untukmu," ucapnya dengan tegas dan tatapan dingin.
Glek!
"Se... Semua gaun! Yang benar saja!" protes Herlina.
"Bu Liana, mari kita ker ruangan sebelah sana, disana ada banyak gaun-gaun untuk pesta, juga aksesoris perhiasan, silahkan anda juga memilih-milih untuk acara resepsi pernikahan nanti." tiba-tiba Benyamin langsung mengarahkan ibunya Herlina ke ruangan sebelah.
"Herlina, mama tinggal dulu ya, Nak." ujar Liana dengan senyum sumringah, ia langsung berjalan meninggalkan putrinya begitu saja dengan Harlord.
"Ma.. Mama!!" rengek Herlina, dia tidak mau berduaan saja dengan Harlord.
"Jangan buang waktuku percuma, cepat kamu berganti pakaian pengantin, aku ingin lihat!!" perintah Harlord sembari menghempas bokongnya di sofa depan cermin. Sorot matanya menatap Herlina dengan sangat mengancam.
"Galak sekali pria ini, tidak seperti George yang selalu tenang menghadapi sikapku." batin Herlina, menggerutu.
Dengan wajah kesal Herlina pun masuk ke kamar ganti dibantu beberapa pegawai butik.
Satu, dua, tiga, empat, sepuluh, tujuh belas gaun sudah Herlina coba. Hingga Herlina merasa sangat lelah, karena harus bolak-balik kamar ganti, namun Harlord masih saja duduk santai dengan wajah datar, ia terus menggelengkan kepala, pada setiap gaun yang Herlina perlihatkan.
"Dasar pria gila!! Masa dia benar-benar ingin aku mencoba semua gaun pengantin yang ada di butik ini, sebentar lagi aku pasti akan pingsan!!" pekik Herlina di ruang ganti.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
