Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Langkah Silas sangat cepat membuat Alana kewalahan mengejar langkahnya. Tidak tahu hal apa yang membuat Silas terburu-buru seperti itu, Alana tiada henti mengumpat Silas yang sudah berjalan jauh didepan sana.
"Silas, tunggu!" Teriak Alana, barulah langkah Silas terhenti.
Dengan posisi tangan berkacak pinggang Silas menoleh kearah Alana yang berjalan cepat kearahnya. Kelihatan kewalahan menyeimbangkan langkahnya padahal Silas hanya berjalan santai biasa.
"Kenapa kau terburu-buru sekali si?!" Tanya Alana dengan raut wajah menahan kesal, ia memukul lengan Silas disaat sudah dekat dengan pria itu.
"Aku tidak mau mendengar kau mengatakan perpisahan terus menerus, Alana. Hal itu yang membuatku enggan berjalan beriringan denganmu." Jawab Silas cepat, kembali melangkah tanpa mengajak Alana.
Awalnya Alana ternganga sebentar, tapi kembali sadar karena mencoba untuk mencerna apa yang Silas katakan. "Aku bukan meminta perpisahan, hanya bertanya... Bagaimana bisa aku tinggal satu atap dengan Istrimu juga?" Alana mencoba jelaskan kesalahpahaman ini.
Omongan Alana terhenti karena mereka sampai di warung sederhana, tempat makanan simple yang mungkin hanya ada dilarut malam begini. Silas membaca menu diwarung tersebut, Alana menunggu disamping pria tersebut.
"Aku mau nasi goreng!" Ucap Alana sangat semangat sampai Silas yang masih membaca satu-persatu saja terkejut. "Telurnya setengah mateng ya, Pak.." Kata Alana kepada penjual tersebut.
"Baik, Nona.."
Silas tersenyum simpul disaat Alana sudah mencari tempat duduk yang nyaman, meskipun tidak mengajak Silas untuk duduk bersama.
"Pak, nasi goreng satu dibungkus. Terus satu lagi untuk makan di sini bareng Nona cantik itu." Pinta Silas kepada penjual tersebut.
"Ah iya, Tunggu sebentar ya.." Penjual tersebut mulai memasak apa yang pelanggannya pesan.
Alana duduk sembari menatap serius Silas yang duduk berhadapan dengannya. Keduanya saling tatap sebentar satu sama lain tapi Alana cepat sekali mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Cepat jelaskan, Kak. Bagaimana bisa aku satu atap dengan istrimu?" Alana bertanya lagi, sepertinya tidak akan puas kalau belum mendapatkan jawaban sepenuhnya.
Silas menghela napas panjang saja, ingin sekali rasanya setiap aturan yang Silas berikan kepada Alana tidak mendapatkan protes sedikitpun dari wanita tersebut. Tapi, mengapa rasanya sangat mustahil karena Alana adalah tipe manusia yang sangat penasaran dan akan mati jika rasa penasaran tidak mendapatkan penjelasan yang memuaskan.
"Agar aku bisa melihatmu setiap hari, itu saja." Jawab Silas walaupun sedikit lama karena mengumpulkan kata-kata yang tepat.
Tidak ada jawaban apapun dari Alana, hanya diam menunduk. Tangan Alana memegang cincin sederhana pernikahan mereka, yang mana hanya Alana saja yang menggunakannya tidak dengan Silas.
"Aku harus mau?"
"Tidak boleh ada penolakan, atau setiap fotomu itu akan tersebar." Kembali Silas mengancam, membuat Alana seakan tertekan saja.
Hal yang sebenarnya Alana heran dengan Silas, apa tidak takut membawanya tinggal satu atap dengan Bella. Terlintas pikiran jahat serta menakjubkan diotak Alana, ia memajukan kepalanya hingga sangat dekat dengan Silas.
"Kau yakin akan membawa ku tinggal bersama dengan Bella? Bagaimana kalau aku cemburu karena melihat kemesraanmu dengan keluarga kecilmu nanti?"
Silas tersenyum sinis mendengar pertanyaan aneh Alana, apakah Alana mengira jika Silas akan terkecoh dengan pertanyaan sampah seperti itu.
"Aku akan senang jika kau cemburu, lagian aku pastikan hanya kau yang paling diutamakan." Jawab Silas tanpa ragu sedikitpun.
Kaki Silas dibawah sana perlahan naik menuju paha Alana, kebetulan Alana memakai rok pendek jadi Silas bisa sampai menuju paha atas. Langsung Alana menyingkirkan kaki Silas dari sana, ia menatap pria itu sangat tajam.
"Mainkan peranmu dengan baik, Alana. Yaitu menjadi istri simpananku, ah lebih tepatnya selingkuhan Silas Alexander." Bisik Silas sembari mengigit kecil telinga Alana.
Tubuh Alana sampai merinding karena ulah Silas, ia mendorong tubuh pria itu untuk menjauh. Rasanya Alana sangat kesal, padahal tadi ingin menjebak Silas lalu kenapa malah justru dirinya yang terjebak oleh kata-kata Alana sendiri.
"Menyebalkan!"
~
Tok.. Tok..
Silas masuk kedalam ruangan Kiara, ia melihat Bella yang tengah menyiapkan tempat tidur untuk mereka. Kiara juga sudah tersadar, terduduk lemah dibed pasien menatap Bella yang tengah sibuk.
"Ma.. Dimana Papa?" Tanya Kiara dengan suara yang sangat lemah, sampai Silas tidak tega mendengarnya.
"Kiara, Papa datang.." Silas tersenyum manis kepada Kiara, wajah sedih tadi telah tergantikan dengan penuh tawa yang ceria. Silas memeluk erat Kiara, mengecup berulang-ulang kali pucuk kepala Kiara.
Bella hanya bisa memandang penuh terharu kepada kedua orang itu, tidak memiliki hubungan darah tapi sangat saling menyayangi satu sama lain.
"Kiara rindu, Papa.. Dari kemarin Kiara menunggu Papa pulang, tapi tidak kunjung pulang sampai Kiara takut terjadi sesuatu yang buruk pada Papa." Ucap Kiara panjang lebar.
Langkah Bella menuju Silas, mengambil alih satu bungkus nasi goreng yang mungkin sengaja Silas belikan untuknya. "Kan Mama sudah bilang, sayang. Kalau Papa sibuk bekerja, tapi kau tidak kunjung percaya juga." Bella menimpali, membuat Kiara langsung menunduk didepan Silas.
"Bella, makanlah.. aku akan menidurkan Kiara," Ucap Silas yang lebih ke perintah.
Meskipun sedikit kesal karena ternyata Silas tidak makan malam bersamanya. Malah lebih memilih makan seorang diri di luar sana, sebenarnya apa salahnya jika makan satu tempat yang sama dengan Bella.
"Mas tidak makan?" Bella mencoba memberanikan diri bertanya.
"Tadi sudah makan duluan," Jawab Silas singkat, ia duduk di samping Kiara untuk menenangkan gadis kecil yang tengah merindukannya itu.
Bella tidak mengatakan apapun lagi, hanya mencoba tersenyum lalu pergi menuju sofa untuk menghabiskan makan malamnya. Pandangan mata Bella masih tertuju pada Silas, ia melihat tubuh belakang pria itu. Sehingga tanpa sengaja Bella menemukan sesuatu yang aneh dari Silas, yaitu ada sesuatu dibagian leher.
"Kissmark?" Bella merasa tidak ada membuat tanda seperti itu diarea leher Silas, siapa pelakunya. Apa Silas berselingkuh selama ini? Apa wanita yang bernama Ana telah kembali, apakah mungkin?
Banyak sekali pertanyaan yang berputar dibenak Bella, ia menunggu Kiara tidur untuk menanyakan semua ini. "Tidak, jangan sampai Mas Silas menemukan wanita lain. Harus aku, harus hanya aku wanita yang dimiliki Silas!"