NovelToon NovelToon
MENIKAHI DEWI JUDI

MENIKAHI DEWI JUDI

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Perjodohan / Balas Dendam / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Neti Jalia

Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.

Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.

Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?


Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Menghilang

Waktu menunjukkan pukul 5 fajar, saat Okta dan teman-temannya tiba di apartemen Lensi. Mereka berpikir Lensi sudah datang lebih dulu dan akan menemui gadis itu di rumahnya. Namun saat mereka masuk kedalam apartement itu, suasana tampak sepi. Okta dan yang lain jadi khawatir.

"Hubungi dia. Ada dimana dia sekarang?" ujar Karman.

Okta segera menghubungi Lensi, tapi nomornya sama sekali tidak aktif. Okta bertambah panik, dan kemudian menghubungi Arman.

"Dimana?" tanya Arman.

"Kami sudah sampai di apartemen Lensi. Tapi dia tidak ada di rumah. Apa dia bersama abang?" tanya Okta.

"Tidak. Bukankah dia bersama kalian tadi?" tanya Arman.

"Kami terpisah dengannya. Kami pikir mungkin dia kembali bersama abang. Jadi bagaimana ini bang? apa mungkin dia tertangkap?" tanya Okta.

"Apa kalian sudah menghubungi nomor ponselnya?" tanya Arman.

"Sudah bang. Tapi nggak aktif. Bagaimana ini bang? bagaimana kalau Lensi tertangkap?" tanya Okta.

"Jangan panik dulu. Biar abang yang urus. Abang akan menemui pemilik klub," ujar Arman.

"Baiklah. Kami tunggu kabarnya bang," ujar Okta.

Percakapan itu berakhir. Okta jadi menangis karena khawatir. Sementara Karman, Riko dan Mawan hanya bisa terdiam. Mereka juga bingung harus berbuat apa, karena mereka merasa tidak memiliki kekuatan apapun.

"Sekarang kita harus bagaimana? apa kita kembali kesana saja, dan barter uangnya dengan Dewi? apa gunanya kita banyak uang, kalau kita kehilangan Dewi," ujar Okta disela isaknya.

"Aku setuju. Kalau memang Dewi tertangkap. Kita temui saja pemilik klub itu buat barter," ucap Mawan.

"Jangan gegabah. Kita tunggu dulu kabar dari bang Arman," ucap Karman.

"Sekarang kita istirahat saja dulu. Siapa tahu Dewi akan kembali pagi ini. Setelah kita istirahat, mungkin kita bisa berpikiran jernih," ujar Riko.

Okta memutuskan masuk ke kamar Lensi. Dia ingin membersihkan diri. Okta sangat sedih, saat melihat foto-foto kebersamaannya dengan Lensi. Oktapun kembali menangis. Sementara itu teman-temannya yang lain memasak mie instan untuk sarapan pagi mereka.

Tok

Tok

Tok

Krieekkk

Okta membuka pintu. Mata gadis itu tampak sembab karena terlalu banyak menangis.

"Ayo sarapan dulu. Setelah itu kamu bisa beristirahat lagi," ujar Karman.

"Iya pak." Jawab Okta.

Okta dan teman-temannya kemudian sarapan bersama. Setelah selesai, karena lelah merekapun jatuh tertidur. Sementara itu di tempat berbeda, Hirano tengah mengamuk.

"Aku tidak percaya gadis itu lebih memilih mati, daripada bergabung dengan klub kita," Hirano berkata dengan nafas naik turun.

"Aku ingin kalian menemukan temannya saat dia bermain judi tadi malam. Temukan identitasnya. Bukankah semua yang masuk ke klub tadi malam , adalah peserta? jadi dia pasti ada dalam daftar tamu undangan," ujar Hirano.

"Sial...sial...sial..." Hirano memukul-mukul meja karena kesal.

Tok

Tok

Tok

"Ada apa?" tanya Hirano.

"Ada sekelompok orang ingin menemui anda tuan Hirano," jawab petugas klub.

"Siapa?" tanya Hirano.

"Mereka yang membantu gadis itu tadi malam. Kita harus berhati-hati tuan, mereka sepertinya ada hubungannya dengan mafia,"

"Mafia?" Hirano terkejut.

"Iya. Mereka bahkan memiliki tato khusus di lengan mereka." Jawab pria itu.

"Max. Ikut aku," ujar Hirano.

"Baik." Jawab Max.

Hirano dan Max dan juga beberapa orang kepercayaannya, ikut menemui orang yang ingin menemui mereka. Hirano bisa melihat, dari jauh. Bahwa pria didepan kumpulan orang-orang yang berkerumun itu membawa orang sekitar 50 orang.

"Siapa kalian?" tanya Hirano.

"Aku kesini tidak ingin berbasa basi. Aku kesini ingin menjemput adikku." Jawab Arman.

"Adik? adik yang mana?" tanya Hirano.

"Kalau kamu benar-benar seorang pria, seharusnya kamu harus berani menerima kekalahan. Biarkan dia menikmati kemenangannya, kenapa kamu malah ingin menahannya?" tanya Arman.

"Dia tidak ada disini. Kami memang mencari dia. Kalau kami menemukannya, aku pasti akan menghabisi gadis sombong itu." Jawab Hirano penuh emosi.

Seorang anak buah Arman ingin maju kedepan, karena sudah berani bicara kurang ajar pada bos mereka. Namun Arman menghalanginya dengan tangannya.

"Kamu tidak kenal siapa aku. Kalau tidak ingin usahamu ku obrak abrik, sebaiknya jangan berbuat macam-macam. Apa kamu pikir aku kemari tanpa persiapan? di luar gerbangmu ini ada sekitar 100 orang anak buahku. Coba kamu bayangkan berapa milyar kamu harus ganti rugi dan membangun gedung semegah ini saat aku meratakannya dengan tanah?" tanya Arman.

Wajah Hirano mendadak pucat. Dia sungguh tidak ingin mengalami banyak kerugian.

"Adikmu sungguh tidak ada disini. Kalau aku mendapatkan adikmu, tentu wajahku tidak sekusut ini." Jawab Hirano.

"Masuk!" Arman langsung memberikan perintah pada anak buahnya, agar memeriksa seluruh gedung.

"Jangan biarkan ada sudut ruanganpun yang terlewat. Saat kalian menemukan dia, kalian obrak-abrik saja gedung ini, karena sudah berani membohongi kalian semua," ujar Arman setengah berteriak pada anak buahnya yang sudah bergerak masuk.

"Kalian tidak bisa berbuat seenaknya. Ini perbuatan yang tidak menyenangkan namanya. Aku akan lapor polisi," teriak Hirano.

"Lapor saja. Aku ingin lihat, sebatas mana kelegalan bisnismu ini. Sebelum polisi selesai memeriksanya, aku pastikan semua tempat ini sudah aku ratakan dengan tanah," ujar Arman.

Hirano terdiam. Setelah memeriksa hampir 1 jam, anak buah Arman keluar dengan tangan kosong. Arman kembali menatap tajam kearah Hirano.

"Kalau terbukti adikku kamu sembunyikan, atau kamu mencoba ingin mencarinya di belakangku. Aku akan memisahkan kepalamu dari tubuhmu."

"Begitu juga kalau aku mendapati adikku dalam keadaan mengenaskan, maka aku akan membuatmu mati secara mengenaskan pula," sambung Arman.

Hirano kemudian mundur dan masuk kedalam bersama anak buahnya. Hanya Max yang masih tampak tinggal. Saat Arman berbalik badan, Max menahan langkah pria itu.

"Tunggu!" Max perlahan mendekati Arman dan berdiri tepat dihadapan pria itu.

"Waktu anak buah Hirano mengejarnya, dia terdesak dan terjun bebas dari atas jembatan. Aku sudah berusaha menolongnya, tapi dia menolak dan ingin aku melepaskan tangannya. Dia bilang ingin mencari peruntungan sendiri," ujar Max.

Arman mengerutkan dahinya. Dia ingin menilai kejujuran dimata pria itu.

"Atas dasar apa kamu memberitahuku, sementara kamu salah satu dari mereka?" tanya Arman.

"Aku tidak bisa menjelaskan dengan detail kenapa aku melakukannya. Tapi lebih baik anda mengecek ujung aliran jembatan di jalan X. Aku berrharap dia baik-baik saja. Kalau kalian berhasil menemukannya, katakan padanya jangan lupakan janjinya yang ingin menemuiku." Jawab Max.

Max kemudian berbalik badan dan pergi. Arman dan anak buahnya pun pergi. Arman bergegas menghubungi tim SAR agar membantunya menyusuri aliran sungai di bawah jembatan.

"Lensi. Aku yakin semua keputusanmu sudah kamu perhitungkan dengan matang. Termasuk keputusanmu melompat dari jembatan ini. Jangan mengecewakan abang, jika kamu selamat cepatlah temui abang," batin Arman.

Arman memang sudah menganggap Lensi seperti adik kandungnya sendiri. Tidak seperti anak-anak orang kaya pada umumnya, Lensi tidak pernah merendahkan keberadaan mereka yang hidup dijalanan dan mencari uang dengan cara kotor. Lensi juga selalu membantunya dalam segi dana, saat mereka sedang mengalami kesulitan. Jasa Lensi pada kelompok mereka sangat besar, itulah sebabnya Arman tidak bisa menolak saat Lensi butuh bantuannya.

1
Lilo Stitch
*fatimah bukan lensi. sorry banyak typo
Lilo Stitch
*menyaksikan
Lilo Stitch
hahaha setuju
Lilo Stitch
*sempat
Lilo Stitch
baru ingat aisyah yg pernah di tolong lensi kan waktu mobil mrk di keroyok preman trs lengan lensi terluka
Lilo Stitch
menantang
Indah Permatasari
Gila gilaa gilaa ga tau lagi mau ngucapin apa sama novel ini, keren dan banyak pembelajaran (walaupun aku nonis, tp aku juga paham dikit² ilmu islam). Nyesel baru ketemu novel ini kemarin hari senin/selasa. The best banget sih thor novel ini.
Anonymous
j
Siti S
Luar biasa
Dian Dian
/Facepalm//Facepalm/
Khoerun Nisa
knp GK bilng aja suami istri knp harus muter2 oon kmu
Khoerun Nisa
ko bisa ya GK jeda klu wanita kn klu udh keluar di gempur lagi akan sakit lh GK BS trus2an
Khoerun Nisa
serasa buang air besar klu bilng hajat
Khoerun Nisa
hkik aku bahkan tak hapal surat Al rahman klh SMA novel
Khoerun Nisa
bukn merebut kembali tp mmbelinya klu gtu oon bgt ku kira bkl ambil tnpa mengeluarkan uang
Khoerun Nisa
kebnyakn dendammerebut perusahaan hrus dgn bngkrut dulu lalu di bayar tp menurutku merebut tnpa mengeluarkan nilai dn dlm keadaan utuh itu baru kern itu bukn merebut hak milik klu gtu tp membeli
Khoerun Nisa
knp harus bgtu tingkah mu lansia knp GK jujur mlh mmbuat rumit klu bnr2 GK siap nikah
anis suranti
Luar biasa
Anonymous
n
Nurhayati Lubis
kabar org tua lensi apa cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!