MENIKAHI DEWI JUDI
"Mau kemana lagi kamu?"
Surya gemilang menutup koran yang dia baca, dan beranjak dari tempat duduknya. Pria parubaya itu melepas kaca mata bacanya, dan meletakkannya diatas meja. Seperti biasa Lensi tidak menatap kearah wajah orang tuanya itu.
"Mau jadi apa kamu? tiap hari keluyuran, dan bergaul dengan orang yang tidak jelas itu. Kamu itu harus tahu diri kamu itu siapa. Kamu contoh dong adik kamu. Pintar, berprestasi. Papa kuliahin kamu, biar kamu jadi anak yang berguna dan bisa meneruskan usaha keluarga nantinya. Kalau begini caranya, jangan salahkan papa kalau perusahaan akan papa serahkan ke adik kamu,"
Surya dengan panjang lebar menceramahi Lensi. Ceramah yang sama, namun pada kenyataannya Lensi sudah tahu ending yang sebenarnya.
"Terserah!" ucap Lensi.
"Dasar pembangkang kamu! Apa kamu ingin melihat orang tuamu kena serangan jantung, baru kamu akan sadar ha?" hardik Surya.
"Sayang. Kamu jangan terlalu keras dengan Echi. Dia putri kita juga," ujar Marini.
"Iya pa. Kasihan kak Echi, jangan dimarahin terus pa," timpal Vega.
Lensi memutar bola mata dengan malas, saat mendengar drama yang membuatnya sangat muak.
Lensi melangkah pergi tanpa memperdulikan ucapan Surya ataupun pembelaan palsu dari ibu tiri dan adiknya itu. Pria itu selalu mengatakan malu, saat dirinya bergaul dengan orang-orang dari kalangan bawah, bahkan bergaul dengan orang-orang dari dunia hitam. Seolah-Olah takut kalau dirinya akan mencoreng nama keluarga. Tapi pada kenyataannya tidak seorangpun ada yang mengenalnya sebagai seorang putri dari Surya Gemilang.
Sejak Surya membawa Marini dan putrinya Vega, masuk kedalam rumah setelah ibunya meninggal. Perlahan tapi pasti sikap Surya berubah padanya. Vega dan dirinya hanya berbeda usia 1 tahun. Dan itu artinya Surya dan Marini sudah melakukan hubungan terlarang, sejak usia satu tahun pernikahannya.
Tidak ada yang tahu seberapa besar luka yang Lensi rasakan. Hidup selama 10 tahun dengan ibu tirinya, Lensi cukup mengerti sebatas apa dirinya dianggap penting di rumah itu.
"Berhenti! kamu dengar tidak papa bicara apa?" hardik Surya.
Lensi mengehentikan langkahnya kembali, namun tanpa melihat kearah Surya.
"Dasar anak kurang ajar. Kamu mau jadi gadis sampah? kamu jangan lupa , kamu sudah dijodohkan dengan Alex. Kamu jangan sampai membuat malu, dia bukan orang sembarangan," sambung Surya.
Prangggg
Lensi melangkah pergi dan sengaja menyenggol vas bunga dengan tangannya. Masih dia dengar, Surya memaki dirinya sedemikian rupa. Namun Lensi sama sekali tidak perduli dan tetap pergi untuk bertemu teman-temannya.
"Dasar orang tua brengsek! tidak cukup pilih kasih selama ini? sekarang masih ingin mengatur perjodohan untukku? kamu takut dipermalukan bukan? lihat saja, kamu akan tahu seperti apa rasa malu yang sesebenarnya," gerutu Lensi.
"Loe dimana?" Lensi yang nangkring diatas motor sportnya, tengah menghubungi Okta sahabat baiknya.
"Nuju lokasi." Jawab Okta sembari menaiki motor bututnya yang suaranya bisa membuat bangun mayat dalam kubur.
"Jangan lupa beli kartu Remi sekalian. Kacang kulit dan 4 botol bir," ujar Lensi.
"Siap. Jangan lupa ganti uangnya," ucap Okta dari seberang telpon.
"Sejak kapan aku nggak pernah ganti? dasar pelit," ujar Lensi.
"Ya harap dimaklum. Gue bukan anak pengusaha kayak loe. Duit loe bejibun,"
"Bejibun kepala loe. Kayak nggak tahu nasib gue aja loe," ucap Lensi yang dijawab kekehan oleh Okta.
Okta lah yang paling tahu, bagaimana Lensi diperlakukan oleh keluarganya. Sejak Lensi memutuskan untuk hidup sesuai gayanya sendiri, Surya menarik semua fasilitas yang dia nikmati selama ini. Termasuk ATM dan mobil. Uang saku yang harusnya dia dapatkan tiap bulan, sudah tidak pernah dia nikmati lagi karena sudah di sabotase oleh Marini dan putrinya. Dan tentu saja Surya tidak pernah tahu akan hal itu.
Satu-Satunya harta yang dia punya adalah motor sport hadiah ulang tahun dari ibunya. Yang dia dapatkan ketika usianya 17 tahun. Semua yang dia miliki hampir sudah dirampas habis oleh Ibu tiri dan putrinya. Mulai dari kamar pribadinya, barang-barangnya, termasuk kasih sayang surya padanya.
"Ah...akhirnya datang juga Dewi judi kita," ujar pak karman salah satu teman Lensi dimeja judi kelas teri.
"Okta belum datang pak?" tanya Lensi yang turun dari motor sportnya.
"Belum." Jawab pak karman.
"Nggak bawa minuman loe nyet?" tanya Riko.
"Nanti. Si beruk akan datang sebentar lagi." Jawab Lensi sembari meraih rokok dari jari Riko.
"Udah lecek nih kartu kita. Ganti baru dong," ujar Mawan.
"Okta akan bawa nanti." Jawab Lensi sembari menghisap rokok dalam-dalam, sebelum akhirnya menghembuskan asapnya di udara bebas.
"Suntuk banget muka loe nyet? bertengkar lagi ama bokap loe?" tanya Riko.
"Ya gitu. Orang tua cetakkan jaman siti nurbaya masih aja mau jodohin gue." Jawab Lensi.
"Emang sama siapa sih? kamu jangan mau kalau dijodohin sama aki-aki tua, atau sama perjaka buluk. Kita nggak rela kamu secantik ini dapat perjaka buluk atau aki-aki bangkotan," tanya pak Karman.
"Nggak tahu. Katanya sih pengusaha." Jawab Lensi.
"Pengusaha apaan? kayak bokap loe pengusaha gede aja. Bokap loe cuma peternak lele, paling calon laki loe cuma usaha ternak mujaer," timpal Riko.
"Ho'oh Dew. Mending loe kawin ama sih Riko dah. Dia kan punya kebon jengkol banyak. Sama aja jadinya, loe dapat juragan jengkol dari kampung kucrut," ucap Mawan.
"Ogah ah kawin ama loe nyet. Bisa-Bisa hasil dagangan gue, loe pakai buat judi. Bangkrut gue ntar," ujar Riko.
"Yey...sialan si musang kalau ngomong. Gue juga kagak selera ama elu. Mulut loe nah jigong jengkol semua. Lagian ya, gue judi juga kagak pernah kalah. Emang loe yang bego kalah muluk?" ucap Lansi sembari melempar puntung rokok yang mengenai lengan Riko.
"Aduhhh...sakit nyet. Ganas amat," ujar Riko sembari mengelus lengannya.
"Pokoknya loe pada bantuin gue, buat kabur dari perjodohan itu," ucap Lensi.
"Kabur bagaimana Dew? kalau ketahuan bagaimana? bisa di gorok loe ntar ama bokap loe," tanya Pak Karman.
"Kagak bakalan ketahuan. Pokoknya saatnya tiba nanti, kalian akan gue hubungi. Gue bayar deh loe semua." Jawab Lensi.
"Bayar berapa? ogah kalau cuma ceban. Ceban cukup gue jual jengkol sekilo," tanya Riko.
"Ya elah perhitungan amat loe. Gue janji akan bayar loe pada 5 jeti satu orang." Jawab Lensi.
Brakkkkkk
Pak Karman menggebrak meja, hingga membuat Lensi dan teman-temannya mengelus dada karena terkejut.
"Apaan sih pak? jantungan ini?" tanya Riko.
"Setuju. Janji ya Dew? duitnya bisa bapak pake buat daftar sekolah si Djalu noh," ujar pak Karman.
"Dewi dipercaya. Kalau gue mah sama sekali kagak percaya. Duit darimana dia?" tanya Riko.
"Eh? benar juga. Loe dapat duit dari mana Dew buat bayar kita?" tanya pak Karman.
"Tunggu sampai waktunya tiba. Nanti gue akan bayar sehari sebelum acara." Jawab Lensi.
"Nah...kalau itu baru gue setuju," ucap Riko yang langsung dapat cebikkan bibir dari Lensi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-10-26
0
Anonymous
keren
2024-10-16
0
Anonymous
k
2024-10-05
1