Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 : Tuan David
Kayyisa, yang merasa tertekan dengan kondisi Shereny, mulai menceritakan kenangan masa lalu yang menyedihkan tentang keluarga Shereny kepada Alfaro. Kayyisa menatap jauh, mengenang masa lalu, dan mulai bercerita dengan suara bergetar. "Aku ingat saat Shereny masih kecil. Dia hanya berumur enam tahun ketika semua itu terjadi. Ayahnya... dia sering memukuli mendiang ibunya." Cerita Kayyisa dengan isak tangis.
Alfaro terkejut dan prihatin, namun ia tetap mendengarkan cerita dari Kayyisa. Ia merangkul bahu Kayyisa.
Kayyisa pun mengusap air mata dengan tisu "Dia sangat kuat, tapi semua itu meninggalkan bekas yang dalam di hatinya. Aku ingat dia sering terlihat sedih dan kesepian. Tidak ada anak seharusnya mengalami hal seperti itu."
Alfaro menyeka rambut Kayyisa yang sedikit menutupi wajahnya "Apakah dia pernah bercerita tentang traumanya padamu?"
Kayyisa menggeleng "Tidak banyak. Dia selalu berusaha untuk terlihat kuat dan tidak ingin orang lain khawatir. Tapi aku tahu bahwa itu membekas dalam dirinya."
"Dia selalu memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya. Dia rela melakukan apa saja, bahkan sebagai anak kecil. Semua itu demi ibunya yang sakit." Lanjut Kayyisa.
Alfaro pun terharu "Betapa kuatnya dia. Tidak seharusnya seorang anak memikul beban seperti itu."
Kayyisa mengangguk "Iya, dan sekarang, setelah semua yang dia lalui, dia harus menghadapi situasi ini sendirian. Aku bodoh tidak mampu menjaga Shereny."
Alfaro memeluk Kayyisa "Keamanan Shereny itu punya tanggung jawab penuhmu. Semua orang akan menjalani hidup masing-masing." Alfaro melepas pelukannya dan mengusap pipi Kayyisa. "Jika Shereny mampu meminta tolong padamu saat itu, mungkin kamu akan sigap untuk menolongnya. Tapi ini semua sudah terjadi, tidak ada yang salah di antara kamu, Elvano, atau aku. Kita semua memiliki tanggung jawab masing-masing. Bahkan aku yang bekerja dengan Elvano cukup lama, aku tidak tahu bahwa Elvano akan memiliki rasa pada Shereny. Karena semuanya tampak biasa saja tidak ada hal apapun yang di curigai bahwa mereka memiliki hubungan dekat hingga Shereny hamil." Jelas Alfaro dengan nada menenangkan.
"Alfaro..." Kayyisa memeluk Alfaro kembali "Terima kasih, aku jauh lebih lega dan juga lebih tenang ketika mendengar seluruh nasihatmu." Ujar Kayyisa sambil mengusap airmatanya. Alfaro tersenyum lembut dan menepuk perlahan punggung Kayyisa.
Alfaro melepas pelukan dari Kayyisa dan memegang kedua bahu Kayyisa "Yuk, kita temani Elvano. Dia juga butuh dukungan. Aku yakin dia akan bertanggung jawab pada Shereny dan aku juga yakin Arga setuju kalau Shereny akan menjadi mamanya Arga."
Tak lama setelah percakapan antara Kayyisa dan Alfaro, Telepon berdering, dan Alfaro melihat nama kakeknya Elvano, yaitu David Handoko di layar. Ia menjawab dengan rasa penasaran. "Halo, Tuan David. Ada yang bisa saya bantu?"
Tuan David pun sangat geram dan langsung membentak di telepon "Alfaro! Apa benar yang aku dengar? Kalau Elvano menghamili baby sitter itu?!" Alfaro sedikit menjauhkan telepon dari telinganya dengan bibir yang komat kamit karena ia terkejut dan berpikir gendang telinganya akan pecah.
"Begini tuan..." Alfaro mencoba untuk menjelaskan namun Tuan David sudah dipenuhi dengan amarah. "Tidak ada yang perlu kau jelaskan. Biarkan saya yang membuat Elvano menjelaskan situasi ini!"
Alfaro merasa tertekan dan sudah membayangkan apa yang akan dilakukan oelh Tuan David. Entah bagaimana nanti Elvano membujuk kakeknya yang keras itu.
"Ini adalah masalah serius, dan Elvano harus bertanggung jawab. Segera datang ke rumah!" Lanjut tuan David. Telepon terputus, dan Alfaro merasa bingung dan cemas.
Alfaro dan Kayyisa melangkah mendekati Elvano dan Arga. Elvano terlihat sangat tertekan, membungkukkan tubuhnya sambil menutup wajahnya dengan tangan.
Kayyisa berbisik kepada Alfaro "Dia terlihat sangat hancur. Apa yang akan kita katakan?"
Alfari berkata setelah menghela nafas berat "Aku harus memberitahunya tentang telepon kakeknya. Ini tidak bisa ditunda."
Alfaro menepuk bahu Elvano dengan lembut. "Pak Elvano, maaf. Tuan David baru saja meneleponku." Elvano mengangkat kepalanya sedikit, tetapi tidak berani menatap Alfaro. "Apa yang dia katakan?" Tanya Elvano dengan suara pelan.
Alfaro berusaha untuk menyusun kata-kata "Beliau sangat marah. Beliau tahu tentang situasi ini dan ingin anda datang ke rumahnya besok pagi." Elvano akhirnya mengangkat wajahnya, terlihat bingung dan ketakutan. "Aku tidak tahu harus bagaimana. Kakek pasti sangat kecewa padaku."
"Papa, apakah kakek akan memarahi papa dan memukul papa seperti saat itu?" Tanya Arga sedih Alfaro hanya bisa menundukka kepala dan menahan kesedihan, Kayyisa pun terkejut dengan perkataan dari Arga, namun ia tidak bisa berkomentar apapun. Elvano menatap Arga dan mengusap pipi Arga "Arga anak pintar papa, Arga mau tidak temani kak Kayyisa dan menunggu kak Shereny?"
"Aku ingin panggil kak Shereny, mama. Boleh papa" Tawar Arga dengan senyuman lucunya. Elvano mengangguk dan memeluk Arga "Arga, Arga pernah menjadi superhero dengan mama Shereny?"
"Pernah papa! Arga dan mama menjadi superhero yang kuat!" Ujar Arga dengan semangat. Elvano mengusap pipi Arga "Jika salah satu superhero sakit, superhero lainnya harus menemani dan menyemangati. Papa harus bertemu dengan kakek, apabila mama Shereny sadar, Arga harus menemani mama Shereny ya?"
"Siap papa!" Jawab Arga dengan senyuman dan semangat.
"Alfaro, ayo kita pergi. Saya harus bersiap untuk bertemu kakek besok pagi." Perintah Elvano. Alfaro pun menuruti Elvano dan berjalan tepat di belakangnya.
...****************...
Kakek Elvano, David, adalah seorang yang dikenal keras dan disiplin. Ketika ia mengetahui bahwa Shereny hamil, ia merasa perlu untuk memberikan hukuman kepada Elvano. Ruang tamu di rumah Tuan David. Kakek berdiri dengan tongkat golf di tangannya, wajahnya menunjukkan kemarahan yang mendalam.
Tuan David "Elvano! Kamu benar-benar telah melampaui batas! Hamil di luar nikah dengan baby sitter? Apa yang ada di pikiranmu?"
Elvamo pun panik dan langsung mendekati kakeknya, "Kakek, saya minta maaf. Itu adalah kesalahan yang sangat besar. Saya tidak tahu bagaimana bisa terjadi..."
Tuan David mengambil tongkat golf, "Kesalahan? Ini bukan sekadar kesalahan! Ini adalah aib bagi keluarga kita! Sekarang, berlutut!"
Elvano sangat terkejut "Kakek, tolong jangan lakukan ini. Saya sudah mengerti kesalahan saya!"
"Berlutut, Elvano! Kamu perlu merasakan konsekuensi dari tindakanmu. Ini adalah pelajaran yang harus kamu terima!" Tuan David semakin marah dan mulai beebicara dengan nada tegas.
Elvano perlahan berlutut, wajahnya penuh penyesalan "Saya akan bertanggung jawab, Kakek. Tolong, jangan lakukan ini."
Tuan David mengangkat tongkat golf "Kamu perlu belajar untuk menghargai keluarga dan tanggung jawabmu. Ini adalah cara saya untuk mengingatkanmu!"
"Saya berjanji akan memperbaiki semuanya. Saya akan mendukung Shereny dan anak kami. Tolong, Kakek, jangan..." Ucap Elvano dengan nada bergetar.
Tuan David pun menurunkan tongkat golfnya sedikit, tetapi masih marah "Kamu harus ingat, Elvano. Tindakanmu memiliki konsekuensi. Jika kamu tidak bisa mengubah dirimu, maka kamu tidak layak untuk memimpin keluarga ini." Tuan David menatap Elvano dengan serius, memberikan kesempatan untuk merenungkan kesalahannya.