Mertua Dan Ipar Dari Surga

Grace menangis di pelukan Abi. Rambut acak-acakan. Pakaian sobek dimana-mana. Bahkan di lengan Grace banyak bekas cakaran.

Abi sangat kasihan melihat Mantan pacar nya itu. Ia tidak menyangka jika Hanin bisa melakukan hal semengerikan ini.

Abi harus bicara pada Mama nya. Ini tidak bisa di biarkan. Hanin sudah sangat keterlaluan.

"Ayo ikut aku."

"Kita mau ke mana?"

"Ikut saja dulu."

"Baiklah. Tapi gendong ya. Aku udah nggak sanggup lagi untuk berjalan. Badan ku lemas dan aku,,,,"

"Iya. Baiklah."

Abi pun menggendong Grace layak nya pengantin baru. Grace senang sekali saat di gendong oleh Abi.

Ia tidak akan membiarkan si kampung Hanin mengambil Abi dari diri nya. Sampai kapan pun, Abi adalah milik nya.

Grace pun masuk ke dalam mobil milik Abi. Dan mereka pun pergi ke suatu tempat. Grace mengira jika ia akan di bawa ke hotel.

Tapi ternyata Grace salah. Abi malah membawa nya ke rumah Mama nya. Grace akan diam saja untuk saat ini.

Mobil milik Mama nya Abi pun sudah terparkir di halaman. Mereka pun baru saja sampai tadi.

Saat ini, baik Hanin dan Bu Ambar, sedang melihat pakaian yang baru saja mereka beli. Hanin sangat suka dengan semua nya.

"Ma,"

"Abi, kamu lihat deh, ini."

Perkataan Bu Ambar terhenti. Ia melihat Abi sedang bersama dengan wanita yang ia temui tadi di parkiran. Bu Ambar hanya diam saja.

"Ma, Abi mau bicara."

"Silahkan. Apa yang mau kamu bicarakan?"

"Ma, bukan kah Abi sudah mengatakan pada Mama, jika Abi dan Grace sudah putus?"

"Iya. Terus?"

"Lalu, mengapa Mama membiarkan Hanin menganiaya Grace. Lihat lah rambut nya, pakaian nya dan tubuh nya yang di ca-kar Hanin."

"Di ca-kar Hanin?"

"Iya. Mama aja terkejut kan. Kita tidak menyangka, wanita polos dan lugu itu ternyata bar-bar. Abi nggak mau nikah dengan wanita seperti itu, Ma."

"Abi, apa kamu ada bukti, kalau Hanin yang sudah melakukan nya pada Grace?"

"Tidak, Ma."

"Jadi, dari mana kamu bisa mengambil kesimpulan? Kamu bahkan tidak ada di sana."

"Aku percaya Grace, Ma."

"Dan kamu nggak percaya Mama?"

"Bukan begitu Ma. Lihat lah kondisi Grace saat ini."

Hanin tiba-tiba bangun dari duduk nya. Ia pun menghampiri Grace dan Abi.

"Mau apa lagi kamu?" Tanya Grace.

"Mau lihat bekas cakaran kucing garong."

"Untuk apa? Kamu mau mencakar nya lagi?"

"Eh, nggak boleh fitnah. Berdosa kakak. Hanin mana pernah nyakar orang. Lihat aja ni kuku Hanin pendek-pendek. Mana boleh kita panjangin kuku. Nanti air wudhu nggak bakal sampai."Ucap Hanin sambil memperlihatkan kuku nya pada Abi.

Benar saja. Jika kuku Hanin sependek itu, bagaimana mungkin ia bisa mencakar Grace. Bahkan bekas nya saja sangat dalam.

" Bisa jadi kan, kamu potong kuku nya tadi."

"Astagfirullah kakak ini. Mana boleh potong kuku malam-malam. Nanti bakal di datangi kuntilanak. Mau kakak?"

"Hanin benar. Bukan Hanin yang mencakar Grace. Kami memang bertemu di parkiran. Tapi, Grace yang bahkan ingin mencari masalah dengan Hanin."

"Itu bohong Abi. Kamu percaya aku, kan."

Kini giliran Abi yang bingung. Siapa yang harus ia percaya. Grace selama ini memang tidak pernah membohongi diri

nya. Ia selalu jujur.

Sedangkan Mama nya, juga begitu. Mama nya lembut dan penuh kasih sayang. Tidak mungkin, Mama nya mau menikah kan ia dengan wanita yang bar-bar dan suka mencakar.

"Bang Abi, apa benar Bang Abi udah tidur sama kakak itu? Dia bilang, dia nggak mau pisah karena itu. Tapi kan, Bang Abi akan menikah dengan Hanin. Jadi, nggak boleh lagi gitu ya nanti."

Wajah Grace memucat. Demi apa Hanin tiba tiba membahas hal itu. Jangan di tanya seperti apa Abi saat ini. Ia bahkan sangat malu.

" Kita ke rumah sakit, Grace. "

" Untuk apa? Aku baik-baik saja kok."

"Untuk memeriksa. Kuku siapa yang telah mencakar mu."

"Nggak perlu Abi. Aku mending pulang aja."

"Baiklah. Aku pesan kan taksi online. Tolong jangan pernah menghubungi ku lagi. Kita sudah putus."

Grace tidak bisa berkata-kata. Abi memang bukan tipe Pria yang suka marah. Jika marah, ia lebih baik diam. Maka dari itu, hal yang paling horor bagi Grace adalah, saat Abi sudah marah.

Grace pun pulang tanpa bisa membela diri. Tidak perlu dengan cara marah-marah. Hanin begitu baik dalam melawan Grace.

"Bang Abi, boleh Hanin nanya sesuatu?" Tanya Hanin saat melihat Abi akan masuk ke dalam kamar nya.

"Mau nanya apa?"

"Hmm,, bar-bar itu artinya apa?"

Uhuk..

Bu Ambar yang sedang minum hampir saja tersedak. Bagaimana mungkin Hanin tidak tahu arti bar-bar.

"Lihat lah Abi, bar-bar saja dia tak tahu. Lalu, kalian malah menuduh nya. Dan dia, tetap baik pada mu."

Bukan nya menjawab, Abi malah masuk ke dalam kamar. Ia sungguh malu. Malu telah menuduh Hanin. Malu karena di tuduh telah tidur dengan Grace. Dan malu, pada Mama nya sendiri.

Sepeninggal Abi, Hanin dan Bu Ambar masih melihat-lihat pakaian yang mereka beli tadi. Secepat itu Hanin berubah. Ia bahkan tidak mempermasalahkan Grace yang sudah menuduh nya.

Entah terbuat dari apa hati Hanin. Sehingga ia bisa dengan mudah memaafkan dan melupakan segala nya.

"Hanin,"

"Iya, Bu. Ada apa?"

"Apa Hanin tidak marah?"

"Marah kenapa?"

"Karena Grace udah fitnah Hanin."

"Enggak. Kan Ibu percaya sama Hanin. Jadi, untuk apa marah. Marah itu bikin capek."

"Iya sih. Kalau seandainya Ibu nggak percaya Hanin, gimana?"

"Hanin nggak tahu. Kan kejadian nya belum terjadi."

"Eh,,,"

Bu Ambar hanya tertawa kecil saat mendengar apa yang di katakan oleh Hanin.

Bu Ambar jadi penasaran dengan keluarga Hanin. Rumah peninggalan orang tua nya sangat bagus untuk ukuran orang yang tinggal di desa.

Jika Hanin mengatakan orang tua nya memiliki hutang, buat apa keluarga Om dan Tante nya tinggal di sana.

Seperti nya, Bu Ambar harus menyuruh seseorang untuk mencari tahu tentang masa lalu Hanin.

Pasti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh keluarga Tante nya. Kasihan Hanin jika memang ia memiliki hak sebagai anak. Tapi, ia malah di jadikan babu di rumah nya sendiri.

"Halo Boy,"

"Iya, Bu Ambar. Ada apa?"

"Aku ada job. Nanti aku kirimkan apa saja. Tolong cari tahu sedetail mungkin ya. Kalau memang aku suka, aku kasih banyak bonus. Ingat, apapun itu jangan ketinggalan."

"Siap, Bu Ambar. Rahasia aman dan terkendali."

"Bayaran nya, akan aku lipat gandakan plus bonus."

"Oke. Misi di terima."