Aku menganggap mereka sebagai keluarga, mengorbankan seluruh hidup ku dan berusaha menjadi manusia yang mereka sukai, namun siapa sangka diam diam mereka menusukku dari belakang. Menjadikan ku sebagai alat untuk merebut kekuasaan.
Ini tentang balas dendam manusia yang tak pernah dianggap keberadaan nya. Membalaskan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah dilihat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Menikah
Rania masih beristirahat dirumah, ia cuti beberapa hari atas paksaan ayahnya. Hari itu setelah sekian lama, akhirnya keluarga besarnya sarapan bersama kembali. Walau suasana terasa canggung dan sama sekali tidak ada yang memulai percakapan.
Herman meletakkan sendok nya diatas piring yang sudah bersih, ia menatap seluruh anggota keluarga nya yang masih sibuk dengan makanan masing masing.
"Ada yang ayah perlu sampai kan pada kalian."
Perkataan Herman mampu menarik semua perhatian mereka, Diana, Rania dan Sandra kini menatap wajah Herman dengan serius.
"Sebelumnya ayah mohon maaf atas kesalahan yang ayah buat. Kejadian saat pernikahan tidak luput dari kesalahan ayah, karena kurangnya didikan serta perhatian yang ayah berikan pada Diana. Tapi dengan itu, karena Rania yang menjadi korban dia tidak minta pertanggungjawaban apa apa, mengingat Diana adalah adik yang sangat ia sayangi.
Namun mengingat perlakukan yang tidak senonoh yang telah dilakukan oleh Diana dan Arya, maka mau tidak mau ayah akan menikahkan kalian berdua."
Sontak saja Diana dan Sandra menjatuhkan sendok yang mereka pegang. Sementara itu, Rania terus saja melanjutkan aktivitas nya. Dia sudah tidak kaget, karena malam sebelumnya, ayahnya telah membicarakan hal tersebut, dan atas usul dia juga Diana dan Arya harus menikah.
"Mas, tapi...."
"Tidak ada bantahan, saya sudah memikirkannya matang matang. Pernikahan akan diadakan minggu depan secara tertutup, hanya akan dihadiri oleh keluarga inti saja."
Diana yang mendengar hal tersebut membanting sendok, lalu pergi dari sana.
"Mas, jika kamu menikahkan Diana dengan Arya maka semua orang akan mengatakan bahwa isi video tersebut benar adanya."
"Ya memang benar, kamu pikir saya bodoh untuk mempercayainya begitu saja tanpa memastikannya kembali. Rania masih berbaik hati tidak menuntut apa apa, jadi ini pilihan terbaik untuk Diana." Setelah mengatakan hal tersebut Herman pergi dari ruang makan.
Kini hanya ada Sandra dan Rania yang masih sibuk dengan makanan nya. Sandra menatap anak tirinya itu dengan tajam, lalu memegang erat tangan gadis itu menghentikannya menyuap makanan.
"Ini pasti ulah kamu kan."
Rania menatap ibu tirinya dengan malas. "Jika iya, memangnya kenapa?"
"Kamu...."
"Kenapa? mau marah. Harusnya saya yang marah, didik anakmu itu supaya tidak jadi wanita murahan."
"Berani kamu mengatakan anak saya murahan." Sandra sudah mulai tersulut emosi.
"Iya, sama seperti mu."
Sandra sudah geram, ia mengangkat tangannya untuk menampar anak tirinya. Namun tangannya terlebih dahulu ditahan oleh Rania.
"Jangan berani menyentuhku, kalau kamu tidak mau terjadi sesuatu pada anakmu." Setelah mengatakan hal tersebut, Rania menghempaskan tangan Sandra dan pergi dari sana.
Sandra mengepalkan tangannya, menatap kepergian Rania. "Kenapa tidak sekalian kamu mati waktu itu bersama ibumu."
*
Diana benar benar kesal, dia masih belum ingin menikah, apalagi bersama Arya. Waktu itu dirinya hanya khilaf, tapi siapa sangka akan menjadi bencana.
Direktur dimana tempat dirinya bekerja terus saja menelepon, hari itu Diana memutuskan untuk datang. Seperti yang sudah ditebak oleh nya, saat dirinya datang semua mata yang ditemuinya tertuju pada nya.
"Wis, pelakor datang." Ucap Veron menghadang langkah Diana.
"Gimana rasanya tidur sama calon kakak ipar, enak?" Ucap Nathalie.
"Enak dong, lebih menantang. Apalagi dalam mobil, sempit sempit panas. Ups, keceplosan." Siska pura pura menutup mulutnya.
Diana tidak bisa melawan mereka, karena dia hanya seorang diri sedang kan dihadapannya ada tiga gadis. "Tolong minggir."
"Kasih jalan, kasih jalan. Takutnya kalau gak dikasih nanti dia ngembat pasangan orang." Mendengar ucapan tersebut sontak semua orang yang berada disana tertawa.
Diana hanya bisa mengepalkan tangannya erat erat, dia melenggang pergi dengan rasa malu dan kesal secara bersamaan.
Direktur yang melihat kedatangan Diana langsung menyuruhnya duduk, lalu memberikan berkas. Dian menerimanya dan langsung membaca berkas tersebut.
"Pembatalan kontrak?"
"Kamu hanya perlu tanda tangan, setelah itu tidak perlu menginjakkan kaki disini."
"Gak bisa gitu donk, Bu. Awal saya menandatanganinya itu masih ada dua tahun lagi." Diana mulai protes.
"Itu kalau kamu tidak membuat kegaduhan dan masalah. Masih mending saya hanya mengajukan pembatalan kontrak dan tidak minta ganti rugi, kamu tahu berapa kerugian yang kamu buat atas masalah itu. Saya banyak sekali mengeluarkan uang hanya untuk menghapus berita mu, menutup semua artikel dan vidio yang tersebar luas, dan berapa banyak kerugian yang saya alami karena semua klien memutuskan untuk tidak melanjutkan kontak kerja sama. Jadi dari pada protes, mending kamu cepat tanda tangan sebelum saya berubah pikiran."
Diana menatap kesal wajah direktur nya itu, dia dengan cepat menandatangani dokumen itu lalu membanting nya pada meja. Meninggalkan ruangan tersebut dengan raut wajah mendung.
Hari hari damainya dengan penuh pujian kini sirna begitu saja. Biasanya orang orang saat melihat dirinya akan iri atas apa yang ada pada dirinya. Keluarga harmonis, kaya dan mempunyai paras cantik serta mempunyai pekerjaan yang mumpuni.
Tapi kini semua tatapan itu berubah menjadi tatapan menjijikan, seolah olah Diana adalah hal yang sangat dihindari. Yang tadinya memuji muji diri nya, kini berbalik dan paling keras dalam menghina juga mencaci makinya.
Menyebar luaskan kebencian, sehingga yang tidak tahu jadi ikut ikutan membenci dirinya. Semua itu akibat Rania, Rania adalah dalang dibalik kemalangan yang terjadi atas dirinya.
Diana tidak akan tinggal diam, dia akan membalas perbuatan gadis itu berkali kali lipat.
Diana menuju parkiran, tapi ia terkejut mendapati mobil kesayangannya penuh dengan coretan.
Pelakor, Sampah masyarakat, Wanita murahan. Dan masih banyak lagi kata kata hinaan lainnya.
Diana memukul mobil itu dengan tas yang ia bawa, menendang ban mobil dengan hills yang ia pakai. Ia menyalurkan semua rasa kesalnya, berteriak seperti orang kesetanan.
*
Suara dering telepon terdengar, Danu langsung mengambil handphone nya lalu menerima panggilan tersebut.
"Hallo Om, ada apa?"
"Rania sedang berada dirumah, dia masih cuti sakit. Jika kamu ingin menjenguk nya pastikan untuk membawa tiramisu." Ucap Herman dari sebrang telepon.
Danu tersenyum, Herman ternyata benar benar membantunya dalam melakukan pendekatan. "Baik Om, apa ada lagi yang perlu saya bawa selain itu?"
"Tidak ada, tapi ingat! jangan macam macam, atau saya hapus dari daftar calon menantu." Peringat Herman.
"Siap Om." Setelah itu panggilan ditutup.
Danu memakai jas nya, sedikit merapikan diri. Kemudian dia mencari di internet tempat dimana dia bisa mendapatkan tiramisu terbaik.
Danu bersenandung kecil, menenteng tiramisu yang telah berhasil ia dapatkan. Memasuki pekarangan rumah Rania. Dia masuk kedalam rumahnya namun dirinya malah melihat hal yang diduga.
Danu segar berlari menghampiri nya, kemudian.....
BERSAMBUNG......
Tolong dijawab