seorang pemuda berusia 18 tahun bernama Dylan Hopkins, adalah seorang dokter magang yang rajin, berwajah tampan dan berkharisma. ditengah kesibukannya, dia tiba-tiba mendapat telpon dari orang yang tak dikenal untuk menginformasikan bahwa
wanita yang dia pacari selama tiga tahun tiba-tiba melangsungkan pertunangan dengan pria lain.
wanita itu mengkhianatinya hanya karena dia miskin dan bukan dari keluarga kaya.
Yang lebih menyakitkan lagi, ditengah rasa sakit hati karena dikhianati sang kekasih,
Dia malah dipecat dari pekerjaannya.
namun suatu ketika, dia tiba-tiba mendapat kekuatan misterius dari cincin yang pernah dia berikan pada mantan pacarnya sebagai hadiah.
cincin tersebut merupakan cincin peninggalan yang ditinggal oleh orang tua kandungnya.
sejak saat itu kehidupan Dylan mengalami peningkatan baik ekonomi, ilmu medis, bela diri dan kekuatan super lainnya. bagaimana kisah selanjutnya nongkrong terus ya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Hubungan Kita Sekarang?
Enak sekali nih tidurnya. Apa lagi bantal hotelnya sangat nyaman.
Dylan merasakan sesuatu yang empuk dan kenyal. Bantal kok sehangat ini ya!
"Nyaman, ya?"
Seketika Dylan terkesiap mendengar suara dingin itu, seperti bom waktu akan meledak Dylan Merasakan ledakan amarah dari seseorang, dia menoleh dan mendapati sepasang mata yang indah, sedang memelototinya.
Ternyata yang empuk dan kenyal itu adalah dua gunung kembar milik Cindy. Dylan ternyata menjadikan kedua gundukan itu sebagai bantalnya.
"Eh nona ini!"
"Mungkin kamu tidak akan percaya kalau ini hanya kesalahpahaman. Semalam saya kelelahan karena merawat anda dan menstabilkan kerja obat bius yang ada dalam tubuh anda."
Dylan lalu berbalik dengan cepat karena situasi ini terlalu canggung.
"Bagaimana menurutmu?" Cindy merapikan dan menutup dadanya yang sedang ditatap Dylan.
Sulit untuk melihat perubahan suasana hati wanita ini. karena tatapannya tidak pernah berubah, selalu dingin dan tajam. Cindy merasa dirinya tak karuan jika bertemu tatap dengan pria didepannya ini.
Cindy hanya mengingat beberapa hal tentang kejadian semalam yang bahkan tidak pernah terpikirkan didalam hidupnya.
Dia bahkan memberikan uang dan memohon-mohon pada pria itu agar mendapat pertolongannya.
Entah apa yang dilakukan pria ini selanjutnya karena dia sama sekali tidak mengingatnya.
Namun siapa yang akan percaya jika diantara keduanya tidak melakukan apapun.
Cindy begitu menawan dan mempesona, pria mana yang tidak tergoda dengan pesonanya.
Ada begitu banyak pria dikota white Bear yang mengejar dan ingin melakukan hubungan seks dengannya. Karena Dylan juga pria, apakah dia setangguh itu menahan pesona Cindy?
Mustahil ...
Dylan pun bertanya dengan pelan, "Nona, namamu Cindy kan?"
Dia tidak ingin gadis ini salah paham tentang dirinya, jadi dia buru-buru menjelaskan.
"Sebenarnya tidak ada yang terjadi semalam, kamu beruntung bertemu denganku, karena saya seorang dokter. Dan akulah yang menetralkan efek obat yang ada didalam tubuhmu."
"Lihat baju dan selimut masih utuh, dan kamu bisa memastikan sendiri apakah terjadi sesuatu padamu?"
Setelah memberikan penjelasan, ternyata dirinyalah yang berpikir berlebihan, karena Dylan merasa aneh karena sikap gadis didepannya sangat tenang.
Biasanya gadis muda dan cantik sepertinya akan bereaksi marah hingga berteriak histeris ketika mendapati dirinya berada dalam satu kamar dengan pria asing, bahkan kedua gunung kembarnya dijadikan bantal.
Dia akan menangis, panik dan menyerang bahkan mengusir atau melapor kejadian itu ke polisi.
Namun reaksi wanita ini sangat berbeda!
Karena ketenangannya inilah yang membuat Dylan semakin bingung bagaimana dia bersikap pada wanita ini. Faktanya memang tidak ada yang terjadi diantara mereka.
Dylan terus menjelaskan perlahan-lahan, meski tidak ada tanggapan dari Cindy namun dia dengan sabar menjelaskan situasi selama dirinya pingsan.
Namun detik berikutnya, Cindy terkejut karena dia melihat setetes darah diatas spray ada sedikit kepanikan terlintas dimatanya.
Dia menatap Dylan lalu spray kemudian tempat sampah yang terletak tidak jauh dari sana.
Melihat kepanikan karena ada tetesan darah diatas spray, Dylan buru-buru menjelaskan.
"Darah itu berasal dari jarimu." awalnya Dylan Tidak mengerti kenapa wanita itu tenang, lalu kemudian dia panik, Dylan melanjutkan, "coba kamu perhatikan jarimu?"
Cindy menunduk dan melihat jarinya, dan benar saja ada tetesan darah dari sana. Pria ini benar.
Cindy kembali menatap Dylan, kali ini Dia memperhatikan Dylan dari atas kebawa, tinggi 183 sentimeter, hidung mancung, alisnya keren, sorot matanya tajam.
Dan sekilas dia memperhatikan wajah pria ini sangat tampan dan segar untuk dilihat.
Dilihat dari caranya berbicara serta penampilannya, sepertinya pria ini adalah mahasiswa yang baru lulus kuliah dan berumur kurang dari dua puluhan.
Untuk beberapa waktu, Cindy hanya berbicara beberapa kata dengan suara merdu dan sedikit menggoda, "Apakah kamu masih perjaka? Atau ..."
"Jangan-jangan kamu impotensi?" Cindy sedikit mengernyit, ada ketidakpuasan diwajahnya, dan senyum menghina itu membuat Dylan tidak tau harus berkata apa.
Cindy sendiri tidak yakin dengan pesonanya sendiri, karena Dylan tidak menyentuhnya sama sekali, itu sebabnya dia mempertanyakan kejantanan Dylan.
Dari kecantikan, bentuk tubuh serta penampilannya yang begitu luar biasa, masih tidak menggoyahkan Dylan? Hanya ada beberapa kemungkinan dari pria ini, lemah, orientasi seks atau pengecut.
"Apa kamu bilang? Aku impotensi?"
Dylan melangkah ke tepi ranjang, dan langsung disambut dengan aroma tubuh Cindy yang begitu menggoda hasratnya.
Apa lagi, bahu dan leher Cindy sedikit terbuka membuat tubuh Dylan Memanas hormon dalam tubuhnya meningkat cepat.
Dengan senyum nakal, Dylan menatap Cindy dengan penuh nafsu. Suasana menjadi tidak jelas karena mereka berada dalam satu kamar, satu tempat tidur dan membahas masalah begituan.
Cindy juga memperhatikan suasana diruangan itu agak berubah, ada sedikit kepanikan dimatanya.
Namun itu tidak berselang lama, karena rasa panik itu berubah menjadi tegas.
Cindy pun membalas dengan senyuman menggoda, dan tiba-tiba dia melompat dan menghamburkan dirinya dalam pelukan Dylan, lalu berbisik "Ya kamu memang impotensi!"
"Kamu ..."
Dylan bingung, ini pertama kali baginya menghadapi wanita agresif seperti ini.
Aroma tubuh Cindy benar-benar membuatnya tidak bisa menahan hasratnya.
Kalau dia Masih bisa bertahan, berarti dia bukan laki-laki dan mengkonfirmasi perkataan Cindy bahwa dirinya impotensi.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" Kata Dylan
"Tanya saja ..."
Gila nih laki-laki, suasana sepanas ini dia bahkan masih ingin mengajukan pertanyaan?
Dylan mendekatkan wajahnya lalu bertanya "Apakah itu tempat bahagia?"
"Apa?"
"Apa maksud kamu tempat bahagia?"
Cindy sedikit mengerutkan kening, "kalau kamu ingin tahu, aku akan mengajakmu mempelajarinya!"
Dylan kembali tenang, begitu dia selesai bicara dia melompat ketempat tidur, ini masih subuh dan malam masih belum berakhir, cahaya matahari dan gelapnya malam saling menyatu. Semuanya terjadi secara alami.
merekapun akhirnya menyatu dengan gairah yang menggelora, karena Dylan sudah menahannya sejak tadi.
Setelah mereka mencapai kepuasan masing-masing, merekapun kelelahan.
Setelah beberapa lama, Dylan bangkit dan menyalahkan sebatang rokok, lalu menghembuskannya untuk menenangkan sarafnya.
Dia merasa sedang bermimpi melihat wanita berambut berantakan yang duduk disampingnya.
Kemarin Erika mengkhianatinya, dan hari ini berkencan dengan wanita super cantik yang jauh diatas level Erika.
Yang terpenting adalah, semenjak Cindy berinisiatif, dia sempat mengira kalau Cindy wanita yang berpengalaman, tapi ...
Dylan melihat bercak darah akibat robekan selaput darah yang sangat khas di spray berwarna putih itu.
Dylan kembali mengisap lalu menghembuskan asap rokoknya.
Sial, kenapa dia meras bersalah? Bukankah Cindy Yang memulainya? Lalu kenapa dia merasa seperti bersalah seperti ini?
Ditengah sibuk memikirkan kejadian yang terjadi barusan! Sebuah suara gemercik terdengar dari belakang, ternyata itu adalah Cindy.
Cindy masih sedingin dan setenang sebelumnya. sekarang Dia tidak menghindari pria didepannya itu, lalu mengambil pakaian dan mengenakannya kembali.
Setelah beberapa saat, Dylan merasa harus menanyakan sesuatu pada Cindy, "Jadi apa hubungan kita sekarang ini?"
"Tidak ada?"
Jawab Cindy singkat lalu berbalik badan dan pergi meninggalkan Dylan.
"Kalau kamu ingin aku bertanggungjawab, hubungi aku, namaku Dylan!"
"Aku tinggal di ..."
Sebelum Dylan menyelesaikan kalimatnya Cindy sudah pergi jauh.
Dylan bukan playboy yang habis bercinta lalu lepas tangan.
Apa lagi, dia yang menikmati keperawanan Cindy, hal itu lah yang menyebabkan Dylan mempertanyakan hubungannya dengan Cindy,
Namun sayangnya Cindy tidak mau mengakui hubungannya mereka.
Setelah keluar dari pintu kamar, Cindy menutup keras pintu itu, sontak saja Dylan menjadi kaget sekaligus panik. jangan-jangan wanita itu marah padanya?
Cindy terus berjalan, kakinya yang pegal akibat pertempuran semalam dengan Dylan membuat jalannya terlihat aneh.
**********