Kimberly adalah seorang pengantin yang memasuki altar pernikahannya, namun terkejut di atas altar itu sudah ada adik angkatnya bersama calon suaminya yang telah bertukar cincin.
"Maafkan Aku, aku sudah salah. Akulah yang merayu Kak Ramon sampai akhirnya aku hamil 1 bulan dan,, dann,,, terpaksa hari ini kami,,," ucapan adik angkat Kimberly yang menggantikannya menikah, sungguh di luar dugaan!
Ternyata selama ini, semua orang telah menipunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Surat tes DNA dikonfirmasi asli
Acara reuni berjalan dengan lancar, dan Berlian duduk di kursinya sambil sesekali menatap ke arah Kimberly yang duduk di sampingnya.
Pertunjukan di atas panggung tampaknya sangat menarik perhatian Kimberly, itu adalah seorang musisi laki-laki yang sebelumnya pernah melakukan duet dengan Berlian.
Berlian tidak terlalu mempedulikannya, sampai tiba-tiba tatapannya teralih ke sebuah pajangan di atas meja yang memantulkan bayangan mereka, Berlian mengerutkan keningnya saat melihat sepertinya ada sesuatu yang salah di wajahnya.
Berlian pun berdiri, segera berlalu ke toilet dan memasuki toilet perempuan, memperbaiki bulu matanya yang tampaknya sedikit berpindah posisi.
"Pokoknya Hari ini aku harus membalas apa yang telah dia lakukan itu!" Ucap Berlian setelah memperbaiki bulu matanya dan kembali keluar untuk kembali ke tempat acara.
Tetapi dalam perjalanannya kembali ke tempat acara, dia tiba-tiba bertemu dengan asisten sang suami yang tampaknya ikut hadir dalam acara reuni mereka sebab asisten Ramon juga salah satu alumni dari sekolah mereka.
"Kau di sini, di mana Ramon?" Berlian bertanya membuat pria bernama Wendy menghentikan langkahnya.
"Saya juga tidak tahu keberadaan bapak, terakhir kali Saya bertemu dengannya setelah menerima sebuah surat yang dikirim oleh orang tak dikenal," ucap Wendy.
"Surat dari orang tak dikenal? Memangnya Apa isi suratnya?" Tanya Berlian.
Wendy pembuang muka, tampaknya tidak ingin mengatakan hal tersebut karena sepertinya perempuan di hadapannya ini belum mengetahui apa-apa tentang isi surat itu.
Tetapi tingkah Wendy itu membuat Berlian semakin curiga sehingga dia mengulurkan tangannya menarik lengan Wendy, "katakan!" Perintah Berlian.
Wendy kembali menatap perempuan di hadapannya, terdiam sesaat sebelum berkata, "itu adalah hasil tes DNA anak yang keguguran 3 tahun yang lalu."
"A,,, apa?!" Wajah Berlian langsung berubah pucat mendengar ucapan sang asisten.
"Hasil tes DNA?" Tanya Berlian dengan nafas mulai terasa sesak.
"Ya, hasilnya menunjukkan bahwa anak yang keguguran itu tidak memiliki hubungan darah dengan Bapak," ucap Wendy seketika membuat seluruh tubuh Berlian terkulai lemas, perempuan itu langsung bersandar ke dinding dengan nafas semakin sesak.
"Itu tidak mungkin hasilnya!" Berlian menggelengkan kepalanya, "jelas-jelas anak yang ku kandung itu adalah anak Ramon, tidak mungkin--"
"Tapi itulah yang saya lihat di surat tersebut, dan saya sudah mengecek keaslian surat tersebut, memang dikeluarkan di rumah sakit pusat ibukota 3 tahun yang lalu," ucap sang asisten membuat wajah Berlian menghitam.
"Tidak! Tidak!" Berlian menggelengkan kepalanya tampak begitu putus asa, "lalu di mana Ramon sekarang? Aku harus menjelaskan apa yang terjadi, Dia tidak mungkin mempercayainya begitu saja!" Tegas Berlian kembali menatap Wendy dengan mata yang memerah.
"Saya minta maaf, saya juga tidak tahu keberadaannya, terakhir kali dia pergi membawa mobil sendirian," kata Wendi sebelum berjalan pergi meninggalkan Berlian yang tampak perlahan-lahan runtuh ke lantai.
'Bagaimana ini? Bagaimana?' kedua tangan Berlian gemetar, dia benar-benar takut memikirkan apa yang akan dilakukan oleh suaminya setelah mengetahui kebenaran 3 tahun yang lalu itu.
Cukup lama Berlian runtuh di lantai sampai seorang perempuan menghampirinya, "kau baik-baik saja?" Tanya Kintan yang hendak pergi ke toilet.
"Eh?" Berlian mengangkat kepalanya menatap Kintan, lalu berusaha untuk memperbaiki ekspresinya dan perlahan-lahan berdiri.
"Apa yang terjadi?" Tanya Kintan cemas.
Berlian menggelengkan kepalanya, "tidak apa-apa, aku hanya tiba-tiba merasa pusing. Akan merasa lebih baik Kalau aku duduk sebentar," ucap Berlian langsung melepaskan tangan Kintan yang memegangi lengannya dan berjalan meninggalkan Kintan.
Kintan berdiri memandangi perempuan yang tampak menjauh darinya, dia mengerutkan keningnya, 'apa dia sakit?' ucap Kintan dalam hati sebelum mengangkat bahunya secara acuh Tak acuh lalu berbalik melanjutkan langkahnya ke toilet.
@@@ Like!
Jika like mencapai 200, otor kasih crazy up🥂