Keluarga besar yang sangat berkuasa, namun memiliki beberapa pewaris yang saling bertikai untuk memperebutkan kekuasaan puncak.
Salah satu dari mereka tidak peduli bersaing dengan cara kotor sekalipun, karena di dasari dengan selalu kalah dalam hal kekuatan bertarung kelompok maupun individunya.
Keluarga berkuasa itu, adalah keluarga Button.
Keluarga ini menguasai politik, bisnis dan dunia bawah tanah.
Saking kuatnya keluarga Button yang menetap di ibukota negara Trukotan yaitu kota Katao, sehingga jika orang-orang dari keturunan keluarga besar dan kecil lainnya, mereka mendengar tentang keluarga Button langsung terkejut....
=
=
Yuk ikuti kisahnya..
Sengaja menggunakan nama negara maupun kota yang asal sebut agar imajinasi lebih liar...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wissuwe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
008 MEMBELI MOBIL
Chapter 008. MEMBELI MOBIL.
\=
Kembali ke waktu setelah Riko memberikan pelajaran kepada Rudi Sanggoro.
Di kamar hotel Mercure, Alda dan yang lainnya selesai mandi. Mereka lalu berganti pakaian yang lebih bersih lalu langsung makan karena sudah seharian penuh mereka tidak makan, lalu duduk berkumpul di ruang tengah, sambil menonton tv di ruangan itu.
"Kenapa kamu sangat cepat mengurus mereka semua?" ucap Dion kepada Riko.
Dia penasaran biasanya Riko suka bermain seperti menyiksa dan buat lawannya sengsara, namun kali ini dia tidak melihatnya.
"Aku sudah bosan dengan mereka, sehingga aku hanya mematahkan satu kakinya lalu menuju ke sini." jawab Riko.
Tama heran, bagaimana bisa Dion bertanya dulu, biasanya dia sangat irit berbicara namun sekarang adalah hal kemajuan karena dia bertanya di awal.
"Apa kediaman keluarga Setiadi sangat jauh dari sini?" ucap Alda ingin tahu.
Dia baru pertama kali menginjakkan kakinya ke kota Emerald, sehingga dia tidak tahu apa tentang kota Emerald ini.
"Cukup jauh jika kita menaiki bus, kita butuh seharian penuh itu saja masih harus berjalan jauh menuju jalan perbukitan yang curam!" jawab Riko.
Mereka tidak lagi memperdulikan kejadian tadi di lobi, karena bagi mereka itu adalah masalah sepele.
"Waduh, bagaimana kalau kita membeli mobil saja! Ini bukan di gunung manfaatkan saja alat transportasi yang ada!" Alda langsung memberikan saran.
Dia berpikir bahwa ini bukan di perguruan terpencil yang ada di atas gunung curam, sehingga dia bisa menggunakan mobil untuk berpergian dan menggunakan uang yang ada yang mereka miliki.
Karena sejak di gunung, keluarga Button memberikan banyak uang kepadanya namun itu semua tidak berguna, sedangkan sekarang di dunia sekuler uang itu paling penting bagi sebagian besar masyarakat.
"Ya, aku setuju apa kata Alda!" ucap Tama.
"Ya aku juga...!" jawab Dion.
"Jika kalian setuju, aku bisa apa?" ucap Riko menanggapi dengan datar.
"Ya sudah, kita besok beli apa sekarang?" ucap Alda pada ketiganya.
"Lebih baik sekarang, besok agar pagi-pagi kita langsung berangkat menuju kediaman keluarga Setiadi!" Tama yang kembali langsung menanggapi.
"Ya sudah, kita pergi sekarang!" jawab Alda.
"Kalian saja aku mau istirahat...!" Dion tidak ingin ikut.
Menurutnya itu adalah hal membosankan, bagi dia dengan melakukan hal seperti itu cukup dua orang saja. Sehingga dia memilih tidak ikut.
"Ok, aku dan Alda saja yang beli sekarang, kalian berdua istirahat!" Riko langsung menyela.
"Baik..!" jawab Alda.
Akhirnya mereka setuju, dua orang langsung keluar dari Hotel Mercure.
*
Setelah berada di luar, Alda dan Riko menghentikan taksi di jalan depan Hotel Mercure, keduanya langsung masuk tanpa basa-basi.
"Pak antarkan kami menuju showroom mobil!" Alda berucap.
"Baik tuan..!" jawab supir taksi itu.
Mobil itu melaju di jalan kota yang padat dengan kendaraan mobil lainnya, karena jalan kota ini sangat padat mereka cukup lama di dalam taksi.
"Tuan mau mencari mobil apa?" tanya supir taksi itu ingin lebih jelas tujuannya.
"Mobil yang muat lebih dari 4 orang dan bisa menembus jalan perbukitan!" jawab Alda.
Dia tidak begitu tahu, perkembangan mobil pengeluaran sekarang! Jika pengeluaran lama dia cukup paham dengan model-model tertentu.
"Baiklah, sekarang aku sudah tahu!" supir taksi langsung fokus mengemudi.
*
Taksi itu berhenti di showroom mobil berbagai merek.
Namun di sini lebih khusus mobil jenis SUV dan off-road yang mewah dan elegan.
Riko dan Alda keluar, sebelum keluar Alda memberikan uang satu juta rupiah dari sakunya.
"Terimakasih pak!" ucap Alda sambil menyerahkan uangnya.
"Tuan ini terlalu banyak." ucap supir taksi itu mengingatkan.
"Tidak apa-apa..!" jawab Alda langsung pergi setelah menjawab.
Sebelum keluar Hotel Mercure, mereka berdua menarik uang tunai untuk berjaga-jaga, karena belum semuanya menggunakan uang elektronik di kota Emerald ini, sehingga mereka memilih memegang uang tunai.
Supir taksi itu hanya bisa tercengang, karena jarak dari hotel Mercure sangat dekat tidak lebih dari 10 menit jika berkendara normal.
Namun dia langsung mendapatkan satu juta, sehingga dia cukup terkejut.
"Anak muda yang luar biasa, tapi pakaian yang di kenakan terlalu biasa!" gumam supir taksi sebelum berlalu pergi.
Riko dan Alda berdiri di depan pintu showroom mobil yang besar dan megah, di sini tersedia mobil berbagai merek terkenal di seluruh dunia.
Namun showroom mobil ini, lebih menonjolkan penjualan mobil SUV dan off-road.
Riko memandang gedung megah itu sambil berkacak pinggang, dia melihat sekeliling setelah di tegur oleh Alda akhirnya keduanya masuk ke showroom mobil.
Namun karena pakaian mereka berdua terlihat biasa, karena hanya mengenal pakai kasual saja membuat para pramuniaga showroom mobil itu mengabaikan keduanya.
Alda cukup heran, dia datang ke sini namun tidak di sambut oleh pramuniaga showroom itu, seingat dia saat dia kecil pernah ikut ayahnya beli mobil pramuniaga di sana langsung menyambutnya dengan hangat.
Kenapa sekarang belum beda terbalik, dia lalu melihat ke arah bajunya dan langsung teringat dengan kejadian terakhir kali di lobi Hotel Mercure.
'Sial, apa orang-orang sekarang memandang orang lain hanya dari pakaiannya saja?' ucap Alda di benaknya.
10 tahun lebih hidup di gunung, membuat pola pikir Alda berbeda dengan orang-orang kaya di kota besar.
Apa lagi sebelumnya umur 13 tahun hanya hidup di rumah mewah dan di layanan oleh pelayan, sehingga ingatan Alda tentang kehidupan sosialnya kurang bagus.
Hingga belum menyesuaikan kehidupan sosial orang kaya, Alda langsung di kirim ke gunung oleh kakeknya setelah ayahnya dan ibunya meninggal secara misterius.
Kakeknya yang tau masalah itu tidak sederhana, langsung mengamankan cucunya yang berbakat dalam hal beladiri dan mungkin dalam hal bisnis seperti ibu dan ayahnya.
Sehingga kakeknya lebih memilih, menyembuhkan Alda! Karena dunia sekuler itu mudah di pelajari oleh orang secerdas Alda.
Keduanya berdiri di ambang pintu cukup lama, hingga akhirnya ada wanita cantik yang keluar dari toilet dan melihat keduanya, lalu menghampiri keduanya dengan cepat.
"Tuan-tuan, ada yang bisa saya bantu?" ucap wanita pramuniaga itu dengan sangat sopan.
Namun baru saja dia berbicara seperti itu, di kejauhan sudah ada yang mencemooh dengan keras.
"Anak baru lagi-lagi melihat tidak menggunakan mata!" ucap pramuniaga senior yang sedang duduk di kursi panjang yang empuk tempat tunggu para tamu showroom.
Beberapa pramuniaga lainnya juga menimpali ucapan wanita itu, sehingga suasana di sana cukup ramai.
"Aku mau mencari mobil off-road!" ucap Alda kepada wanita cantik pramuniaga showroom mobil itu.
Sedangkan Riko melirik ke beberapa wanita yang duduk di kursi tunggu di sebrang sana, dia tidak mengatakan apa-apa hanya menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan cara bicara beberapa wanita itu.
"Tuan maaf dengan keadaan ini, mari aku antar dan lihat-lihat mobil yang tuan inginkan..!" ucap wanita cantik itu dengan raut wajah yang bersalah besar.
Padahal yang mempermalukan adalah para seniornya, namun entah mengapa dia merasa dia yang begitu malu kepada dua tamunya itu.
\=
...