Alexa Beverly sangat terkenal dengan julukan Aktris Figuran. Dia memerankan karakter tambahan hampir di setiap serial televisi, bahkan sudah tidak terhitung berapa kali Alexa hanya muncul di layar sebagai orang yang ditanyai arah jalan.
Peran figurannya membawa wanita itu bertemu aktor papan atas, Raymond Devano yang baru saja meraih gelar sebagai Pria Terseksi di Dunia menurut sebuah majalah terkenal. Alexa tidak menyukai aktor tampan yang terkenal dengan sikap ramah dan baik hati itu dengan alasan Raymond merebut gelar milik idolanya.
Sayangnya, Alexa tidak sengaja mengetahui rahasia paling gelap seorang pewaris perusahaan raksasa Apistle Group yang bersembunyi dibalik nama Raymond Devano sambil mengenakan topeng dan sayap malaikat. Lebih gilanya lagi, pemuda dengan tatapan kejam dan dingin itu mengklaim bahwa Alexa adalah miliknya.
Bagaimana Alexa bisa lepas dari kungkungan iblis berkedok malaikat yang terobsesi padanya?
Gambar cover : made by AI (Bing)
Desain : Canva Pro
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Seorang Figuran
"Jangan menyentuhku!"
"Awh!"
Pemuda dengan rahang tegas itu sedikit terkejut melihat wanita yang berusaha menyentuhnya terjatuh. Ekspresi terkejut di wajah teramat tampan itu dengan cepat menghilang, berganti menjadi raut datar yang memancarkan aura seorang dominan. Tangannya bergerak mengambil dompet di saku, mengeluarkan seluruh lembaran di dalamnya.
"Perempuan murahan!"
Lembaran dolar yang tidak terhitung jumlahnya dilempar ke wajah cantik wanita yang terduduk di lantai. Tatapan sedingin kutub utara dari pria yang berhasil meraih julukan Pria Paling Seksi di Dunia itu turut mencemooh.
"Padahal kau menikmati tubuhku!!!" pekik wanita bersurai pirang panjang yang seluruh wajahnya memerah, malu dan terhina.
"Kau pikir sebanyak apa wanita yang tubuhnya kunikmati?" Senyuman bengis yang ditampilkan pria itu membuat sang wanita menatap nanar, tatapannya penuh luka.
"OKE, CUT!!!"
Teriakan dari pria di balik kamera membuat wanita yang sebelumnya duduk di lantai langsung berdiri, meringis saat menyadari bahwa kakinya terkilir.
'Duh, kakiku yang malang. Hari pertama syuting sudah begini.'
“Anda baik-baik saja?"
Wanita itu menoleh, menatap wajah tampan yang merupakan bintang utama dalam film yang tengah mereka garap.
'Sudah sok tampan, sekarang sok baik pula!' rutuknya dalam hati.
"Tidak apa-apa," ucap wanita itu seraya tersenyum sopan, membungkuk pelan sebelum membalik badan, berniat segera pergi.
“Anda benar-benar luar biasa," ujar pemuda beriris biru, menghentikan wanita yang terlihat sangat jelas mengabaikannya. "Dengan bakat seperti itu, bukankah Anda bisa mendapatkan peran utama?"
'Itu bukan urusanmu!' Alexa berteriak dalam hati, jengkel saat situasinya tidak memperbolehkan wanita itu bertindak sesuka hati.
"Peran utama tidak didapat hanya karena seseorang memilik bakat, Tuan Raymond." Alexa kembali memasang senyum, sebuah senyum yang sama sekali tidak sampai di binarnya.
Raymond mengangkat alis mendengar jawaban wanita di hadapannya, entah kenapa terdengar seperti sindirian untuknya.
“Anda benar. Selain bakat, keberuntungan dan koneksi juga sangat penting di dunia ini. Meski begitu, seseorang yang bekerja keras bisa mengalahkan segalanya." Raymond tersenyum lembut, caranya menatap dengan hangat membuat orang-orang di sekitar lansung terpana.
"Ah, dia benar-benar malaikat."
Bisikan itu membuat Alexa mengerutkan kening. Semua orang menganggap pemuda di hadapan Alexa saat ini adalah titisan malaikat dari surga.
'Tidakkah mereka melihat tanduk di kepalanya itu?' Alexa membatin kesal, sedikit kecewa dengan mata orang-orang yang tersihir senyum palsu Raymond.
"Terima kasih sudah mengatakan sesuatu yang menghibur, Tuan Raymond. Saya tidak tahu kalau Anda memiliki waktu senggang untuk memberi motivasi pada orang lain." Alexa kembali mengangguk sopan sebelum berbalik, bergegas keluar dari ruangan yang merupakan salah satu set di lokasi syuting.
“Alexa!
Panggilan itu membuat wanita bersurai panjang kembali menghentikan langkah, padahal ia hampir mencapai pintu untuk keluar dari gedung dan pulang. Wanita itu segera tersenyum cerah saat melihat salah satu staff menghampiri.
"Syutingnya sudah selesai, aku boleh langsung pulang, kan?" tanya wanita yang dipanggil Alexa, netra coklat madunya berbinar.
Kekehan wanita yang menghentikan langkah Alexa terdengar, tangannya terulur untuk mengusak gemas kepala Alexa. "Sutradara ingin bertemu denganmu dulu," ucapnya.
Sutradara? Duh, Alexa sedikit merengut, perasaannya mendadak tidak enak. Wanita itu melirik pada seorang pria paruh baya yang berada tidak jauh dari mereka, membalas tatap dengan raut serius yang membuat wanita itu semakin menciut.
"Aku tidak akan dimarahi, kan? Aku juga tidak melihat manajerku, apa Anda tahu ia ke mana?" tanya Alexa pelan, bibirnya melengkung ke bawah, terlihat menggemaskan bagi wanita di hadapannya.
"Mana mungkin dimarahi! Sudah, temui sana! Kau akan tahu di mana manajermu nanti," ucap wanita itu sembari mengedipkan sebelah mata.
Alexa menghela, berjalan pelan menuju seseorang yang disebut legenda dalam dunia perfilman. Sutradara kondang yang namanya harum di penjuru dunia sebagai salah satu yang terbaik itu membuat Alexa tidak nyaman.
'Kudengar ia sering menemukan orang berbakat di jalan, mengolesnya dan menjadikannya bintang yang bersinar sangat terang. Seharusnya tadi aku melakukan beberapa kesalahan!'
Alexa menyesali sikapnya yang ceroboh. Ia ingin cepat pulang karena barang yang ditunggunya selama tiga bulan datang hari ini, jadi wanita itu memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam sekali pengambilan gambar.
"Permisi, Tuan, katanya Anda memanggil saya?" Alexa bertanya sopan. Suaranya pelan, tapi tidak terdengar lemah. Ekspresi wajahnya datar, namun tidak ketus. Caranya menatap terlihat tegas, tanpa menghilangkan kelembutan di binarnya.
‘Dia bukan wanita sembarangan,' batin pria paruh baya yang tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Sudah lama ia tidak melihat aura yang dipenuhi kecantikan dan keanggunan, belum lagi bakat akting menakjubkan yang dimiliki aktris di hadapannya.
"Ya, ada yang ingin kami bicarakan. Ikutlah denganku!"
Meski sangat malas, Alexa tetap melangkah mengikuti seseorang yang berjalan menuju sebuah ruangan. Wanita itu mengerjap saat menyadari bahwa mereka memasuki ruangan pribadi sang aktor utama.
Kenapa ke sini? Perasaannya semakin tidak enak.
Tidak ada staff lain di dalam ruangan, hanya ada empat orang yang salah satunya merupakan manajer Alexa. Wanita itu bertanya lewat tatapan, berharap diberi beberapa clue tentang apa yang sedang terjadi, tapi delikan tajam yang Alexa terima membuatnya menciut.
Tubuh wanita itu terasa kaku saat entah bagaimana pembagian tempat duduknya terasa tidak adil. Kenapa ia harus duduk di sebelah pria yang menyebabkan kakinya terkilir?
"Silakan duduk, Nona Alexa."
'Yah, bukan berarti aku sudi duduk di sebelahnya.'
Alexa menarik kursi, duduk setelah memberi salam sopan pada pria yang hanya mengangguk sekilas.
'Cih, sok keren!'
"Baiklah, aku akan menjelaskan kenapa memanggil kalian berdua ke sini. Mungkin Tuan Raymond sudah mendengar dari manajer, tapi saya yakin Nona Alexa belum."
'Bagaimana mau tahu kalau tidak diberi kesempatan bicara dengan manajer dulu!'
Alexa tersenyum kecil, menutupi perasaan gondok di dada. "Kalau saya boleh tahu, ada apa, ya? Apa saya melakukan kesalahan?"
"Tidak, Nona Alexa, Anda tidak melakukan kesalahan sama sekali. Saya pribadi sangat terkesan dengan akting Anda. Semuanya berjalan lancar dalam sekali take, itu benar-benar menakjubkan."
Pujian bertubi yang dilayangkan sang sutradara langsung diangguki oleh produser di sebelahnya.
"Syukurlah kalau begitu." Diam-diam Alexa merutuki dirinya yang terlalu bersemangat. Berdoa saja dua orang terkenal di hadapannya tidak merencanakan sesuatu yang menakutkan.
"Setelah saya dan produser berdiskusi, kami mengambil keputusan bahwa akan menambah adegan di mana Damian kembali ke ruangannya, menatap foto-foto di atas meja dan melemparnya ke kotak sampah."
Penjelasan sutradara di hadapannya membuat Alexa hampir menghela napas. Ia tahu maksud dan tujuannya tanpa mendengar lebih lanjut. Mereka pasti ingin membuat kamera menyorot foto-foto itu saat sang pemeran utama sedang melihatnya.
"Jadi, maksud Anda, saya dan Tuan Raymond akan melakukan pemotretan untuk foto-foto itu?"
"Bukan hanya pemotretan, Nona Alexa. Kami ingin menambah adegan--"