Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Hal yang pembalasan yang dilakukan Alana adalah dengan menghajar habis-habisan rambut panjang Bella. Menjambak dengan kekuatan penuh sampai Bella terus merintih kesakitan karena tidak menyangka jika Alana sangat liar dan memiliki kekuatan yang luar biasa.
"Dasar kau pelakor! Beraninya kau menghancurkan pernikahanku dengan Silas!" Bella terus berteriak, ia berusaha melepaskan diri dari Alana tapi rasanya sangat sulit.
Alana mendorong tubuh Bella untuk menjauh darinya, mengelap tanganya dengan ujung dress yang dikenakan. Basah kuyup karena ulah Bella tapi Alana tidak menghiraukan itu, ia masih belum puas balas dendam.
"Sudah aku katakan bukan.. aku akan menunjukkan keganasanku sebagai seorang istri kedua!" Alana menarik tangan Bella dengan kekuatan penuh.
"Awwsss.. tanganku bisa patah bodoh!" Bella memohon agar Alana menyudahi semuanya tapi tidak kunjung juga. "Lepaskan aku, Ana!" Teriak Bella dengan suara yang semakin tercekat karena ternyata Alana sangat mahir dalam ilmu bela diri.
Dengan mudahnya Alana melepaskan Bella lalu tersenyum sinis kepada wanita itu. "Aku bukan wanita yang diam saja jika diperlakukan buruk, Bella. Urus semua masalahmu dengan Silas, dia yang mencampakkan dirimu!" Alana berlalu pergi meninggalkan Bella begitu saja dengan tatapan mata super maut.
Sementara Bella terus memegang pergelangan tangannya yang terasa sakit, semua yang Alana lakukan meninggalkan bekas yang cukup menyakitkan.
"Dasar wanita gila! Pelakor tidak tahu diri!" Umpat Bella sekencangnya agar Alana dari kejauhan sana mendengar semua umpatan.
Tapi, disaat langkah Alana terhenti malah Bella menjadi panik sendiri. "Aku akan mengambil Silas lagi darimu, selamanya dia adalah milikku!" Ancam Bella tanpa rasa malu sedikitpun.
Alana sedikit berbalik badan, tatapan matanya sangat tajam tapi terlihat ketenangan disana. "Goda saja semampumu, kalau kau berhasil... aku serahkan sepenuhnya pria itu padamu." Balas Alana dengan sangat santainya, sedikit ada keangkuhan disana.
Tangan Alana mengibaskan rambut panjangnya, ia berlalu pergi untuk mengadukan semua rasa kesal kepada pelaku sebenarnya yaitu Silas. Karena terjebak diantara hubungan tidak jelas membuat Alana merasakan semua penghinaan ini. Semua penampilan Alana sangat berantakan sangat tidak mencerminkan keanggunan sebagai sosok wanita yang cantik.
"Astaga, kau ini kenapa? Habis kena hujan dimana?" Tanya Silas disaat ia menemukan Alana diarea parkiran. Menarik tangan Alana untuk lebih dekat, terus menatap dari atas sampai bawah karena Alana memang basah kuyup.
"Ini semua kelakuan istri pertamamu itu, istri gila!" Alana kesal sekali, ia menjadi menumpahkan semua rasa sebal dihati pada Silas yang tidak tahu apa-apa.
"Dia berbuat semua ini padamu?" Tanya Silas lagi untuk menyakinkan terlihat jelas ada api kemarahan dimatanya. "Dimana dia?" Silas akan memberi pelajaran sekarang juga pada Bella yang beraninya menyakiti Alana.
"Tidak perlu lakukan apapun padanya, aku sudah menghajar dia tadi." Alana membuka pintu mobil lalu masuk begitu saja, moodnya berantakan kali ini.
Silas melihat Bella dari kejauhan, ia tidak bisa tetap diam akan apa yang telah Alana rasakan. Disaat Silas ingin pergi menuju Bella malah kepala Alana nongol dari jendela mobil tentu saja sedikit mengejutkan Silas.
"Masuk, Kak. Aku kedinginan ini, nggak ada waktu mau berdebat dengan wanita gila itu lagi."
"Tapi_"
"Kak!" Alana sebal jadinya barulah Silas mengurungkan niatnya, sebelum menyusul masuk kedalam mobil Silas menyempatkan melihat Bella yang sudah tidak ada dikejauhan sana.
"Maafkan aku, lain kali setiap ada Bella hindari saja. Aku akan menyuruh Bodyguard untuk mengikuti kau kemanapun, agar kejadian seperti ini tidak kembali terulang." Ucap Silas yang terlihat sangat khawatir.
Wajar saja karena kemarahan Bella murni karna tindakan sepihaknya, andai ia bisa lebih menolak keinginan Mamanya untuk menikahi Bella lima tahun yang lalu pastinya semua ini tidak akan Alana alami.
"Lepas saja pakaianmu itu, gunakan pakaianku saja." Silas membuka jas kerjanya, membuka satu persatu kancing kemeja putihnya untuk Alana gunakan.
Setiap tindakan yang Silas lakukan selalu Alana perhatikan, timbul perasaan hangat di hati Alana karena kebaikan dan sikap manis yang Silas berikan. Pria itu selalu memastikan jika Alana selalu aman padahal Alana sendiri tidak pernah memberikan sikap yang baik.
"Pakaian bagian dalam juga basah?" Tanya Silas disaat membantu Alana untuk membuka dressnya. Alana menggelengkan kepala saja sebagai jawaban, ia terlalu kesal. "Maafkan aku.." Silas malah meminta maaf padahal semua yang Alana alami bukan karena ulahnya.
"Tidak apa, Silas. Aku sudah memberikan pelajaran tidak terlupakan untuk Bella, setidaknya aku yakin pasti tangannya akan kena urut nanti." Alana mengatakan yang sebenarnya sampai tertawa tapi Silas malah menatapnya dengan sangat serius.
Tangan Silas membantu Alana lagi untuk mengenakan kemeja putihnya, dan sekarang Silas hanya bertelanjang dada saja.
"Berhenti berdekatan dengan Bella, dia tidak sederhana seperti yang kau lihat. Scandalnya dimana-mana dan semua itu cukup melindungi dia dimana pun." Silas memberikan beberapa wejangan kepada Alana yang telah berani melakukan tindakan yang mungkin saja Bella tidak akan menerima semuanya.
"Lain kali biarkan aku saja yang menghadapi Bella, biarkan dia dendam padaku saja." Silas memegang tangan Alana yang terasa hangat, keduanya saling tatap satu sama lain.
Semua bukti yang telah Silas miliki tidak akan pernah bisa menjinakkan Bella. Apa lagi wanita itu memegang besar kendali Mamanya yang sangat bisa mempengaruhi kehidupan Silas.
"Malam ini aku akan menemui keluargamu, aku dengar_"
"Jangan malam ini, Kak. Besok saja, karena pastinya Kak Galih mudah emosi sekarang." Alana menolak murni untuk menjaga keamanan Silas sendiri. Tangan Alana memegang tangan Silas sangat erat, ia sepertinya takut jika semuanya tidak berjalan dengan rencana.
"Kau takut aku tidak bisa menghadapi Galih?" Tanya Silas karena melihat ketakutan diwajah Alana, sembari memulai perjalanan menuju tempat tinggal baru mereka.
Ya, Silas telah mempersiapkan tempat tinggal baru untuk hidup bersama dengan Alana. Menjalani pernikahan bahagia tanpa gangguan bayangan siapapun disana, rumah yang memang Silas impikan bisa tinggal bersama dengan Alana disaat menikah nanti.
Pertanyaan Silas tadi tidak mendapatkan jawaban dari Alana, malah tertidur dengan posisi masih memegang tangan Silas. Padahal Silas tengah menyetir, pastinya kesulitan menyetir hanya dengan tangan satu.
"Hem, secepat itu?" Pelan-pelan Silas melepaskan tangannya dari Alana, malah membuat wanita itu langsung terbangun.
"Kau mau membawaku kemana, Kak?" Alana sedikit menyadari jika jalanan yang mereka lewati berbeda untuk menuju Mansion lama. "Apa kau mau membawaku menuju Mansion dimana Bella berada? Aku tidak mau tempat tinggal bekas ya, ingat itu!"
Silas tertawa karna apa yang Alana katakan, padahal tadi sempat seperti tidak akan marah-marah tapi belum apa-apa sudah mulai salah paham saja.
"Aku tidak mau hidup dalam bayang-bayang pernikahan kalian berdua!" Alana tetap bersikukuh menolak, ia adalah istri satu-satunya istri yang Silas miliki sekarang.
ada sih di novel hahahaha...