Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Tugas Pertama
Xin Yue menerima tugas pertamanya dari Madam Hua dengan anggukan penuh keyakinan. Meski wajahnya tetap lembut dan polos, pikirannya sudah bekerja cepat. Lantai atas Ruoshang, tempat para tamu penting berkumpul untuk urusan yang lebih dari sekadar hiburan, adalah wilayah yang penuh intrik. Setiap kotak di sana memiliki tingkat privasi yang berbeda, tergantung pada status tamu. Kali ini, ia ditugaskan untuk menemui seorang pria berpengaruh di kotak khusus lantai paling atas.
Saat ia berjalan anggun menuju tujuan, banyak pasang mata tertuju padanya. Penampilan barunya—rambut cokelat bergelombang yang ditata rapi, gaun sutra merah muda lembut dengan bordir bunga emas, serta aksesoris rambut giok—membuatnya tampak seperti seorang dewi. Namun, langkahnya terhenti ketika seorang wanita menghadangnya di lorong.
Wanita itu adalah Mei Rong, entertainer lama Ruoshang yang dikenal karena kecantikannya yang menggoda dan pelanggannya yang setia. Salah satu pelanggan tetapnya baru saja meminta Xin Yue untuk melayaninya, membuat posisi Mei Rong terancam.
“Xin Yue,” panggil Mei Rong dengan senyum dingin. “Kau baru saja datang, tapi sudah membuat keributan. Aku rasa kau perlu diingatkan tentang tempatmu.”
Xin Yue menatapnya dengan mata biru besarnya, tampak bingung. “Kak Mei Rong, apa maksudmu? Aku hanya menjalankan tugas yang diberikan Madam Hua.”
Mei Rong mendekat, memegang pergelangan tangan Xin Yue dengan cengkeraman kuat. “Dengar, gadis kecil. Kalau kau terus merebut perhatian semua orang, kau tidak akan bertahan lama di sini. Ruoshang punya caranya sendiri untuk menangani orang seperti itu.”
Xin Yue menunduk, matanya berkaca-kaca. “Kak Mei Rong… aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik. Jika aku salah, mohon beri tahu aku.”
Mei Rong tersenyum puas, berpikir bahwa Xin Yue benar-benar takut padanya. Namun, saat ia melepas cengkeramannya dan hendak pergi, Xin Yue tersenyum tipis di balik punggungnya. “Terima kasih atas nasihatmu, Kak Mei Rong. Aku akan mengingatnya.”
Ru Jian, yang kebetulan lewat, melihat kejadian itu dari jauh. Ia hampir tersedak tawa. “Gadis ini benar-benar licik! Dia membuat Mei Rong merasa menang, tapi aku yakin dia sedang merencanakan sesuatu. Kasihan sekali wanita itu.”
***
Di Kotak Khusus Lantai Atas
Setelah insiden kecil itu, Xin Yue melanjutkan perjalanannya ke kotak yang ditugaskan. Ketika ia membuka pintu, ruangan itu dipenuhi dengan aroma dupa yang lembut. Di tengahnya duduk seorang pria matang dengan jubah biru gelap yang elegan, wajahnya tampan meski sedikit dingin.
Hakim Agung Li Zheng, salah satu pejabat paling berpengaruh di ibukota kekaisaran. Menurut informasi yang diberikan Madam Hua, pria ini sedang menyelidiki kasus besar yang melibatkan korupsi di istana. Tugas Xin Yue adalah mendapatkan informasi tentang apa yang sebenarnya ia cari.
“Dia tampan untuk ukuran pria tua,” pikir Xin Yue sambil menilai pria itu. “Tapi tetap saja bajingan. Seumur hidupnya pasti penuh wanita muda. Bajingan tua seperti ini seharusnya pensiun saja.”
Namun, wajah Xin Yue tetap lembut dan malu-malu. Ia menunduk sopan, melangkah dengan anggun ke arahnya.
“Selamat malam, Tuan Li,” sapanya dengan suara lembut, senyumnya seperti bunga yang mekar.
Li Zheng menatapnya dengan kagum. “Kau pasti Xin Yue. Madam Hua tidak melebih-lebihkan kecantikanmu.”
Xin Yue menunduk sedikit, berpura-pura malu. “Tuan terlalu memuji.”
Ia duduk di sebelahnya, menjaga jarak sopan. Xin Yue sudah menegaskan sejak awal kepada Madam Hua bahwa ia hanya akan menemani tamu untuk berbicara atau bernyanyi, bukan memberikan layanan lain. Untungnya, Madam Hua tidak memaksanya. “Kalian bisa memilih cara kalian sendiri untuk melayani tamu,” katanya. “Yang penting adalah tugas utama.”
Li Zheng menyodorkan secangkir teh kepada Xin Yue. “Kau baru di sini, bukan? Apa kau sudah terbiasa dengan tempat ini?”
Xin Yue menerima teh itu dengan kedua tangan, tersenyum lembut. “Aku masih belajar, Tuan. Tapi Ruoshang adalah tempat yang luar biasa. Semua orang di sini sangat berbakat.”
Li Zheng tertawa kecil. “Kau pandai berbicara. Tapi aku yakin kau lebih dari sekadar gadis cantik yang sopan.”
Xin Yue tersenyum malu-malu, tetapi dalam pikirannya, ia sudah mulai merancang strategi. “Dia ingin mengujiku. Baiklah, mari kita lihat siapa yang akan menang di sini.”
***
Permainan Dimulai
Percakapan mereka terus berlanjut. Xin Yue dengan cerdik mengarahkan topik ke masalah politik tanpa membuatnya terlihat terlalu jelas.
“Tuan Li,” katanya dengan nada polos, “aku mendengar banyak hal menarik dari para tamu di sini. Beberapa bahkan membicarakan istana. Pasti sulit menjadi orang penting seperti Anda.”
Li Zheng mengangkat alis, sedikit terkejut dengan kecerdasannya. “Kau tahu banyak untuk seseorang yang baru di sini.”
“Oh, aku hanya mendengar dari orang lain,” jawab Xin Yue sambil tersenyum. “Tapi aku selalu penasaran dengan dunia luar. Apa yang sebenarnya terjadi di ibukota? Kenapa semua orang tampak gelisah akhir-akhir ini?”
Li Zheng tertawa kecil, tetapi matanya menyipit. “Kau sangat pintar, Nona Xin Yue. Tapi beberapa hal lebih baik tidak diketahui.”
Xin Yue menunduk, berpura-pura kecewa. “Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud lancang. Aku hanya ingin mengerti sedikit lebih banyak tentang dunia yang begitu jauh dariku.”
Li Zheng menghela napas, merasa sedikit bersalah. “Tidak apa-apa. Tapi berhati-hatilah dengan rasa ingin tahu itu. Dunia ini penuh bahaya.”
Xin Yue tersenyum lembut, tetapi pikirannya bekerja keras. “Dia tidak akan berbicara lebih banyak malam ini. Tapi aku sudah cukup tahu. Dia sedang menyelidiki sesuatu yang besar, dan aku harus mencari tahu apa itu.”
Saat malam berakhir, Li Zheng memberikan beberapa koin emas kepada Xin Yue, memujinya atas sikap dan kecerdasannya.
Ketika Xin Yue meninggalkan ruangan, ia menghela napas lega. “Satu langkah selesai. Tapi permainan baru saja dimulai.”
Xin Yue terus menjaga senyum lembutnya, meskipun pikirannya sudah dipenuhi strategi untuk mendapatkan informasi dari pria didepannya. Namun, Li Zheng, dengan gaya seorang pria dewasa matang, tampaknya memiliki rencana lain.
Saat percakapan mereka mengalir dengan santai, Li Zheng tiba-tiba mendekat duduk lebih dekat dari sebelumnya. Xin Yue menahan napas, tetap mempertahankan sikapnya yang anggun.
"Kau tahu." katanya dengan anda rendah dan hangat. " Aku jarang bertemu dengan seseorang yang seperti dirimu, Xin Yue."
Ia mengangkat tangannya, membelai rambut cokelat bergelombang Xin Yue dengan lembut. "Rambutmu indah sekali. Seperti sutra, tapi dengan warna yang unik."
"APA?!" teriak Xin Yue dalam hatinya. "Bajingan tua ini berani menyentuhku?! Tanganmu itu, aku akan memotongnya suatu hari nanti."
Namun, di luar, ia hanya menunduk dengan senyum malu-malu, pipinya sedikit memerah. "Tuan Li, Anda terlalu baik." katanya dengan suara lembut.
Li Zheng tersenyum, wajahnya memancarkan kehangatan yang menipu. "Kau sangat pemalu. Itu membuatmu semakin menarik."
Ia menurunkan tangannya, tetapi tidak sepenuhnya menjauh. Tatapannya tetap lembut, seperti seorang pria yang mencoba memenangkan hati seorang gadis muda.
"Menarik? Menarik? Kalau mau tahu skala aku sebenarnya, kau tidak akan berani mendekat!" Apikir Xin Yue dengan frustasi. Namun, ja tetap memainkan perannya dengan sempurna.
Li Zheng memperhatikan reaksinya dengan penuh perhatian. Ia tahu Xin Yue baru di Ruoshang, dan ja tidak ingin terburu-buru. "Aku tidak akan memaksamu untuk terlalu dekat malam ini." matanya dengan nada bijak. "Tapi aku ahral kita bisa berbicara lagi lain kali."
Xin Yue tersenyum, menundukkan kepalanya sedikit. "Jika itu yang anda inginkan, Tuan Li".
"Oh, aku akan memasuki kita bertemu lagi " pikir Li Zheng. Dalam hatinya, ia merasa tertarik pada gadis muda ini. Bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena sikapnya yang tampak lembut namun penuh teka teki.
Saat Xin Yue akhirnya meninggalkan ruangan, ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan amarahnya. "Tahan, Xin Yue. Kau tidak bisa membunuh tamu disini. Tapi jika dia menyentuhku lagi, aku benar-benar aman memastikan dia menyesal."