Ellia Naresha seorang gadis kecil yang harus menjadi yatim piatu diusianya yang masih sangat muda. Setelah kepergian orang tuanya, Ellia menjalani masa kanak-kanaknya dengan penuh siksaan di tangan pamannya. Kehidupan gadis kecil itu akan mulai berubah semenjak ia melangkahkan kakinya di kediaman Adhitama.
Gavin Alvano Adhitama, satu-satunya pewaris keluarga Adhitama. Dia seorang yang sangat menuntut kesempurnaan. Perfeksionis. Dan akan melakukan segala cara agar apa yang diinginkannya benar-benar menjadi miliknya. Sampai hari-hari sempurnanya yang membosankan terasa lebih menarik semenjak Ellia masuk dalam hidupnya.
Cinta dan obsesi mengikat keduanya. Benang takdir yang sudah mengikat mereka lebih jauh dari itu akan segera terungkap.
Update tiap hari jam 08.00 dan 20.00 WIB ya😉🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman Apa?
Melihat Ellia yang masih diam saja, Gavin dengan iseng mendekatkan wajahnya ke samping telinga Ellia.
"Sudah bangun?" Ucap Gavin dengan nada rendah.
Suaranya yang berat seketika membuat sekujur tubuh Ellia merinding. Bisa Gavin lihat mata Ellia semakin melebar serta tangannya yang mulai gemetar. Melihat itu, seringai muncul di wajah Gavin. Baru kemudian ia segera berdiri dari posisinya dan berjalan ke dekat jendela. Bersandar di sana dengan tangan terlipat di dada dan masih menatap Ellia.
Sementara Ellia, setalah Gavin melepaskannya sepenuhnya. Ia segera duduk bersimpuh di atas kasur dengan salah tingkah. Tak sengaja ia bertatapan lagi dengan Gavin. Kali ini Ellia langsung menunduk mengalihkan pandangannya.
"Tu-Tuan muda? Benarkah itu anda?" Tanya Ellia gugup setelah tak tahan dengan keheningan di sana.
"Lalu kamu pikir aku hantu?!" Jawab Gavin dengan ekspresi datar.
Setelah mendengar jawaban Gavin, di situlah Ellia benar-benar sadar bahwa apa saja yang terjadi padanya tadi bukanlah mimpi. Semua itu adalah kenyataan. Termasuk saat tuan mudanya itu, membekap mulutnya, mencengkram tangannya dan menekan Ellia di tempat tidur. Ellia bertanya-tanya sebenarnya apa yang dilakukan Gavin tadi. Membayangkannya saja sudah membuat Ellia merinding.
"Tuan, maafkan saya jika lancang bertanya ... Sebenernya apa yang anda lakukan pada saya tadi?" Tanya Ellia memberanikan diri. Bagaimanapun ia berhak tau. Gavin hanya menatap Ellia dan tetap diam.
"Tuan ..." Panggil Ellia menuntut penjelasan.
"Menurutmu kenapa?" Tanya Gavin kembali bertanya. Ellia jadi geram mendengar jawaban Gavin. Dengan berani ia melotot tajam pada Gavin tak suka. Melihat itu Gavin semakin terpancing.
"Coba kamu pikirkan, kira-kira alasan apa yang membuat seorang laki-laki dewasa mendekati seorang wanita yang sedang tertidur di depannya?" Goda Gavin sambil kembali mendekati Ellia berada. Ellia yang melihat itu jadi sedikit kebingungan dan rasanya ingin segera melarikan diri.
"Hm, menurutmu kenapa?" Tanya Gavin dengan mencondongkan wajahnya ke Ellia yang masih duduk di atas tempat tidur.
Ellia yang ketakutanpun segera melarikan diri dengan turun dari atas tempat tidur. Ia berlari ke sudut ruangan dengan membawa selimut untuk ia jadikan tameng dari tatapan Gavin.
"Tu-Tuan muda. Sa-Saya sungguh-sungguh. Saya tak ingin bercanda." Seru Ellia sedikit terbata karena takut.
Gavin hanya diam dan mulai menurunkan kembali lengan bajunya. Memasang dasi dan memakai kembali jasnya yang tergeletak begitu saja di atas kasur. Semua itu tak lepas dari pengamatan Ellia.
"Tak bertemu cukup lama, membuatmu lebih berani padaku ya sekarang? Bahkan, tiga tahun terakhir kamu tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Dan hari ini aku melihatmu begitu berani tidur di atas kasurku?" Ucap Gavin sambil menatap tajam ke arah Ellia.
Ellia yang mendengar satu persatu kesalahannya terungkap langsung diam mematung. Seketika ia lupa dengan pertanyaannya tadi. Kini otaknya sedang berputar keras memilih kata-kata yang pas untuk menjelaskan pada Gavin agar tuan mudanya itu tak marah.
"Hm, Sebenarnya ..."
"Kira-kira bagaimana caraku memberimu hukuman kali ini ya?" Tanya Gavin memotong ucapan Ellia. Gavin menatap tajam Ellia dan mulai berjalan keluar dari rumah pohon setelah mengatakan itu.
"Tuan!! Tidak, maafkan saya. Saya bisa menjelaskan semuanya. Tolong beri saya kesempatan lagi." Pinta Ellia sambil menarik ujung lengan jas Gavin. Berusaha menahan tuan mudanya itu pergi begitu saja setelah melemparkan ancaman padanya. Gavin melirik tangan Ellia yang menarik jasnya. Ellia yang sadar arah tatapan Gavin, segera bergegas melepas tangannya.
"Maafkan saya tuan." Seru Ellia cepat sambil menundukkan kepalanya.
"Aku tak punya waktu meladenimu hari ini. Tenang saja aku akan memikirkan hukuman apa yang pantas kamu dapatkan nanti. Untuk sementara tulis nomormu di ponselku." Perintah Gavin sambil memberikan ponselnya pada Ellia. Mau tak mau ia hanya bisa menurut dengan lesu.
"Bersabarlah dan tunggu hukumanmu." Ucap Gavin sebelum benar-benar melangkah pergi meninggalkan Ellia.
Saat sosok Gavin sudah tak lagi terlihat Ellia hanya bisa duduk terdiam dengan tatapan kosong. Betapa sialnya hari itu, bagaimana bisa Gavin benar-benar kembali saat ia baru saja mencoba tempat tidur tuannya itu. Benar-benar menyebalkan!
Ellia juga kembali mengingat kejadian tadi dan berusaha menepis pikirannya sendiri. Mana mungkin tuannya yang sempurna itu akan melakukan sesuatu padanya. Itu akan menjadi aib dan pasti akan mencoreng nama baiknya. Ellia mencoba berpikir positif, mungkin saja tadi gerak reflek Gavin karena terkejut mendengarnya berteriak. Yah, Ellia berusaha menanamkan itu dalam benaknya.
Gavin sendiri saat berjalan kembali ke kediaman utamanya. Ia menatap telapak tangan kanannya yang masih terasa hangat karena bibir Ellia. Masih jelas ia rasakan sensasi aneh saat menyentuh bibir gadis itu. Hangat dan lembut. Rasanya Gavin ingin merasakannya lagi.
...
Mendekati rumah utama, Gavin bisa melihat bahwa semua pelayan sudah berbaris dengan rapi siap menyambut kepulangan Gavin. Bahkan, bisa ia lihat sang ibu berada di ujung tangga tersenyum lebar saat melihat Gavin berjalan dari kejauhan.
"Selamat datang kembali tuan." Sambut semua pelayan secara bersamaan.
"Selamat datang sayang. Ibu sangat merindukanmu." Ucap nyonya Irene menyambut putra kesayangannya. Ia segera memeluk Gavin dengan erat.
"Aku pulang, ibu." Jawab Gavin dengan senyuman indah.
Lalu nyonya Irene menyentuh dan mengamati wajah putranya yang sudah terlihat lebih dewasa. Walaupun beberapa kali dalam setahun nyonya Irene akan menjenguk putranya ke luar negeri. Namun, rasanya jelas sangat berbeda saat menyambut sang putra di rumah.
"Kamu terlihat agak kurusan nak. Apa benar kamu makan dengan baik belakangan ini?" Tanya Irene khawatir.
"Saya makan dengan baik ibu. Hanya beberapa hari terakhir saja agak tidak teratur, karena saya terlalu sibuk menyiapkan kepulangan saya agar bisa segera bertemu dengan ibu." Ucap Gavin dengan senyum diwajahnya.
"Kalau begitu tunggu apalagi. Ayo segera masuk dan kita makan bersama. Mulai sekarang kamu harus makan banyak dan teratur lagi." Ajak Irene sambil menggandeng lengan Gavin, lalu mereka segera menuju ke dalam.
Malam harinya saat Ellia dan paman Yunus makan seperti biasa, Yunus membuka obrolan memberitahu bahwa Gavin sudah pulang.
"Ellia nak. Oh ya karena kamu tadi di hutan, kamu pasti belum tau kalau tuan muda sudah kembali. Hari ini dia sudah pulang. Kami semua tadi menyambut kedatangannya." Ucap paman Yunus memberitahu.
"Benarkah paman? Hm, kenapa beliau tiba-tiba kembali ya? Aku pikir dia akan menetap selamanya di luar negeri." Jawab Ellia yang berpura-pura tak bertemu Gavin lebih dulu daripada yang lain.
"Ini kan rumahnya, tentu saja beliau pasti akan pulang, senyaman apapun di luar negeri sana. Aku juga dengar perusahaannya yang di luar negeri saat ini sudah stabil, jadi beliau bisa dengan tenang menyerahkan kepengurusannya pada bawahannya di sana." Jawab Yunus santai.
Ellia hanya mengangguk sebagai jawaban. Pikirannya masih berkelana, kira-kira hukuman apa yang akan ia dapatkan kali ini.
.
.
.
Bersambung ...