Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bidadari
Operasi segera di lakukan oleh dokter yang menangani ayah dari Adelia, Fatimah dan Adel berdoa untuk kelancaran operasi Yusuf. Farid ikut bergabung dan memanjatkan doa, sedangkan Indah dia pamit pergi ke ruangan dimana Albert berada.
Albert kini sadar dari pingsannya setelah dokter yang khusus menanganinya memeriksa kondisi kejiwaannya, Albert menatap kosong otaknya kini seakan seperti memutar kaset potongan-potongan peristiwa yang pernah ia lalui dari mulai kecelakaan sampai penghinaan yang di lakukan oleh kekasihnya dan juga keluarganya.
" Al, awas itu ada mobil di depan!!" Pekik Indah
Albert berusaha menginjak remnya namun tidak bisa, mobilnya oleng tak bisa di kedalikan mobil di depannya melaju lurus kearahnya.
" Remnya blong Mom" ucap Albert panik.
Mobil di depannya menghantam mobil milik Albert berulang kali sampai mobilnya berguling-guling di jalanan.
" Anak nyonya di nyatakan lumpuh"
"Pria tak berguna"
"Pria cacat"
" Tuan wiguna tak bisa di selamatkan, beliau dinyatakan meninggal dunia."
"Cacat"
"Menjijikkan."
Memori itu terus berputar dalam ingatan Albert, Albert mulai berkeringat dan memegangi kepalanya yang seakan di pukul dengan keras.
"Aaaarrgggghh .." Teriak Albert.
Indah dan yang lainnya panik, dia langsung mencoba menenangkan Albert namun Albert mendorong tubuhnya sampai terjatuh.
Brukk ..
" Mom" pekik Rasya dan Cindy.
Keduanya membantu Indah untuk bangun, Pak Ahmad dan Satria membantu memegangi tubuh Albert agar dokter bisa menyuntikkan obat penenang kepadanya.
"Aku bukan pembunuh." Racau Albert sambil memegangi kepalanya.
" Tidak, bukan aku yang membunuhnya."
"Tidak ada yang kau bunuh Nak, tenanglah Al tenang.." Ucap Indah.
"Mom aku membunuhnya." Ucap Albert dengan tangan gemetar.
"Tidak sayang, kau tidak membunuhnya semua baik-baik saja tidak ada yang terjadi nak." Ucap Indah mencoba menenangkan Albert.
"Cacat Mom, aku cacat, aku tidak berguna, Mom... Aaarrgggghhh..."
Albert semakin tak bisa di kendalikan, dia semakin berontak Pak Ahmad dan juga Satria kewalahan karena tenaga Albert jauh lebih kuat jika sedang kambuh.
Dokter berhasil menyuntikkan obat penenang ke tubuh Albert, perlahan Albert mulai tenang kembali Indah memeluk tubuh anak sulungnya. Air mata meluncur dengan derasnya, hati Indah begitu tersayat melihat kondisi putranya yang begitu menderita akibat sakit yang di deritanya.
"Al Mommy yakin kamu bisa melewati semuanya hikss.. "Ucap Indah di sela tangisnya.
" Biarkan tuan muda beristirahat, jika terjadi sesuatu segera hubungi saya." Ucap Dokter.
" Baik, terimakasih Dokter." ucap Satria.
Dokter yang menangani Albert keluar dari ruangan, Cindy mengusap punggung Indah dia tau ibunya adalah orang pertama yang terluka melihat kondisi kakaknya, hati ibu mana yang tidak sakit melihat kondisi anaknya yang depresi dan juga lumpuh tak berdaya.
Satu jam berlalu ..
Lampu operasi kini sudah tidak menyala menandakan bahwa operasi sudah selesai, benar saja salah seorang dokter keluar dari ruang operasi dimana yusuf di tangani.
" Bagaimana dok kondisi ayah saya?" Tanya Adel.
" Alhamdulillah Operasinya lancar, benturan di kepalanya cukup parah dan mengeluarkan banyak darah sehingga harus di lakukan operasi, tangan bagian kanan sedikit bergeser dan kami sudah menanganinya kemungkinan nanti malam beliau sudah siuman, saya berpesan jika beliau sadar jangan dulu di ajak bicara biarkan dia beristirahat." Ucap dokter.
"Alhamdulillah, terima kasih dokter." Ucap Fatimah bernafas lega.
"Kalau begitu saya permisi, oh ya, nanti pasien akan di pindahkan ke ruang rawat VIP atas perintah dari nyonya Indah beliau berpesan kepada saya agar Tuan Yusuf di berikan perawatan intensif,." Ucap Dokter.
"Iya terimakasih dokter," ucap Adel.
Burhan memandang Adel dengan tatapan yang tak bisa diartikan, netra matanya masih betah memandangi wajah cantik Adel.
Deg ..
Jantung Burhan berdetak tak beraturan, Adel bingung melihat Burhan yang menatapnya seperti itu.
"Dokter, apa masih ada yang mau di sampaikan?" Tanya Adel.
Burhan tetap diam menatap wajah Adel.
"Eh, ini dokter aneh bener dah. " Gumam adel dengan pelan.
"Nyet ngapa tuh Dokter, liatin lu kok sampe segitunya?" Tanya Farid tiba-tiba datang.
"tau nih sambet kali, gak aneh sih, soalnya gue cakep." Celetuk Adel.
Farid menoel-noel lengan Burhan, dia merasa aneh Burhan sama sekali tudak bereaksi saat dia menoel tubuhnya.
"Cantik." Satu kata yang keluar dari mulut Burhan.
"emmhhh, paham dah gue yang kek ginian mh." Ucap Farid.
Adel mengernyitkan dahinya, namun dia menanggapi ucapan Burhan dengan cuek. Adel mengajak ibunya masuk melihat kondisi Ayahnya sebelum di pindahkan ke ruang rawat, dia menyerahkan urusan Burhan kepada Farid.
Satu
Dua
Tiga
Dooorrr..
Farid mengguncangkan tubuh Burhan sampai Burhan memegangi dadanya karena terkejut, Farid dengan santainya tertawa lepas melihat Burhan yang syok akibat ulahnya.
" Astagfirullah.. Untung ni jantung kokoh kalau enggak udah lompat dari tempatnya ini." Ucap Burhan.
" hahahaha, makanya jangan ngelamun dok dari tadi di panggil gak nyaut udah di toel-toel juga gak sadar." Ucap Farid dengan tertawa.
"Kamu ngapain ngagetin saya? Ganggu aja, tadi saya liat bidadari cantik tapi gara-gara kamu bidadarinya jadi ilang." Gerutu Burhan.
"Alah bidadari dari Hongkong," ucap Farid sambil nyelonong masuk ke dalam ruangan Yusuf.
Burhan ingin sekali menggetok kepala Farid, namun dia tidak mau merusak citra dokter tertampan di rumah sakit hanya gara-gara hal sepele, dia merapikan pakaiannya dan juga rambutnya lalu ia pergi dari ruangan Yusuf.
Rasya dan Indah sedang berdiskusi membahas keluarga Sonia, sungguh Rasya sedari awal memang tidak menyukai Sonia sampai saat ini. Gara penghinaan yang di lakukan oleh keluarga sonia membuat kondisi Albert semakin memburuk, Rasya tak tega melihat ibunya yang setiap hari menangis melihat kondisi kakaknya.
" Mommy, aku ingin membuat perhitungan kepada keluarga Lucas, akibat mulutnya yang busuk Kondisi kakak jadi memburuk." Ucap Rasya.
"Biarkan saja dulu mereka, kita harus fokus dulu pada kesembuhan kakakmu." Ucap Indah.
" Tapi mom mereka sudah keterlaluan." Ucap Rasya.
"Sya dengarkan Mommy, kita fokus dulu pada kondisi kakakmu minimal mental kakakmu kembali normal biar dia yang memutuskan tindakan apa yang harus kita ambil, kau tau bukan kalau kakakmu sangat mencintai wanita ular itu jika dia sembuh kita lihat apa reaksinya jika memang ia membencinya dan mengingat penghinaan yang mereka lakukan maka kita akan membalasnya dengan cara kita, tapi bila reaksi kakakmu sebaliknya lebih baik kita ikuti kemauannya demi kesembuhan mentalnya." Jelas Indah.
Rasya membenarkan ucapan ibunya, bukan dia tak mampu menghancurkan keluarga Lucas namun dia lebih memikirkan kakaknya, dia tak ingin mengambil resiko yang akan di hadapinya di masa depan nanti.
"Baiklah Mom, aku mengerti." Ucap Rasya.
Perlahan Albert membuka matanya, dia menatap sekeliling kamar mencari ibunya. Indah melihat gerak-gerik Albert, dia langsung bangkit menghampiri anak sulungnya.
"Aku ingin.."