Bagaimana rasanya ditinggal suami saat sedang mengandung demi menikahi perempuan lain, apalagi kakaknya sendiri ? inilah cerita shanaya yang mencoba menyelesaikan masalalunya demi kebahagiaanya kedepan bersama kedua anak kembarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risss___, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Tangisan Shanaya
Saat ini hanya tinggal Shanaya dan Noval didalam mobil, mereka sudah mengantar Aikembar ke tempat penitipan. Tak ada pembicaraan didalam mobil, sampai Noval memberanikan diri untuk memulai pembicaraan
“Nay, kenapa?” tanya Noval saat dirasa Shanaya sedari tadi melamun
Shanaya mengalihkan perhatianya kearah Noval yang masih fokus menyetir
“Ngak papa kok Mas” jawab Shanaya meyakinkan bahwa dia baik-baik saja
“Ngak papa gimana?”
“Ngak biasanya kamu kaya’ gini, ngelamun terus”
“Bahkan tadi anak-anak ngajak kamu bicara ngak kamu tanggepin”
Ucap Hakim, mengingat tadi Shanaya sering tidak fokus, sehingga beberapa kali Abi dan Ana bertanya, namun tak mendapat tanggapan dari Bundanya itu. Sehingga Noval yang menjawab, tak ingin sikembar merasa tak diperhatikan.
“Emang iya Mas” tanya balik Shanaya, tak percaya
“Iya!”
“Jangan keseringan ngelamun Sha!”
“Nanti kesambet loh!” Ucap Noval memperingati
“Lagian kamu ada masalah? Ngak biasanya kamu gini!” Lanjutnya
“Ngak kok Mas, ngak ada masalh apa-apa” Jawab Shanaya
“Kamu fikir Mas percaya? Kita bukan baru kenal satu dua hari Sha!”
“Mas tanya sekali lagi, kamu ada masalah apa?” tanya Noval lagi
Namun, bukanya menjawab Shanaya malah menagis. Dia menutup mukanya dengan kedua tanganya, mencoba menyembunyikan air mata yang sedari tadi dia tahan, namun nyatanya air mata itu turun juga.
Noval yang melihat Shanaya menagis, langsung menepikan mobil ditempat yang sekiranya tidak memnganggu perjalanan pengendara lain. Setelah memarkirkan mobilnya didepan toko. Pandanganya langsung mengarah pada Shanaya yang masih menagis
Noval langsung menarik Shanaya dalam dekapanya, sungguh tangisan Shanaya dan Ibunya adalah kekemahan terbesarnya. Melihat Shanaya sungguh membuatnya hancur
“Dia ngancem aku Mas...”
“Aku takut..”
Ucap Shanaya lirh. Walaupun Shanaya tak menjelaskan secara rinci siapa yang dia maksud, namun Noval sudah bisa memasatikan siapa yang dimaksud Shanaya. Siapa lagi jika bukan lelaki tak tauh diri itu.
Tanpa sadar Noval mengepalkan tanganya, sebenarnnya apa maunya lelaki brengsek itu? Didatangi baik-baik untuk menyelesaikan masalah. Malah dengan tak tau dirinya menyusul mereka membuat gaduh. Apalagi sekarang beraninya dia membuat Shanaya-nya menagis!
“Kamu tenang aja Nay...”
“Mas ngak akan biarain dia bertindak lebih jauh lagi” Ucap Noval meyakinkan
“Kamu percayakan sama Mas?” tanya Noval, yang dibalas Shanay dengan anggukan
Shanaya mengurai pelukan mereka, dia tatap Noval yang juga menatapnya. Rasanya beban yang dia rasakan perlahan menghilang setelah menangis, terlebih ada Noval yang selalu ada untuknya. Shanaya sengaja tak menceritakan hal yang terjadi semalam setelah Noval tiba-tiba menciumnya di mobil.
Dia tak ingin Noval, kian membenci Hakim. Biarlah ini menjadi rahasianya, cukup dia, Hakim dan Tuhan yang tauh.
Noval lalu mengusap air mata yang masih tersisa dimata Shanaya
“Udah ngak usag difikirin”
“Semuanya akan baik-baik saja”
Shanaya mengangguk. Setelah itu Noval kembali melajikan mobilnya menuju bank tempat Shanaya bekerja.
***
Saat ini jam istrahat, Shanaya sedang makan bersama teman-temanya. Tiba-tiba ada pesan dari nomor baru
“Assalamualikum, Sha”
“Ini Mas”
“Hari ini biar Mas yang jemput sikembar dipenitipan”
Isi pesan itu, yang ternyata dari Hakim.
“Emang mas tau dimana tempatnya?” balas Shanaya
Tak lama pesan yang Shanaya kirim sudah dibalas Hakim
“Ngak tau Sha, makanya Mas Chat kamu. Mau minta lokasinya” Balas Hakim
Share location
Shanaya langsung mengirim lokasinnya
“Makasih Sha”
“Kamu sebentar langsung pulang ya”
“Jangan keluyuran”
Iai pesan Hakim, yang tak Shanaya balas.