NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Duchess Pemberani

Reinkarnasi Duchess Pemberani

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyesalan Suami / Fantasi Wanita
Popularitas:74.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jasmine D'Orland, seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahat, dituduh berselingkuh dan dihukum mati di tempat pemenggalan di depan raja, ratu, putra mahkota, bangsawan, dan rakyat Kerajaan Velmord.

Suaminya, Louise, yang sangat membencinya, memenggal kepala Jasmine dengan pedang tajamnya.

Sebelum kematiannya, Jasmine mengutuk mereka yang menyakitinya. Keluarganya yang terlambat hanya bisa menangisi kematiannya, sementara sebagian bersorak lega.

Namun, enam bulan sebelum kematian itu, Jasmine terlahir kembali, diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasibnya yang tragis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wanita Butuh Waktu Bersiap

Jasmine berdiri di depan cermin besar di kamarnya, mengenakan jubah satin putih usai mandi. Rambut basahnya menjuntai, dan wajahnya yang segar tampak bersinar. Lianne, pelayan setianya, masuk dengan langkah cepat sambil membawa kotak-kotak kecil berisi peralatan rias.

"Yang Mulia, waktunya kita bersiap. Pesta debutante akan segera dimulai." Lianne meletakkan perlengkapan rias di meja kecil dekat cermin.

Jasmine mengangguk pelan, lalu memandang bayangan dirinya di cermin. "Jangan terlalu berlebihan, Anne. Aku ingin tampil natural, seperti aku tak memakai riasan sama sekali."

Lianne mengernyitkan dahi. "Tapi, Yang Mulia, ini adalah pesta besar. Semua mata pasti akan tertuju pada Anda. Setidaknya, biarkan saya menambahkan sedikit sentuhan untuk menonjolkan kecantikan Anda."

Jasmine menatap Lianne dengan tatapan tegas namun lembut. "Aku sudah cukup mencolok hanya dengan namaku. Tidak perlu berlebihan. Buatlah aku tampak sederhana, tetapi tetap memikat."

Lianne akhirnya mengangguk, meski terlihat sedikit ragu. "Baiklah, Yang Mulia. Saya akan melakukan yang terbaik."

Proses rias pun dimulai. Lianne dengan hati-hati mengoleskan krim ringan ke wajah Jasmine, lalu menambahkan sedikit warna di pipi dan bibirnya. Ia memastikan semuanya terlihat alami, sesuai permintaan sang Duchess. Setelah selesai, Jasmine memandang dirinya di cermin.

"Bagus. Ini sesuai dengan apa yang aku bayangkan. Kau memang berbakat, Anne." Jasmine tersenyum kecil.

Lianne tersipu. "Terima kasih, Yang Mulia, jika Anda puas."

Tak lama, Flo dan Dolly masuk membawa gaun hitam yang telah dipesan dari butik Delisa. Gaun itu menjuntai anggun dengan desain yang sederhana tetapi penuh detail mewah. Lianne dan Flo membantu Jasmine mengenakannya, sementara Dolly dengan sigap merentangkan bagian ekor gaun agar tidak terinjak.

"Duchess, Anda terlihat luar biasa, meski belum selesai sepenuhnya." Flo memuji sambil merapikan bagian pinggang gaun Jasmine.

"Belum selesai, Flo. Kita masih punya banyak yang harus dilakukan." Jasmine tersenyum tipis.

Paula, bertugas menata rambut, maju dengan alat-alatnya. "Rambut Anda akan saya biarkan terurai, Yang Mulia. Tapi bagian atas samping akan saya gulung dan rapikan ke belakang. Ini akan membuat tampilan Anda semakin anggun."

"Baik, Paula, yang penting tidak terlalu berat. Aku tidak mau merasa tidak nyaman sepanjang malam." Jasmine memberi arahan sambil duduk di kursi.

Paula bekerja dengan cekatan, menggulung dan menata rambut Jasmine. Setelah selesai, ia memasangkan hiasan kepala yang terbuat dari garnet merah yang berkilauan. Hiasan itu tampak serasi dengan rambut emas panjang Jasmine.

"Sempurna." Paula melangkah mundur untuk melihat hasil karyanya. "Yang Mulia, Anda benar-benar seperti dewi yang turun dari langit."

Jasmine hanya tersenyum kecil, matanya tertuju pada bayangan dirinya di cermin. Setelah itu, Lianne memasangkan set perhiasan yang diberikan oleh Bastian pagi tadi. Garnet merah pada kalung, anting, dan cincin memancarkan cahaya memukau di bawah penerangan kamar.

Flo tiba-tiba berseru pelan. "Yang Mulia, Anda... Anda benar-benar menakjubkan. Saya bahkan merasa tak percaya bisa bekerja untuk seseorang seanggun Anda."

Semua pelayan lainnya juga mengangguk, setuju dengan ucapan Flo.

Jasmine menghela napas kecil sambil tersenyum. "Jangan terlalu berlebihan, kalian. Aku hanya memakai apa yang telah dipersiapkan untukku. Semua ini hasil kerja keras kalian juga."

Flo menggeleng. "Tidak, Yang Mulia. Ini murni pesona Anda. Bahkan tanpa semua ini, Anda tetap yang tercantik di seluruh kerajaan."

Jasmine hanya tertawa pelan, lalu berdiri dengan anggun. "Baiklah, sudah selesai? Aku tidak ingin terlambat."

Lianne mengangguk. *Sudah selesai, Yang Mulia. Para pengawal Anda sudah menunggu di luar."

Jasmine melangkah keluar kamar dengan tenang, diiringi oleh Lianne, Flo, dan Dolly. Di depan pintu, Eric, pengawal tampan berusia 25 tahun yang juga keponakan Vincent, berdiri tegap bersama para pengawal lainnya. Begitu melihat Jasmine, semua pengawal terdiam, terpana oleh keanggunannya.

Eric maju sedikit, memberikan hormat dengan satu tangan di dada. "Yang Mulia, Anda... Anda benar-benar memukau malam ini."

Jasmine memandang Eric dengan alis terangkat. "Eric, kau terlalu banyak bicara. Aku hanya seorang Duchess, tidak lebih."

Eric tersenyum kecil, tetapi wajahnya tetap serius. "Bagi kami, Anda adalah sosok yang jauh lebih besar dari itu, Yang Mulia. Anda adalah kebanggaan D’Orland."

Pengawal lainnya mengangguk setuju. "Benar, Yang Mulia. Rakyat D’Orland selalu mengatakan bahwa kecantikan dan kebijaksanaan Anda tak tertandingi di seluruh Kerajaan Kingswell. Sepertinya mereka memang benar adanya."

Jasmine menghela napas kecil, merasa sedikit terganggu dengan pujian berlebihan itu. "Kalian ini... Jangan terlalu banyak bicara. Tugas kalian adalah melindungiku, bukan memujiku."

Eric tertawa kecil sambil mengangguk. "Baik, Yang Mulia. Kami akan melakukannya. Tapi izinkan kami sedikit mengungkapkan kekaguman kami."

Jasmine tersenyum tipis, lalu melangkah maju. "Baiklah, mari kita pergi."

Para pengawal segera mengatur barisan, memastikan Jasmine dapat berjalan dengan nyaman dan aman menuju kereta yang telah disiapkan. Di sepanjang jalan menuju aula istana, mereka tetap terpesona dengan keanggunan Duchess Jasmine, namun mereka tidak berani lagi mengungkapkannya.

Di depan kereta kuda yang megah, Duke Louise telah berdiri menunggu dengan wajah masam. Ia melipat tangan di dada, menatap tajam ke arah pintu utama, tetapi saat Jasmine tiba, ia malah membelakangi arah kedatangan istrinya.

Kepala pelayan mendekat dengan hati-hati dan memberikan laporan dengan nada penuh hormat. "Yang Mulia Duke, Duchess Jasmine sudah tiba."

Louise mendengus pelan, tapi tetap tidak berbalik. "Kenapa Lama sekali. Apa yang kau pikirkan, membiarkan ku menunggu dari tadi?"

Namun, ketika ia akhirnya berbalik setelah mendengar suara langkah lembut Jasmine, tubuhnya langsung kaku. Louise terpana, seperti patung yang baru saja diukir. Jasmine berdiri dengan anggun, mengenakan gaun hitam yang sederhana namun memancarkan keindahan luar biasa. Cahaya dari garnet merah di perhiasannya membuat setiap orang yang melihatnya terpukau.

Para pelayan, yang tadinya membungkuk memberikan salam hormat, ikut mematung melihat keindahan sang Duchess.

Louise, tak bisa menyembunyikan kekagumannya, bergumam pelan. "Seperti bidadari..."

Jasmine memperhatikan ekspresi para pelayan dan suaminya yang tampak bodoh dalam kekaguman mereka. Ia merasa geli, tetapi tidak menunjukkan itu di wajahnya. Dalam hati, ia mendesis kesal. "Kenapa dia tadi marah-marah? Apa dia tidak tahu kalau wanita memang butuh waktu lama untuk bersiap?"

Jasmine berdehem, memecah keheningan yang canggung. "Kalau kau merasa menunggu terlalu lama, kenapa tidak meninggalkanku saja? Aku bisa naik kereta kuda lain. Pengawal pribadiku cukup banyak untuk melindungiku."

Louise tersentak, kembali dari lamunannya. Ia langsung menunjukkan ekspresi kesal yang dibuat-buat, tetapi nada suaranya terdengar lebih lembut. "Mana mungkin aku meninggalkan istriku. Kau istriku, Jasmine. Tidak ada yang namanya jalan sendiri-sendiri."

Jasmine mengangkat sebelah alis, menantang. "Istri? Kau membuatku ingin tertawa duke. Bukankah selama ini kau sering melakukannya? Aku sampai terbiasa akan hal itu."

Louise menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan emosi. Ia tak ingin memancing konflik, terutama ketika Jasmine terlihat begitu luar biasa malam ini. "Sekarang berbeda, Jasmine. Kita harus ke istana kerajaan. Apa kata Raja Richard kalau kita datang sendiri-sendiri?"

Jasmine mendengus pelan, lalu menoleh ke arah Lianne yang berdiri di sebelahnya, mengatur ekor gaunnya. "Itu urusanmu, bukan urusanku. Kalau Raja Richard bertanya, bilang saja aku naik kereta lain."

Louise menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Sudahlah, ayo masuk. Kita tidak boleh terlambat."

Dengan santai, Jasmine melangkah maju, membiarkan Lianne membantu merapikan ujung gaunnya. Di sisi lain, Louise sudah siap memberikan tangannya untuk membantu Jasmine naik ke kereta kuda.

Namun sebelum Louise sempat berkata apa-apa, Eric, pengawal tampan dari D’Orland, dengan sigap maju dan menawarkan tangannya kepada sang Duchess. "Yang Mulia, izinkan saya membantu Anda."

Jasmine menerima tangan Eric dengan senyuman tipis. "Terima kasih, Eric."

Louise, yang sudah setengah mengangkat tangannya, langsung menurunkannya dengan ekspresi kesal. Ia memperhatikan interaksi Jasmine dan Eric dengan mata menyipit, tetapi memilih diam. Dalam hati, ia merasa sedikit tertusuk. "Dia melakukannya dengan sengaja," pikir Louise. "Dia tahu aku ingin membantunya, tapi malah memilih pengawalnya."

Jasmine, yang menyadari ekspresi Louise, hanya tersenyum dalam hati. "Apa dia pikir aku akan menerima tangannya? Lupakan saja, Louise. Aku tak sudi. Kau pikir aku lupa bagaimana kau membunuhku di kehidupan pertamaku?"

Setelah Jasmine masuk ke dalam kereta, Louise mengikuti di belakangnya. Ia duduk di seberang Jasmine, memperhatikan istrinya dengan mata yang penuh emosi campur aduk.

1
Grey
nih manusia satu ada kaca ga sih?
Sribundanya Gifran
lanjut
Hikam Sairi
pedes banget bawang merah nya Thor 😭😭😭😭😭😭
Poniti
lanjuuuuut thor 😍😍😍😍😍😍
Lafaigh Ufaufi
hajar saja kata kata si duke,biar mampus dia,lemot banget cara berfikirnya..greget nich yg baca,hanya autor yg bisa sabar he
Lafaigh Ufaufi
pingin aku jambak si duke,yg lemot itu...hiii..gemes dech
Bonny Liberty
ku lempar pake 💣
Bonny Liberty
ku lempar palanya pake 🦴
Narti Narti
selalu mengesankan thor lanjut
Narti Narti
AQ hadir thor, semoga sehat selalu
Rossy Annabelle
rasanya tuh pengen nonjok q😬
Moh Rifti
next.../Determined//Determined//Kiss//Kiss//Kiss/
Ayu Septiani
good job Jasmine..... lawan terus argumen dari louise. egonya terlalu tinggi
Ayu Septiani
louise memang bodoh. matahatinya buta tidak bisa melihat kebenaran
ika yanti naibaho
terima kasih up nya/Smile/
ika yanti naibaho
next ya kak terima kasih up nya
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
kaylla salsabella
lanjut thor 🥰🥰
Chen Nadari
wahh ketemu karya baru mu Thor... sukses sll/Kiss/
Grey
lanjuttt kak, semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!