Menceritakan seorang laki-laki dingin yang jatuh cinta terhadap seorang wanita…….
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hotler Siagian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Al, ayo maju. Udah giliran kita nihhh", girang Dio yang begitu semangat menerima hadiah gratis.
Alika maju mengikuti Dio yang pada dasarnya memang suka hal-hal seperti ini. Meskipun, perusahaan tempat mereka bekerja merupakan perusahaan media nomor 1 di indonesia, dengan gaji karyawan yang diatas UMR, tidak membuat Dio merubah kebiasaan ini karena mottonya 'Apapun yang gratis itu rezeki'.
Jika hanya untuk sekedar mengirim 2 orang pegawainya untuk meliput di Papua beberapa minggu, perusahaan mereka bahkan sama sekali tidak akan kekurangan apapun.
tapi, bagus juga Dio memiliki pemikiran seperti ini. Karena itu gue juga jadi bisa lebih berbaur sama masyarakat dan untung-untung dapat info lebih dari orang-orang baru yang kita kenal
Alika mengikuti Dio, untuk pergi memasuki antrian yang begitu ramai itu ke arah depan. Tapi, saat Alika mendongak,
Alika begitu terkejut melihat siapa orang yang berada di depannya.
Calvin, kenapa orang yang kabarnya dari kemarin selalu Alika tunggu sekarang malah bisa berada di sini membagikan 2 trek sembako bersama orang-orangnya
dan wajahnya itu, ada yang berbeda dari Calvin, dia sangat ramah kepada orang-orang di Nabire. Berbeda sekali dengan bagaimana cara ia menanggapi orang-orangnya biasanya
Alika maju selangkah, namun Calvin belum menyadari kehadirannya. Melihat orang di depan Dio telah menerima sembako. Lalu, Alika dan Dio maju kembali satu langkah tepat di depan Calvin
Sorot mata calvin dan Alika bertemu,
Terlihat dari raut wajah Calvin yang begitu terkejut melihat wanita yang selama ini ia tunggu telah berada di depannya.
"Ayo, Al. Gue udah dapet, nih", ujar Dio sembari menarik lengan Alika
Namun, saat Dio menarik tangan Alika untuk pergi ke luar antrian. Di sisi lain, Calvin langsung menarik lengan Alika. Hal itu mengundang perhatian seluruh warga Nabire yang antre untuk mendapatkan sembako dari Calvin atau sebagian remaja yang ingin menikmati wajah rupawan nan blasteran milik Calvin
"Alika, saya perlu bicara sama kamu", ujar Calvin sambil menatap Alika serius
Para warga terutama wanita itu langsung menatap Alika tajam, hingga membuat Alika bergidik ngeri.
Alika tidak bisa mencari resiko. Jika semua orang tau hubungannya dengan Calvin, akan sulit bagi Alika mencari informasi disini. Akan sia-sia pula kedatangannya jauh-jauh kemari.
"maaf, saya sedang bekerja", tolak Alika sambil berusaha menyingkirkan tangan Calvin
Bukan Alika tidak ingin menemui atau hanya sekedar berbicara dengan Calvin. Tapi, Alika tidak tau apa yang harus dia katakan.
Pertemuan ini, sedikit mengejutkan Alika.
Bagaimanapun, mereka sudah berada dalam tahap awal pertemanan mereka, terlepas dari seluruh perselisihan yang pernah terjadi di antara mereka waktu itu.
Calvin masih terus berusaha menahan Alika dengan memegang pergelangan tangannya,
"Maaf, saya harus pergi, Pak Calvin" Ujar Alika melepas tangan Calvin sambil menundukkan wajahnya agar tidak jadi perhatian
Dio menoleh kebelakang dan terkejut saat ia tidak menemui Alika tidak ada dibelakangnya sedang ditahan oleh seseorang yang tidak ia kenal
"Ehhh... eh... mas anda siapa ya? sembarangan pegang- pegang temen saya" teriak Dio tidak terima melihat rekannya di tahan seperti itu
Beberapa ibu-ibu dan remaja yang sedang mengantre melihat hal itu berbisik-bisik.
Memang siapa dirinya sehingga menyela kegiatan amal Pak Calvin ini?
mungkin begitu arti tatapan mereka.
Alika merasa sangat tidak nyaman apabila ia menjadi subjek utama pandangan orang-orang terhadap hubungan pribadinya
Alika menggandeng tangan Dio untuk keluar antrean pemberian kebutuhan pokok gratis yang semakin memanjang. Calvin berusaha untuk keluar menyusul Alika dan Dio
Namun, beberapa ibu-ibu dan remaja tersebut malah menahan Calvin melakukan hal tersebut dan tidak membiarkan Calvin menyusul gadis yang pergi barusan yang tidak lain adalah Alika.
Karena keadaan yang tidak memungkinkan bagi Calvin untuk pergi dari kerumunan, ia memutuskan untuk tetap tinggal meskipun terpaksa
'Aku tidak akan membiarkan kamu pergi lagi Alika', batin Calvin
Di sisi lain, Dio dan Alika akhirnya berhasil keluar kerumunan
"Al, tu orang siapa sih, emang lo kenal dia Al? " tanya Dio sambil ngos-ngosan setelah cukup bekerja keras membawa Alika keluar kerumunan sembari menenteng sembako gratis ditangan kirinya
Alika hanya mengangguk,
"kenal dimana, Al? "tanya Dio kepo
"Dia investor di kampus tempat gue ngajar", jawab Alika singkat
" Wah kaya banget dong, tuh orang, Al? bener aja dia mampu bagi-bagi doorprize 2 trek gede ke kota yang terpencil ini" ujar Dio tak habis pikir
"Eh, emang dia sekaya apa, Al? " tanya Dio yang masih "Keber" alias Kepo Berat
(mungkin saja dia ingin kembali ke Calvin dan melamar kerja sebagai asisten pribadinya)
Alika menggeleng-gelengkan kepala, berusaha tidak membahas Calvin terlalu banyak sebelum hal itu menguasai pikirannya
(Gue sekarang udah di sini, gue harus fokus sama tujuan gue disini), batin Alika
"Udah yok, Dio buruan jangan sampe kita sampe kemaleman sampe rumah Bu Cit" ujar Alika berniat mengalihkan pembicaraan
Kampung Kosarek, Kab. Yakuhimo menjadi pusat tujuan Alika dan Dio setelah dari Wamena.
Dengan menggunakan pesawat perintis yang sudah di sewakan Reza sebelumnya, Alika dan Dio langsung menuju kampung Kosarek
Rumah Bu cit, menjadi tempat tujuan mereka menginap selama melakukan liputan di sini. Alika sebenarnya sudah kenal lama dengan Bu Cit, karena beliau pernah ke Jakarta menjadi dosen di Universitas yang sama dengan Alika. Tapi, karena merasa sadar jika pendidikan dan literasi di kampung asalnya masih rendah, ia meninggalkan semua kehidupannya yang sudah ia bangun di Jakarta dan kembali ke kampung terpencil asalnya, Kosarek.
Persamaan ketertarikan minat untuk mengembangkan Papua membuat Alika dan Bu Cit menjadi sahabat baik. Setelah 4 tahun lamanya kembali ke kampung halaman. Alika akhirnya mendapat kesempatan untuk kembali bertemu dengan beliau yang merupakan orang yang sangat Alika hargai tidak hanya karena umurnya, tapi juga pemikiran, pengalaman, dan juga visi.
Jalanan menuju rumah Bu Cit sangat susah untuk dilalui dengan berjalan kaki karena baru saja hujan turun disana, ditambah tidak ada jalan raya atau jalanan berpaving sama sekali disana
Alika mengarahkan iPhone nya keatas untuk mencari jaringan, berniat mengumpulkan remahan koneksi internet yang tersisa di atmosfer untuk menelfon Bu Cit.
Tapi sayang, tidak ada sinyal disini
"Aduh, Al. Gini banget si jalannya, jatoh deh ekspektasi gue buat kerja+liburan di sini kalo nyatanya begini" keluh Dio karena jalanan yang basah seperti lumpur karena hujan
"Lah emang siapa bilang, lo kesini buat liburan. Kerja Diooo kerjaa" jawab Alika sarkas
"Mau balik ke hotel juga udah jauh, nanti kesana juga tambah susah" keluh Dio kesekian kali
Alika menggelengkan kepalanya lelah mendengar keluhan Dio, "Udah... udah, lo mau liburan kan? oke kita liburan juga nanti disini" jawab Alika
"Liburan apaan di tempat kaya gini, mimpi kali", jawab Dio sambil mengerucutkan bibir
"Ehhh...eehh... jangan salah, ni tempat meskipun minim infrastruktur tapi alamnya the best juned, gue sering tuh dapet cerita dari Bu Cit dulu kalo disini banyak tempat-tempat yang sejuk dan ngademin", jawab Alika sarkas
Alika jika sudah mulai kesal dengan Dio, pasti nama panggilannya juga berubah dari Dio ke Junaedi alias JUNED
"Halah, ga percaya gue. Lo aja tadi bilang kita kesini cuman kerja", ujar Dio tak percaya dengan ucapan Alika
" Okee, kalo lo ga percaya. Bye! gue mau liburan sendiri nanti", jawab Alika berjalan cepat meninggalkan Dio
"Loh... tungguin gue dong, Aalllll" teriak Dio tidak mau tertinggal
***
Tak lama, mereka pun sampai di rumah Bu Cit, setelah berkali -kali bertanya kepada warga